Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap enam bulan sekali ada pertandingan voli antar kompleks. Dan ini adalah pertandingan ke empat Arjuna. Ada kebanggaan tersendiri sebenarnya, apalagi juga tim Arjuna pernah menang dua kali.
Lalu sekarang, tepatnya Jumat sore Arjuna sudah siap untuk pertandingan babak pertama nanti. Baju jersey warna merah dengan nomor punggung 99 —sudah seperti Asmaul Husna saja— Arjuna yakin dia akan memenangkan pertandingan awal ini.
Apalagi ditambah kehadiran sang pujaan hati yang menerima permintaannya untuk ikut menonton dan mendukung Arjuna mewakili kompleks mereka. Semangat Arjuna kian membara.
"Assalamualaikuuuuuum?" Arjuna mencoba mengintip ke dalam rumah Nana yang terbuka karena tak ada yang menjawab salamnya. "Assalamualaikuuum ... Paket!" serunya lagi.
Dan seperti yang dibayangkan, ada orang yang langsung keluar. Bukan Nana, bukan Pak Imam, bukan pula Maya—bunda Nana, tapi malah Rara.
Mampus!
"Waalaikumussalam—" ucapan Rara terhenti, bukannya kurir paket, malah si bujang depan rumah yang ia lihat. Dia langsung berkacak pinggang. "Heh! Gue kira paket beneran!"
Arjuna terkekeh melihat Rara yang tertipu. "Apa kabar, Kak? Kirain nggak pulang."
"Baik," jawab Rara. Seketika pandangannya langsung menyipit curiga pada Arjuna yang tiba-tiba datang. "Ngapain lo ke sini?"
"Mau jemput pacar lah."
"Siapa? Tutu?"
Arjuna menggeleng. Tutu adalah kucing kecil peliharaan Tante Maya. "Nana, Kak, Nana. Ya Allah ... punya kakak ipar gini amat." Arjuna mulai sambat.
"Lo ngaku-ngaku mulu. Emang mau ke mana?"
"Berburu ubur-ubur!" jawab Arjuna. Dia mendengus kesal, sudah lelah dengan pertanyaan Rara. "Aku kan udah pake jersey voli, masih aja ditanyain mau ke mana."
