Siapa dia sebenarnya?

5 2 0
                                    

Sudah beberapa minggu, perlahan aku mulai merasakan suatu keanehan disini.
1. Mama tidak mengizinkan ku memiliki sosial media.
2. Aku bahkan tidak boleh berhubungan dengan Bima ataupun Radit.
3. Mama mulai terlihat kasar dan suka mabuk-mabukan. Padahal aku sangat tahu bahwa mama bukan lah tipikal seorang pemabuk.
4. Banyak perempuan-perempuan yang sering datang dan berkumpul dengan mama dan Backy, merokok, dsb.
Aku benar-benar bingung, mengapa mama berubah seperti ini?

Aku pun mulai curiga, dan mencoba mencari tahu. Tapi tetap saja, tanpa ponsel, tanpa sosmed, bagaimana bisa aku melakukannya, terlebih lagi Backy selalu mengantar jemput ku, tepat waktu.

Sejujurnya aku merindukan Radit. Merindukan rumah. Merindukan Bima

Hingga akhirnya aku bertemu dengan seorang wanita. Ia bernama Lucky. Ia tiba-tiba mendatangiku yang sedang duduk di teras rumah. Ia menarik tanganku lalu membawaku ke tempat sepi di pojok gang.

"Kamu asuhan baru si Backy?",tanya nya perlahan.

"Hah? Asuhan? Backy ayah tiri ku.",jawab ku.

"What??? Ayah tiri?! Who's your mother?",tanya nya kembali.

"Ajeng.", Jawabku. Ingat kan di intro, Ajeng adalah nama mama ku.

"Ajeng? Dia orang mana?",tanya nya semakin penasaran.

"Dia tinggal disini, satu rumah dengan saya.",jawabku.

"Ga ada yang namanya Ajeng di rumah itu.",
Sontak perkataan nya membuat ku bingung.

"Hah? Maksud kamu gimana si? Saya ga ngerti. Jelas jelas mama ada di rumah. Kamu emang ga liat? Dari kemarin mama sama om Backy mondar mandir terus.",kata ku meyakinkannya.

"Oh My God. Perempuan itu? Namanya bukan Ajeng. Namanya Alice. Aku mengenalnya sejak lama. Dan aku tau siapa pemilik nama Ajeng itu.",jawab nya.

"Tunggu, tunggu. Aku benar-benar ga tau yang kamu omongin. Alice? Bisa gak jelasinnya langsung to the point.",ucapku sedikit kesal.

Lucky sedikit mengecek keadaan sekitar sebelum ia kemudian berbicara berbisik kepadaku, "Alice adalah saudara kembar Ajeng. Aku tau , aku kenal mereka karena kami dulu teman kecil. Namun aku lebih dekat dengan Alice. Ajeng. Setauku ia sudah meninggal beberapa tahun lalu."

Oh tidak. Ucapannya benar-benar tidak dapat kupercaya. Ia berbicara melantur. Aku yang emosi langsung mendorongnya lalu berkata,
"Jaga mulut kamu. Mama saya masih hidup, dan dia sama sekali ga punya kembaran. Jangan ngaco dan jangan ganggu saya.",tegas ku.

Saat aku hendak pergi, ia menarik tanganku dan berkata, "aku akan berikan buktinya malam ini. Temui aku disini jam 9 malam nanti. Aku hanya ingin membantu mu.",kata nya langsung pergi meninggalkan ku.

Aku yang sudah kesal pun pergi tanpa menghiraukan perkataan nya.
Sampai depan rumah mama dan Om Backy sudah berdiri di sana dan langsung menatap ku. Mama pun bertanya dengan membentak.

"Abis dari mana kamu?!",tanya mama.

Aku yang terkejut sedikit kaku untuk berucap.

"Dari jalan-jalan aja ma. Bosen di rumah terus. Cuma di dalem sini kok.",ucapku.

"Masuk! Makan sono!",kata mama lalu pergi ke dalam rumah.

Pikiran aneh ku tentang mama muncul kembali, belum lagi perkataan dari gadis aneh bernama Lucky tadi. Ya Tuhan. Aku bingung harus apa.

Setelah makan siang, aku hanya duduk termenung di depan meja belajar ku. Aku terus memikirkan perkataan gadis tadi.
Sungguh aku tidak pernah tau mama memiliki kembaran. Papa dan mama bahkan tidak pernah cerita.

Find youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang