Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arjuna benar-benar mengajak Nana makan seblak. Alih-alih mengajak ke kafe, restoran, jalan-jalan ke mall, Arjuna lebih suka mereka melakukan hal sederhana seperti ini. Low budget istilahnya. Bukan karena Arjuna pelit, tapi dia memahami Nana yang pastinya tidak mau diajak ke tempat-tempat seperti itu.
Tapi, sebenarnya Nana mengikuti saja Arjuna ingin mengajaknya ke mana pun. Nurut sama yang nyetir kalau kata kakaknya. Seperti sekarang, ketika mereka selesai makan seblak, Arjuna mendadak mengeluh tentang perutnya di jalan.
"Aduh, perut aku kok panas ya, Na?"
"Siapa suruh pedasnya level lima tadi?"
Yang ditakutkan terjadi sekarang. Arjuna tidak kuat pedas sebenarnya, tapi pemuda itu malah nekat pesan seblak yang pedasnya level lima.
"Mampir pom dulu kali, ya? Mau ke toilet," saran Arjuna ketika mereka mendekati pom bensin.
"Ya Allah ... Ar ... Ar ...." Nana geleng-geleng kepala sendiri, tak habis pikir dengan tingkah Arjuna.
Sesuai yang Arjuna butuhkan—yaitu toilet, pemuda itu membelokkan vespanya ketika melihat pom bensin. Bergegas ia mencari toilet dan pergi membuang hajat sebentar.
Nana sabar saja, dia menunggu sambil bermain ponsel sendiri. Tapi Arjuna ternyata lama bukan main. Nana memilih menuju mini market saja daripada dilihat orang karena jongkok-jongkok di depan toilet.
Mengambil kunci vespa yang sengaja Arjuna tinggalkan, Nana bergegas pergi. Berpikir mungkin bisa membeli minuman. Sambil berjalan, Nana mengirim pesan singkat ke Arjuna.
