Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini namanya Sinta, anak temen arisan Mami."
Arjuna tidak menghitung. Entah sudah berapa banyak gadis yang sebulan ini ditunjukkan sang ibu kepadanya, tapi Arjuna sama sekali tidak tertarik.
"Kalau ini Lana, temennya Satya katanya. Pengen kenal kamu."
Arjuna melirik foto di ponsel maminya. Kebanyakan mamang cantik-cantik, seperti Lana yang baru disebutkan tadi. Namun tunggu dulu, bukannya itu gadis incaran Satya? Kenapa jadi ingin berkenalan dengannya?
Foto digeser lagi karena Arjuna tidak merespons. Mata sang ibu langsung berbinar. "Terus ini Anjani. Cantik, kan?"
"Cantikan Nana," jawab Arjuna, kembali menengok acara televisinya.
Gadis cantik di luar sana memang banyak, tapi Arjuna tidak tertarik pada mereka semua. Nana masih selalu mengisi ruang hatinya. Baginya Nana yang paling sempurna dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada duanya, jadi jangan harap Arjuna bisa berpaling pada orang lain.
Maminya pun tidak menyerah mencarikan Arjuna pendamping hidup. Anaknya sudah cocok untuk menikah, sudah 28 tahun menyendiri juga.
"Ini, Jun, Melia. Dia anak teman Papi. Sekarang lagi kuliah kedokteran di luar negeri, Jun. Lihat nih, cantik dan cocok sama kamu."
"Hah? Cocoknya di mana, Mi?!" Arjuna menatap minta kejelasan. "Dia anak kedokteran, kuliah di luar negeri, sedangkan Arjuna cuma lulusan SMA!"
"Heh!" Ayu melotot. Meskipun lulusan SMA, Arjuna tetap bisa sukses seperti sekarang. Mendapat banyak penghargaan, bisa mengharumkan nama sendiri, ketenaran, dan juga uang yang banyak.
"Lagipula nanti aku bakal kalah saing," tambah Arjuna. Ia minder jika dijejerkan dengan orang seperti itu.
Mendengar pemikiran anaknya, Ayu menghela napas. "Mami udah capek-capek ngenalin gadis-gadis ke kamu, tapi kamu kebanyakan alasan. Mau sampai kapan kamu membujang, Arjuna ganteng...?"