5.Diam Atau Mati?

36.5K 2.2K 7
                                    

Disalah satu kamar hotel, dua orang berbeda gender saling diam setelah mereka menceritakan alasan mereka masing-masing.

"Gua tau gua murahan, tapi bukan ini yang gua mau. Kalau pun gua jebak Om lo, gua gak akan lakuin apa yang kayak kita lakuin tadi malam,"cicit Sofia masih setia memegangi selimut untuk menutupi tubuh polosnya, sedangkan Fatir hanya diam membisu.

Fatir memejamkan matanya saat tak sengaja melirik ke arah wanita yang ada disampingnya. Meski saat ini tubuh Sofia tertutup selimut, namun bayangan lekuk tubuh wanita itu masih teringat jelas diotak Fatir. Sial sekali otaknya ini, disituasi menegangkan seperti ini Fatir justru kembali membayangkan kegiatan mereka tadi malam.

Sofia sendiri tidak menangisi nasibnya, atau mungkin ia sudah kelelahan menangis tadi malam karena kesakitan dan merasa hina. Percuma juga menangis, toh sudah terjadi.

Sofia melirik ke arah Fatir yang tidak menggunakan baju dan hanya menutupi bagian bawahnya sehingga memperlihatkan bagian perutnya yang kotak-kotak. Sofia meneguk ludahnya dan langsung menggelengkan kepalanya saat mengingat kejadian tadi malam dimana pria itu ada tepat diatasnya.

"Gua juga--ekhem, gua juga minta maaf karena udah ambil keperawanan lo,"cicit Fatir memalingkan wajahnya ke samping. Bukannya ia tak mau melihat Sofia, justru itulah yang sangat Fatir inginkan, tapi ia harus menahannya karena jika tidak, mereka akan melakukan hal yang sama seperti tadi malam untuk kedua kalinya.

Fatir berdiri dan langsung menggunakan bajunya kembali kemudian menatap Sofia yang masih diam ditempat.

"Cepet pake baju, kita ke rumah lo sekarang,"ucap Fatir membuyarkan lamunan Sofia.

"Kenapa? Kenapa harus kerumah gua?"bingung Sofia membuat Fatir menghela napas.

"Gua udah perawanin lo, ya kali gua gak tanggung jawab, lagian tadi malem gua udah janji buat nikahin lo,"jelas Fatir terlewat santai membuat Sofia mendelik dan melemparkan bantal ke kepala pria tersebut.

"Sampai lo berani bocorin hal ini sama orang lain lo bakal mati--"

"Sofia dengerin gu-"

"Atau gua yang bunuh diri,"ancam Sofia melanjutkan ucapannya yang terpotong.

Fatir menatap tak percaya wanita dihadapannya. Padahal niat Fatir baik, ia hanya mau tanggung jawab. Lagi pula tak ada ruginya menikah dengannya, bahkan sepertinya banyak wanita yang ingin berada diposisi Sofia.

"Sof dengerin gua, ini demi kebaikan kita, demi lo juga. Lo gak mau kan jadi jomblo tua seumur hidup cuman karena gak perawan?"kata Fatir berusaha meyakinkan wanita kasar dihadapannya.

Sofia tersenyum kecut mendengar ucapan Fatir. Benar dirinya sudah cacat, inilah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki tidak akan meninggalkan bekas dan bisa menjalani hidupnya seperti biasa, beda dengan wanita yang akan sulit untuk menjalani kehidupan yang mereka impikan.

Sudahlah, semua sudah terjadi. Saat ini Sofia hanya harus bisa menerima takdir, atau mungkin karma. Dari awal niatnya sudah salah, dan Tuhan menggagalkan rencananya dengan karma ini.

"Gua mending gak nikah daripada harus nikah sama lo,"desis pelan Sofia melirik tajam ke arah Fatir.

Fatir menghela nafas lelah lalu menjambak rambutnya frustasi.

"Ok ok kalo itu yang lo mau. Fine, gua gak akan maksa,"kesalnya pergi meninggalkan tempat tersebut.

Sofia menatap datar ke arah pintu kemudian melirik ke lantai dimana bajunya berserakan.

Dengan susah payah Sofia berjalan kekamar mandi sambil membawa pakaiannya.
.......

Setelah sampai dirumah keluarganya, Fatir dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita dewasa yang asing baginya sedang bercengkrama bersama anggota keluarganya.

Salah Target [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang