Pagi-pagi sekali Fatir sudah ada dirumah orang tuanya. Bukan tanpa alasan pria itu menyempatkan dirinya untuk sarapan dijadwal yang padat, melainkan Fatir ingin memantau seorang wanita yang rumahnya berada didepan rumah orang tuanya.
Biasanya Sofia akan jogging bersama Adiknya setiap pagi. Tapi kali ini Fatir tak melihat wanita itu melewati rumahnya, hal itu tentu membuatnya kesal tapi tak tahu harus meluapkan kekesalannya pada siapa.
.....Disela-sela makannya, Fatir melirik ke arah Ibu dan Ayahnya yang terlihat sedang menikmati makanannya dalam diam.
"Yah Bu,"panggilnya membuat kedua pasangan itu menoleh menatap anak keduanya.
"Fatir pengen nikah"
Hening....
Tak ada sautan dari kedua orang tuanya membuat Fatir merutuki mulutnya yang asal bicara. Memang minta nikah sama seperti minta permen wahai Fatir Khoirul Ahsan?! Bisa-bisanya dengan santainya anda meminta nikah, padahal yang orang tuamu tahu selama ini kau tak pernah serius dalam menjalin hubungan dengan seorang wanita.Ayah Fatir menghela napas panjang sebelum menatap dalam sang putra yang meneguk kasar ludahnya sendiri.
"Kamu yakin? Nikah bukan mainan looh Tir, nikah beda sama pacaran. Kamu harus pikirin mateng-mateng apa yang kamu lalui setelah menikah. Tanggung jawabnya besar, beda sama pacaran,"jelas sang Ayah memberi nasihat pada Fatir yang menyimak.
Fatir beralih menatap Ibunya seolah meminta pendapat dari wanita yang telah melahirkannya itu.
"Umur kamu memang udah matang, tapi pikiran kamu belum. Kamu pikir Ibu gak tau kalau kamu sering gonta-ganti cewek?" Fatir menundukkan kepalanya tanpa bisa mengelak karena memang benar apa yang diucapkan oleh Ibunya.
"Emang siapa yang mau kamu ajak nikah?"tanya Ibunya kini dengan nada lembut.
Fatir mendongak menatap wajah kedua orang tuanya bergantian.
"Sofia,"ucapnya sangat pelan bahkan nyaris tak terdengar jika seandainya keadaan rumah saat ini tidak sedang sepi."Sofia anaknya Pak Darwin?"tanya Ayahnya sedikit terkejut, Fatir mengangguk polos menjawab pertanyaan sang Ayah.
"Emangnya dia mau sama kamu?"
Damn...
Ucapan Ibunya selalu tepat sasaran.
"Aku udah perawanin dia pas gak sadar, takutnya ternyata dia hamil dan keburu buncit,"jelas Fatir tanpa rasa bersalah membuat kedua orang tuanya terkejut. Yakinlah jika seandainya mereka punya penyakit jantung pasti saat ini mereka sudah meninggal ditempat.TAK..
TAK..
TAK..
Sendok yang digunakan Ibunya untuk makan melayang tepat dikepala Fatir."Fatir!! Astaghfirullah nak. Ibu tau kamu nakal tapi Ibu gak nyangka kamu sebrengsek ini," teriak Ibunya sambil menyentuh kepalanya yang tiba-tiba berdenyut nyeri.
"Jadi kapan?" tanya sang Ayah menahan emosinya.
"Apanya?"beo Fatir bingung.
Tak..
Lagi-lagi sendok melayang dikepala Fatir, bedanya kali ini dengan tenaga dalam hingga membuat kepala Fatir langsung terasa pusing."Kamu kapan mau nikahin dia?"kata Ayahnya memperjelas pertanyaannya.
"Secepatnya,"Fatir menjawab sambil memegangi kepalanya.
"Dia gak ngisi kan? Besok kita kerumahnya buat ngelamar dia dulu. Kalau nikahannya setelah Paman kamu nikah aja, yang penting kamu tanggung jawab,"jelas sang Ayah membuat Fatir ingin protes.
"Jangan setelah Om Farhan lah, ini aja kayaknya udah satu bulan lebih usianya. Fatir aja yang duluan nikah,"protes Fatir tak terima.
"FATIR!!!"teriak kedua orang tuanya bersamaan yang langsung memukuli anaknya. Bahkan sang Ayah langsung mengambil sapu lantai yang sebelumnya hanya diam menyimak drama keluarga diujung ruangan, harus berpindah tempat dan terombang-ambing untuk memukuli anak keluarga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Target [END]
RomanceKetika menemukan seseorang yang benar-benar dicintai. Sofia melakukan segala cara agar bisa mendapatkan pria tersebut, termasuk menjebaknya agar bisa menikahinya. Namun seolah keberuntungan tak berpihak padanya. Sofia justru kena jebak bersama kepo...