Sofia menatap penuh selidik ke arah Fatir setelah kepergian Hakim, barusan dirinya marah-marah pada kedua pria yang entah apa sebabnya tiba-tiba ditemukan bertengkar.
Sofia menghela napas lalu mengambil minumannya kembali dan meneguknya hingga habis.
"Mau pesen lagi ngg--"
"DIEM!"sarkas Sofia memotong perkataan Fatir.
"Lo ada masalah apa sih sama Hakim?"kesal Sofia.
Tadi saat Sofia baru keluar toilet, dirinya mendapati Fatir sedang menonjok Hakim. Untung saja ada Sofia yang langsung melerai mereka, jika tidak entah bagaimana keadaan Hakim saat ini. Setelah melerainya, Sofia langsung meminta Hakim untuk segera pulang karena wanita itu dapat melihat jelas raut wajah menahan emosi milik Fatir. Jika Hakim tetap disini, bisa dipastikan Fatir akan kembali memukulnya.
Fatir menggeleng pelan sambil memfokuskan dirinya pada layar handphone membuat Sofia menghela napas, kemudian berdiri dari tempat duduknya.
Melihat Sofia berdiri Fatir mendongak lalu menahan tangan Sofia yang hendak meninggalkan tempat duduknya.
"Mau pulang sekarang? Gua anter ya?"tawar Fatir yang diberi gelengan dari Sofia.
"Gua bawa motor sendiri tadi, gua bisa pulang sendiri,"tolaknya membuat Fatir hanya mengangguk pasrah.
Fatir mengambil kantong plastik yang berada dimeja kemudian menyerahkan paksa ke tangan Sofia.
"Gak ada salahnya dicoba, gua mau ke Jakarta tiga hari. Nanti gua langsung pulang ke rumah gua buat persiapan pemberangkatan nanti malem. Gua janji gak akan kabur dari tanggung jawab, setelah pulang gua bakal langsung lamar lo,"mohon Fatir membuat Sofia dengan berat hati menerima kantong plastik tersebut.
Sofia mengangguk paham mendengar penjelasan Fatir. "Gua harap lo gak usah terbebani, gua gak minta lo tanggung jawab. Gua harap lo bisa jalani hidup sesuai apa yang lo harapin,"balasnya sebelum pergi meninggalkan Fatir yang masih diam ditempat sambil memandangi punggung Sofia yang semakin menjauh.
Fatir menundukkan kepalanya sebentar, menghela napas kemudian menyugar rambutnya kebelakang.
"Andai lo tau yang gua harapin itu lo,"batinnya.........
Sampai didepan rumah, Sofia berpapasan dengan Ibu Fatir yang baru saja berkunjung kerumahnya. Entah apa alasan wanita itu berkunjung kerumahnya, padahal biasanya Ibu Fatir itu jarang keluar rumah dan berbincang dengan para tetangganya jika tidak karena urusan penting. Karena Ibu Fatir tau jika berkumpul dengan tetangga, pasti yang ditanyakan tentang Fatir. Dan itu mungkin membuatnya risih.
Sofia menyapa wanita yang berstatus sebagai Ibu Fatir itu lalu mengecup singkat tangannya sebagai bentuk sopan santun pada orang yang lebih tua.
"Habis dari mana Sof?"tanya Ibu Fatir melihat penampilan Sofia.
Sofia tersenyum ramah. "Habis keluar Tante,"jawabnya.
Ibu Fatir hanya mengangguk paham.
"Sama Fatir?"tanyanya membuat Sofia mengangguk ragu.Ibu Fatir terkekeh kemudian mengelus pelan kepala Sofia. "Jaga diri baik-baik ya, banyak-banyak sabar dan istighfar,"ucapnya membuat Sofia mengeryit bingung sebelum akhirnya mengangguk.
"Ya udah, Tante duluan,"pamitnya.
"Iya Tan hati-hati"
Selepas kepergian Ibu Fatir, Sofia segera masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan salam yang langsung dijawab oleh Ibunya yang kebetulan ada diruang tamu.
Sofia berjalan mendekati Ibunya kemudian mendudukkan dirinya disamping Ibunya.
"Ibunya Fatir tadi habis dari sini?"tanya Sofia membuat fokus Ibunya teralihkan dari layar handphone.
Ibunya mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa?"tanyanya lagi.TAK..
Sofia memegangi kepalanya yang tiba-tiba mendapatkan getokan dari sang Ibu."Kamu gak pernah bilang kalo pacaran sama Fatir,"protes Ibunya membuat Sofia mengeryit bingung, tak mengerti maksud Ibunya itu. Pacaran? Dengan Fatir? Bukankah itu sangat tidak mungkin terjadi.
"Hah? Maksudnya?"bingung Sofia membuat Ibunya mendecak kesal.
"Tadi Ibunya Fatir kesini buat omongin soal hubungan kalian, dia bilang mereka mau lamar kamu 3 hari lagi," jelasnya membuat mata Sofia membulat sempurna, bisa-bisanya Fatir mengambil keputusan terlebih dahulu baru memberitahunya.
Ibu Sofia melirik ke arah kantong plastik yang ada ditangan Sofia, tangannya terulur ingin mengambil kantong tersebut tapi tertunda saat Sofia langsung menariknya.
"Apa itu?"
"Apa? Ini? Oh ini sabun muka. Tadi aku udah beli martabak sama gorengan buat Ibu sama Selli. Masih dimotor ambil aja, aku mau ke kamar dulu,"elak Sofia langsung ngacir menuju kamarnya.
Tanpa berpikir panjang Ibu Sofia langsung menuju ke motor sang anak untuk mengambil makanan tersebut, tak ada kecurigaan sama sekali terhadap kantong plastik yang dibawa anaknya ke dalam kamar.
.....Sesampainya dikamar Sofia langsung menyembunyikan kantong plastik tersebut kedalam lemari. Setelahnya Sofia langsung mencari nomor Fatir begitu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.
(Hallo Fat)
(Sstt--) Ringisan terdengar diujung sana membuat Sofia panik.
(Hallo Fat-- Heh lo gak papa kan?)
(Iya gua gak papa, kenapa?) Akhirnya Fatir menyaut tapi suaranya terdengar sangat lemas. Apa yang terjadi pada pria itu?
(Anu--itu, lo udah bilang kalo kita mau nikah sama Ibu lo? Barusan Ibu lo kerumah gua) Tanya gugup Sofia dengan nada sedikit berteriak, awalnya ia ingin mengomel tapi begitu mendengar ringisan dari Fatir, Sofia jadi tak tega untuk membentak dan memarahi pria tersebut.
(Sorry ya Sof, besok kita bicarain lagi. Gua lagi gak enak badan sekarang, intinya tiga hari lagi gua lamar lo) Balas Fatir sebelum mematikan panggilan sepihak.
Sofia memandang layar handphonenya kemudian menghela napas pelan sebelum membaringkan tubuhnya menatap dinding atas rumahnya.
"Apa gua terima aja ya?"gumamnya.
....Dirumah, Fatir memegangi perutnya yang terasa perih, baru saja dirinya memuntahkan isi perutnya kembali. Padahal tadi dicaffee dirinya tak makan apapun kecuali minum. Tadi pagi pun dirinya sudah muntah-muntah setelah sarapan, dan sekarang ia kembali muntah setelah pulang dari caffe dengan mengendarai mobilnya.
Perlahan Fatir kembali berdiri untuk merebahkan tubuhnya dikasur, sepertinya ia harus beristirahat terlebih dahulu sebelum berangkat ke Jakarta.
Satu jam Fatir tertidur, dirinya bangun begitu mendengar alarm yang sengaja ia pasang untuk mengingatkannya. Dengan malas, Fatir berdiri dan masuk kedalam kamar mandi.
Selesai mandi Fatir segera menyiapkan perlengkapan dirinya selama diJakarta, kemudian meraih kunci mobil. Jika tidak mendesak Fatir tak akan mau ke Jakarta, lebih baik ia segera menyelesaikan urusannya dengan Sofia daripada harus pulang pergi keluar Lampung.
Sepertinya setelah menikah, Fatir akan membawa Sofia untuk ikut dengannya ke Jakarta, karena dekat dengan tempat kerjanya. Daripada harus meninggalkan wanita itu sendirian dirumah, sedangkan dirinya tak tenang saat bekerja.
Bodohnya Fatir mendirikan usaha-usahanya diluar Lampung sehingga membuatnya harus bolak balik. Dulu Fatir merasa sangat senang, karena dengan begitu ia bisa refresing dan tidak harus dirumah melulu bersama para tetangga dan juga keluarga yang selalu menanyai kehidupannya. Tapi dengan keadaannya yang sekarang, hal itu sangat menyiksanya. Naik mobil sendiri saja muntah, bagaimana bisa menaiki mobil orang lain yang dikendarai oleh orang lain.
"Baru pulang sekarang harus ke Jakarta,"keluhnya merasa lelah.
......
Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.Jangan lupa vote & comment setelah baca
≧∇≦
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Target [END]
RomanceKetika menemukan seseorang yang benar-benar dicintai. Sofia melakukan segala cara agar bisa mendapatkan pria tersebut, termasuk menjebaknya agar bisa menikahinya. Namun seolah keberuntungan tak berpihak padanya. Sofia justru kena jebak bersama kepo...