Bab 24

1.1K 162 305
                                    

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and comen.

Wajib Komen setiap paragrafnya ya biar aku semangat

****

Bel pulang sekolah berbunyi. Murid-murid bergegas untuk pulang. Mereka keluar dari kelas berhamburan dengan penuh semangat. Begitu juga dengan Moka, ia sekuat tenaga berlari mengejar Bima.

Semenjak peristiwa di lapangan, Bima jadi suka mendiaminya. Cowok itu seakan tak menganggap kehadirannya. Bahkan ia yang duduk di depan cowok itu tak digubris sama sekali. Bima yang biasanya iseng atau usil jadi cuek. Moka merasa aneh dengan perubahan Bima yang drastis itu. Hanya karena seorang Dante, cowok itu jadi mendiaminya.

Sampai di tempat parkiran. Moka menatap sekeliling mencari motor Bima. Untungnya motor Bima terlihat begitu mencolok di antara motor lainnya. Moka tersenyum melihat sosok Bima berdiri di dekat Motor. Ia melangkah menghampiri cowok itu.

"Bima." Panggil Moka disaat Bima hendak naik ke atas motor.

"Apa?" Balas Bima jutek. Ia masih kesal karena Moka lebih membela Dante di banding dirinya.

"Kamu masih marah sama aku? Aku nggak Ada niat bela Dante. Aku cuma nggak mau kalian berantem gara-gara aku."

Bima tidak membalas, ia lanjut memakai helm dan naik ke atas motor hendak menyalakan mesin. Jika berkaitan dengan Dante entah kenapa Bima tidak bisa menahan emosinya. Apalagi Dante seakan tertarik dengan Moka, Bima tidak suka itu.

Bima tahu Dante masih memiliki dendam dengannya, sejak kematian Raffa. Bahkan Dante menyalahkannya atas peristiwa tersebut padahal dalang dibalik kecelakaan waktu itu bukan dia tapi Narendra -ayah kandung Moka. Bima masih ingat wajah pelaku. Itulah alasan kuat Bima tertarik membantu Moka balas dendam, Ia ingin memanfaatkan Moka untuk membalas kematian Raffa.

Moka yang tidak mendapat respon dari Bima langsung naik ke atas motor. Tanpa malu ia melingkarkan tangannya ke tubuh Bima. Ia tidak peduli lagi jika Bima akan mengomelinya.

Sedangkan Bima terkejut atas apa yang dilakukan Moka. Ia tidak mengira jika Moka akan senekat ini. Pelukan itu begitu hangat menyelimuti tubuhnya.

"Lo ngapain peluk-peluk gue! Turun!" Ujar Bima dengan nada kesal.

Bukannya turun Moka malah semakin memeluk erat pingggang Bima. Hal itu membuat Bima menghembuskan napas pasrah mau tidak mau ia membiarkan apa yang dilakukan Moka. Kemudian ia mengendarai motor keluar dari sekolah. Hal itu mendapat sedikit perhatian terutama dari Lana. Ia tidak suka melihat Moka yang dekat dengan cowok-cowok di sekolah. Apalagi tadi sampai diperebutkan. Ia merasa kalah saing. Seharusnya Ia yang diposisi itu.

Motor Bima melaju melintasi jalan raya. Bima mengambil jalan yang sepi. Karena ia menghindari keramaian.

"Bima." Panggil Moka.

Bima hanya berdehem menjawab panggilan gadis di belakangnya. Moka cemberut, bibirnya merengut karena dicuekin Bima. Ia merindukan Bima yang jail bukan jaim seperti ini. Rasanya aneh Bima menjadi cowok cool. Tidak cocok.

"Cuek banget."

"Ya."

Moka menghembuskan napas pasrah, ia menatap punggung Bima sendu. Semarah itu kah Bima sampai tak mempedulikannya lagi. Namun Moka tak menyerah ia tetap berusaha untuk mencairkan suasana di antara mereka.

Dangerous Boy - BimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang