Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jika dipikirkan kembali, perasaan baru kemarin Arjuna masuk SMA. Namun sekarang, waktu berputar cepat sekali. Ujian sudah terlewati, pengumuman kelulusan juga sudah diumumkan, dan tentu saja Arjuna lulus seratus persen.
Kini lelaki itu masih memandangi diri di depan cermin almarinya. Kemeja putih, celana bahan, dan dasi hitam sudah dikenakannya. Tatanan rambutnya tersisir rapi, tak lupa juga menggunakan pomade agar terlihat klimis.
Arjuna belum sepenuhnya selesai bersiap sebenarnya. Padahal bila dilihat lagi dirinya sudah cukup tampan dan mempesona hari ini—meski sebelumnya juga sama.
Banyak yang bilang Arjuna ini tampan; maminya, neneknya yang sudah tiada, tetangga samping rumah, Mbak Ika yang ada di angkringan, para adik kelas yang mengidolakannya, fans-fansnya yang ada di sosmed, juga tak lupa teman-temannya—meskipun mereka sedikit tidak ikhlas ketika mengatakannya.
"Tapi, Nana kok nggak pernah bilang gue ganteng, ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Tangannya berkacak pinggang. Bisa-bisanya dia teringat bahwa selama ini Nana tak pernah memuji ketampanan haqiqi milik Arjuna.
Bisa-bisanya?!
Menilik jam dinding, Arjuna segera mengambil jas hitamnya yang tersampir di gantungan sebelum keluar kamar dan memakai sepatu. Hari ini Arjuna siap di wisuda. Orang tuanya diminta datang jam sembilan, jadi Arjuna berangkat dahulu dengan vespanya.
The Bujang juga sudah janji akan berangkat jam setengah delapan, rencananya ingin berfoto bersama sebelum berpisah katanya.
Namun, sebelum hendak melaju dengan vespa merahnya, sebuah suara mendadak terdengar memanggilnya.
"Arjuna!"
Yang dipanggil langsung menghampiri sang pemilik suara. "Dalem, Tante ...," jawab Arjuna, lantas tersenyum lebar ke arah Maya yang berdiri di belakang pagar kayu rumah.