Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Eh, Na, Arjuna sakit! Kamu udah tahu belum?"
Nana yang awalnya tengah membaca buku tebalnya sambil tengkurap di tempat tidur langsung menoleh pada Bunda yang berdiri di depan kamarnya.
Alis gadis itu mengerut, tak tahu jika Arjuna sakit. "Sakit apa?"
"Kata maminya, sih, tipes. Kemaren pas berobat disuruh rawat inap tapi Arjuna nggak mau, pengennya di rumah aja."
Perasaan Nana langsung berubah tak enak. Seminggu ini ia tak bertemu dengan Arjuna, dan tak disangka pemuda itu malah sakit, padahal ujian sekolah masih berlangsung.
"Kamu nggak mau jengukin gitu?" tanya Maya memecah lamunan Nana.
"Emang boleh?"
"Masa nggak boleh, sih?"
"Kan waktu itu nggak dibolehin deket-deket sama Arjuna," jawab Nana.
Maya menghela napas. "Tapi kalo niat kamu mau jengukin dia kan boleh. Lagian Rara juga ndak di sini."
Maya rasa ini merupakan kesempatan bagus bagi Nana. Ia sedikit sedih mendengar cerita Ayu tentang Arjuna yang sering galau hingga berujung tipes.
"Itu di meja ada jeruk, bisa kamu bawa kalo mau ketemu Arjuna," kata Maya sebelum pergi dari kamar Nana.
Sepeninggalan bundanya, Nana terdiam untuk beberapa saat. Masih berpikir untuk menjenguk Arjuna atau tidak. Cukup lama ia tak bertemu pemuda itu, dan sekarang mendengar Arjuna sakit Nana dirundung kekhawatiran.
Gadis itu bangkit, mengambil ponselnya yang tengah dicas, segera membuka aplikasi pesan dan melihat pesan Arjuna yang ia bisukan juga arsipkan.
Seniat inikah ia ingin menjauh dari Arjuna?
Ada seratus pesan lebih dari pemuda itu yang belum ia baca dan isi pesan tersebut sama semua.
Baru kali ini Nana membiarkan pesan Arjuna. Padahal jika Nana pikir kembali, masalah yang terjadi di antara mereka tak terlalu besar. Arjuna hanya kelepasan menyentuhnya dan Nana yang dalam keadaan mood buruk pun kesal dengan sikap Arjuna tersebut.