7. Gila lo!

30.7K 1.9K 15
                                    

Dengan malas, Sofia berjalan keruang tamu yang sudah ada Ibunya dan Fatir setelah mandi dan berias diri.

"Nah, gitukan enak diliatnya gak kayak anak ilang,"ledek Ibunya membuat Sofia mendesis kesal.

Fatir terkekeh mendengar ucapan Ibu Sofia. Pria itu berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Sofia.

"Yaudah Tante, Fatir izin bawa Sofianya dulu ya"

"Iya, kalau perlu gak usah dibawa pulang juga gakpapa,"canda Ibu Sofia mengangguk memperbolehkan pria yang ia idamkan jadi menantu itu untuk membawa anak perempuannya.

Sofia menatap bingung Fatir yang malah membawanya ke rumah Ibu Farhan. Wanita itu menghentikan langkahnya membuat Fatir juga ikut berhenti kemudian menatapnya.

"Mau kemana?"tanya Sofia pada Fatir.

"Kerumah Nenek,"singkat Fatir menjawab pertanyaan Sofia.

Mereka melangkahkan kaki mereka kembali, memasuki rumah yang didalamnya sudah terdapat banyak orang yang sedang bersiap.

"Oh Fatir udah dateng," kata Ibu Fatir menghampiri mereka berdua.

"Yang diajak Sofia nih ciee..."ledek Farhan menyenggol bahu Fatir yang tersenyum kaku.

Sedangkan Sofia hanya terdiam memperhatikan penampilan Farhan yang saat ini sangat sempurna dimatanya.

"Hari ini Sofia ikut kita ke rumah calonnya Farhan buat lamar,"ucapan Ibu Fatir membuyarkan lamunan Sofia. Wanita itu memperhatikan sekelilingnya kemudian menatap kesal ke arah Fatir. Bisa-bisanya pria itu berniat menaburkan garam diluka hatinya.

Tak lama, semuanya sudah bersiap berangkat ke rumah calonnya Farhan. Sofia berdua dengan Fatir menggunakan mobil milik Fatir, sedangkan yang lain satu mobil berisi empat sampai lima orang.

Selama diperjalanan Sofia hanya diam sambil sesekali melihat ke jendela menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Fatir diam-diam memperhatikan Sofia yang sedari tadi hanya diam, pria itu sedikit merasa aneh dengan sikap Sofia yang tak seperti biasanya. Padahal biasanya wanita itu akan marah-marah jika berada dekat dengannya. Apalagi Sofia tak protes sama sekali saat tau Fatir tak memberitahunya mengenai dirinya yang akan diajak kerumah Cella, untuk melamar calon Farhan.

"Sof,"panggil Fatir pelan yang masih bisa terdengar oleh Sofia karena suasananya yang sunyi. Sofia menoleh kesamping menunggu Fatir melanjutkan ucapannya.

"Gua minta maaf," cicit pelan Fatir membuat Sofia menghela napas.

"Udah terjadi juga, gua harus gimana? Gak ada gunanya nyalahin takdir dan nyalahin diri lo, atau--nyalahin diri gua sendiri,"jawab Sofia terdengar pasrah ditelinga Fatir.

"Mungkin ini karma karena gua udah rencanain rencana jahat," lanjut Sofia tersenyum tipis, senyum yang menyakitkan dimata Fatir.

"Kapanpun lo butuh tanggung jawab gua, gua siap," ucap Fatir serius, tapi hal itu justru membuat Sofia terkekeh.

"Dan gua gak akan pernah butuh itu. Lagian gua gak yakin kalo lo mau tanggung jawab. Gua perempuan kesekian yang udah lo coba kan?"

Citt...
Mobil yang dikendarai Fatir direm mendadak membuat Sofia hampir terjungkal kedepan jika tidak menggunakan sabuk pengaman.

"Sebrengsek itu gua dimata lo?"tanya Fatir menatap tak percaya.

"Nyatanya yang terlihat dimata gua gitu,"santai Sofia menjawab Fatir.

"Sofia percaya gak percaya, lo perempuan pertama yang gua--"

"Fatir!!"potong Sofia menarik nafas panjang menatap pria yang saat ini bersamanya.

"Gua cuman mau lo lupain semuanya. Gua gak minta tanggung jawab lo. Udah itu aja, kenapa susah banget sih?!"lanjut Sofia menatap kesal ke arah Fatir.

"KARENA GUA TAKUT LO HAMIL!!"

DEEG..
Jantung Sofia rasanya seperti meloncat dari tempatnya. Tubuhnya langsung terasa dingin mendengar kalimat yang dilontarkan Fatir, tak pernah terpikir dibenaknya jika ia bisa saja hamil karena kesalahan mereka berdua.

"Gak itu gak akan terjadi!! I-itu gak mungkin aakkh!!"teriak frustasi Sofia membuat Fatir menatapnya sendu.

Fatir merasa bersalah karena menambah beban pikiran Sofia. Tapi Fatir menyampaikan ini agar Sofia tak menganggap remeh sesuatu yang mereka lakukan kemarin malam.

Fatir menarik tubuh Sofia kepelukannya, pria itu mengelus pelan punggung wanita yang saat ini sudah gemetar ketakutan. Sebelumnya Fatir tak pernah melihat sisi Sofia yang seperti ini. Sofia yang Fatir kenal adalah gadis jutek yang selalu marah tanpa alasan yang jelas, kini justru bergetar ketakutan dihadapannya hanya karena satu kalimat yang juga selalu menghantui dirinya.

"Sstt... ada gua, tenang. Gua gak akan lari Sof, gua janji bakal tanggung jawab,"bisiknya tepat ditelinga Sofia.

Cukup lama mereka menenangkan diri dan membenarkan penampilan Sofia yang berantakan hingga mereka tertinggal dari rombongan.

"Besok gua bakal cari tempat aborsi terbagus buat jaga-jaga,"kata Sofia tiba-tiba setelah hening menyelimuti mereka berdua membuat Fatir menatapnya dengan tatapan marah dan kecewa.

"Lo tega bunuh anak lo sendiri Sof?!" bentak Fatir membuat Sofia sedikit terkejut

"Lebih baik aib itu yang mati, daripada gua yang mati ditangan bokap gua!!"teriak Sofia frustasi.

"Kalau gua mending gua yang mati, kerena emang gua yang salah daripada bunuh nyawa yang sama sekali gak bersalah."

"Kalau gitu mati aja sekarang, biar gua gak liat lo lagi,"kesal Sofia.

Fatir menghela napas berusaha menenangkan dirinya dan mengontrol amarahnya. Fatir harus bisa berkepala dingin untuk saat ini, ia harus bisa memperbaik suasana bukan memperburuk.

Tak mau membuang waktu dengan bertengkar, Fatir kembali menjalankan mobilnya menyusul rombongan keluarganya yang sepertinya sudah jauh dari mereka.

Keadaan didalam mobil kembali hening sampai mereka tiba dirumah calon Farhan.

Fatir turun terlebih dulu kemudian menunggu Sofia disamping mobilnya. Pria itu kembali masuk saat wanita didalam mobil tersebut tidak segera keluar.

"Turun Sof,"ucapnya membuat Sofia menoleh lalu menggeleng pelan.

"Gua takut gak sanggup, gua takut nanti nangis disana," cicitnya membuat Fatir menarik pergelangan tangannya.

"Nanti kalo mau nangis ijin aja keluar, kalo gak ke toilet,"ucap Fatir begitu Sofia sudah keluar dari mobil karena paksaannya.

Akhirnya mereka berdua masuk mengikuti keluarga Fatir dari belakang.
.....

Sampai disaat pemasangan cincin Sofia sudah tak bisa menahannya, wanita itu berpamitan mengambil handphonenya dimobil yang memang sengaja ia tinggal untuk alasannya seperti sekarang.

Sampai dimobil, Sofia hanya bisa manarik nafas lalu mengembuskannya. Sudah cukup, ia tak mau menangis lagi.

TOK..TOK..TOK..

Fatir mengetuk kaca cendela mobil membuat Sofia menurunkan kacanya.

"Nih minum, sama ini tadi beli didepan siapa tau lo laper,"ucap Fatir menyodorkan minuman dingin dan bakso sosis bakar ke jendela mobil yang langsung diterima oleh Sofia.

"Yaudah gua mau balik ke dalem," pamit Fatir mulai menjauh dari mobil.

Sofia segera turun dari mobil, berlari mengejar Fatir kemudian menahan tangannya, membuat Fatir menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang menghadap Sofia.

"Bantu gua dapetin Om lo gimana pun caranya, kalau mau terima maaf dari gua,"ucap Sofia membuat Fatir menghempaskan tangannya kasar.

"Gila lo!"Fatir melanjutkan langkahnya meninggalkan Sofia yang menahan dirinya agar tidak menangis.

.....

Cerita yang saya buat semata-mata hanya untuk menghibur dan tidak untuk menyinggung pihak manapun. Maaf jika ada salah yang tidak saya sengaja ataupun tidak saya ketahui.

Vote & Comment!!
≧∇≦

Salah Target [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang