Bab 20

3.8K 901 252
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and comen.

Wajib Komen setiap paragrafnya ya biar aku semangat

Wajib Komen setiap paragrafnya ya biar aku semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Anjir! Gue nyangka lo pengkhianat, Moka!"

Moka yang baru mau masuk kelas terkejut dilabrak Rini. Ia bingung dan linglung. Pengkhianat? Maksudnya apa? Perasaan ia tak pernah melakukan kesalahan apapun.

"Apaan sih lo nggak jelas main nuduh aja!" balas Moka dengan sengit. Masih pagi dan ia sudah jadi sasaran empuk.

"Gue ngomong berdasarkan fakta. Lana yang ngaku sendiri kalau dia tau semua konsep drama kita dari lo!" Rasanya Moka ingin mencabik-cabik mulut Lana. Sialan! Seharusnya ia sadar saudara tirinya itu pasti tidak akan membiarkan hidupnya tenang.

"Lana udah minta maaf. Kelasnya juga bakal ganti konsep lagi. Nggak nyangka gue sama lo! Dasar muka dua! Di depannya aja baik di belakang kelakuan kayak anjing. Bilang aja kemarin lo mau caperkan ke anak-anak. Mau jadi pahlawan kelas kan segala ngajuin usulan. Eh ternyata—" belum sempat Rini melanjutkan kalimatnya. Moka menarik kursi lalu membantingnya.

Suara dentuman kursi terdengar memenuhi penjuru ruangan. Beberapa anak yang sudah datang terkejut. Mereka menatap Moka dan Rini penasaran. Mereka tak tahu apa yang diperdebatkan ke dua orang itu. Karena sibuk mengerjakan PR Matematika.

"Asal lo tau aja gue sama Lana nggak deket. Bahkan gue nggak pernah sama sekali ngomong sama tuh setan!" bela Moka.

"Gue pernah liat lo ngomong sama Lana di kamar mandi." Moka menoleh, ia menatap Reva tak percaya. Teman sebangkunya itu tak membelanya. Malah merumitkan keadaannya. Sial! Padahal ia dikamar mandi dengan Lana itu bertengkar bukan berbicara layaknya teman.

"Noh kan mau ngelak lagi lo!"

"Dasar pengkhianat!" Rini kembali mendorong bahu Moka.

Moka yang diperlakukan seperti itu tak terima. Ia menarik tangan Rini lalu memelintirnya kebelakang. Ia mengunci tubuh Rini. Anak-anak terkejut melihat itu. Mereka tidak menyangka jika Moka bisa beladiri. Joni sang ketua kelas mundur teratur. Ia takut bernasib sama dengan Rini.

Suara tepuk tangan bergema di kelas. Seluruh perhatian menuju arah suara. Di depan pintu berdiri Bima, Evan, Dandi dan Dimas. Mereka bertepuk tangan sambil tertawa. Drama yang menyenangkan di pagi hari.

Joni berlari menghampiri Evan. Ia bersembunyi di balik punggung cowok itu. Ia masih speachless dengan pertempuran para wanita. Cewek tuh kalau udah berantem baik mulut sama tangan pasti gerak. Kalau cowokkan palingan cuma main tangan. Nah kalau cewek gibah sambil pukul-pukulan.

Dangerous Boy - BimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang