Love dulu buat part ini ♥️
Jangan lupa follow vote and comen.
Wajib Komen setiap paragrafnya ya biar aku semangat
****
Setelah pulang sekolah Bima dan sahabatnya berkumpul di markas begitu juga dengan Moka. Mereka hendak mengerjakan tugas prakarya membuat Aquarium. Alat dan bahan sudah mereka beli tinggal menyusun dan menghias saja.
Bima yang awalnya ingin mengambil perekat di dekat ponsel Moka, diurungkan ketika melihat ponsel gadis itu berdering. Ada panggilan dari nomer yang tidak dikenal. Moka sedang di kamar mandi. Tanpa pikir panjang Bima mengangkat panggilan tersebut untungnya tidak dikunci.
"Ini gue Dante, save nomer gue." Rahang Bima mengeras mendengar itu. Bagaimana Dante bisa tahu nomer Moka? Sudah berapa dekat hubungan mereka. Hati Bima panas memikirkan itu.
"Lo mau mati! Gue udah bilang jangan deketin Moka." Balas Bima kesal.
Dimas dan Dandi yang melihat kelakuan Bima menggelengkan kepala. Mereka tak habis pikir dengan Bima. Kadang ia terlihat posesif tapi kadang seakan tak peduli dengan Moka.
Evan datang membawa makanan. Ia baru saja mengambil pesanan dari tukang ojek di depan pintu. Setelah ia meletakkan makanan tersebut di meja. Ia menghampiri Dimas dan Dandi.
"Bima kenapa?"
"Cemburu dia, ada cowok yang nelpon Moka." Dandi hanya asal menebak.
"Heran gue sama Bima, sebenarnya dia tuh suka nggak sih sama Moka." Dimas mulai gerah dengan kelakukan Bima. Baginya kalau suka ya udah deketin aja nggak usah tarik ulur. Evan hanya mengangkat bahu bingung. Bima itu susah ditebak jalan pikirannya.
"Kenapa nggak boleh? Gue suka sama Moka. Lo bukan siapa-siapa Moka. Jadi nggak bisa larang gue."
"Mati lo besok sama gue." Bima dengan kasar mematikan panggilan lalu memblokir nomer Dante.
"Ada yang nelpon gue Bim?" tanya Moka. Ia muncul bertepatan dengan Bima yang sedang mengotak-atik ponselnya.
"Tukang sedot WC tadi nelpon."
Jawaban Bima membuat ketiga pria yang sibuk memasang kaca menjadi bentuk balok tertawa. Mereka tahu Bima sedang berbohong. Kening Moka berkerut, ia menatap Bima curiga. Dengan kasar ia merebut ponselnya kembali. Ia memeriksa nomer yang menelponnya.
"Kok lo blokir nomernya?"
"Biar dia nggak macem-macem sama lo."
"Tukang WC memang mau ngapain gue."
"Seminggu lagi bokap lo mau ngadain ulang tahun." Bima mengalihkan perhatian. Jangan sampai Moka curiga jika nomer yang ia blokir itu adalah milik Dante. Sialan Dante! Kenapa sekarang malah ngincer Moka? Cari mati memang tuh setan.
Moka terdiam, ia tahu hari ulang tahun ayahnya. Namun sudah dipastikan ia dan ibunya tidak akan diundang dalam acara tersebut. Bahkan ayahnya ingin ia segera pergi dari kota ini.
"Gue tahu."
"Gue ada rencana. Kita bikin kejutan disana." Perkataan Bima membuat empat pasang mata itu membelalak. Kejutan yang Bima maksud adalah menghancurkan pesta tersebut. Gila! Padahal pesta itu dihadiri banyak pengusaha dan pejabat terkenal. Bisa masuk penjara kalau ketahuan.
"Lo yakin, Bim?" Moka takut jika rencana Bima malah membuat mereka bahaya.
"Gue selalu yakin dengan apa yang gue lakuin. Lagian kita ngelakuin misi ini bareng-bareng. Asal kompak semua akan beres."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Boy - Bima
Teen FictionBima merupakan ketua geng misterius yang bernama Ceros. Lalu ada anak baru bernama Vanila Mochallate. Gadis cerewet dan bar-bar yang ternyata memiliki Luka yang sama dengannya. Luka yang ingin membuat Bima melindunginya. "Jangan mati, ayo kita bale...