Tidak seperti yang dibayangkan

11 6 3
                                    

#Radit.

Aku merebahkan diri di kasur. Dengan senyuman sekaligus mengingat kejadian tadi membuat ku salah tingkah.
Tapi, kenapa? Kenapa aku melakukan itu?

#Megan

Aku masuk ke kamar dan malah memikirkan hal tadi. "Hass anak gila itu.",maki ku dalam hati.
Aku memilih mandi untuk mensterilkan pikiranku yang kotor ini.

#flashback @kantin

Di kantin Radit,Aldo, dan Aldi sedang makan. Tiba-tiba seseorang tak mengenakkan datang ke kantin. Seorang lelaki dengan senyum sok nya merangkul kedua perempuan yang menghampirinya. Mereka kemudian duduk di sebuah meja dengan geng nya.

Radit menatap tajam sambil mengepalkan tangannya melihat tingkah lelaki itu.

Itu Adrian. Adrian sedang merangkul 2 orang perempuan sepertinya kelas 1 dan bertingkah menjijikan.

Radit langsung menghampiri dan langsung menarik kerah baju nya.
Semua orang di kantin berkumpul ketika Radit berteriak ke lelaki itu.

"Brengsek lo, lo udah main in sodara gw anjing.",teriak Radit di barengi dengan pukulan di wajah Adrian membuatnya jatuh tersungkur.

Teman-teman Adrian yang hendak membantunya dicegah oleh Adrian.

"Stop. Ini urusan gw. Gausah pada ikutan.",ucap Adrian sambil menyeka pojok bibirnya yang mengeluarkan darah.

#Radit.

Saat itu pula amarahku semakin memuncak. Melihat wajah tengil menyeringai.
Aku langsung menarik kerahnya dan membawanya ke belakang sekolah.
Disana sepi. Aku pun berteriak.

"Ikut gw. Kalian semua gausah pada ikutan.",ucap ku sambil menarik kerah Adrian dan berjalan meninggalkan kantin.

Di belakang sekolah Aku mendorongnya hingga ia terjatuh.

"Maksud lo apa? Maksud lo apa Dit?",tanya Adrian sambil berdiri.

"Masih ga sadar lo? Ha?"
Bughhhh.

Pukulan ku kembali mendarat di wajah Adrian.

"Lo apa-apaan si? Hah?",tanya Adrian lagi.

Aku tak lagi dapat menahan, rasanya ingin ku hancurkan setiap tulang nya dan ku tonjok mulutnya sampai ia tak lagi bisa bicara.

"Megan?",ucap Adrian lirih.

"Berani-berani nya lo nyebut nama dia?",ucap ku emosi sambil menarik kerah kemeja nya lagi.

"Lo cemburu? Hah?",ucap Adrian mengejekku.

Saat hendak ku pukul , dia menangkisnya.

"Lo kira gw ada hubungan sama Megan?",teriak Adrian membuatku terdiam sekaligus bingung.

"Megan nolak gw. Gw ga jadian sama dia anjing!",kata Adrian penuh emosi.

"Lo tau kenapa? Lo tau kenapa dia nolak gw? Karena lo.",lanjut Adrian sambil berjalan ke arah ku dan mendorong tubuhku.

Aku hanya terdiam mendengar nya.

"Seharusnya gw yang marah sama lo.",kata Adrian lagi.

"SEHARUSNYA GW YANG MARAH SAMA LO BANGSAT.", teriak Adrian sambil menonjok ku hingga hidungku mengeluarkan darah.

Seketika itu aku masih diam, aku membiarkannya melakukan itu. Karena selama ini aku salah paham tentang mereka. Sampai Aldo, Aldi dan geng nya Adrian datang melerai kami.

Mereka membawa Adrian pergi, dan aku masih terlentang sambil menutup mataku dengan lenganku.

"Gw salah. Gw salah Megan. Maafin gw.", batinku.

Saat itu juga aku langsung berlari ke kelas. Namun Megan tidak disana. Aldo dan Aldi datang.

"Bersihin dulu idung lo tuh.",ucap Aldi membuatku mengusap hidung ku yang masih berdarah.
Aku tidak mau Megan melihat ku seperti ini. Aku langsung ke kamar mandi dan membersihkan diri. Aku berkaca dan tersenyum. Selama ini semua tidak seperti yang dibayangkan. Aku tertawa kecil. Kini aku bisa tenang.

Aku keluar dari kamar mandi dan berjalan menyusuri koridor.
"Ah. Megan suka baca buku. Apa dia di perpus?",batinku.

Aku berlari secepat kilat. Ternyata benar. Ku lihat seorang perempuan sedang berdiri di sebalik tembok. Terlihat sedang mengintip sesuatu. Dari rambutnya, sepatunya, aku tau itu Megan.
Lagi-lagi senyum di bibirku mengembang melihatnya. Walau hanya dari belakang.
Ingin aku segera memeluknya.

Find youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang