Chapter 32

427 52 8
                                    

Sudah seminggu berlalu, hari terlewati begitu saja. Namun semua hari itu tiada artinya sama sekali untuk Rassya, semuanya terasa sangat kosong, ia pergi ke sekolah setiap harinya namun ia merasa seperti tidak di sekolah karena ketidak hadiran seseorang yang begitu ia sayangi. Dan ketika ia berada di rumah ia tidak merasa itu rumah tetapi sebuah neraka yang di banjiri api setiap harinya, banyak masalah yang menghampiri remaja 17 tahun ini.

Terkadang ia merasa seperti dunia ini tidak adil untuk nya. Mengapa setiap kali ia mendapatkan kebahagiaan itu tidak akan bertahan lama. Apa ia begitu tidak pantas untuk bahagia?

Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya, ia yang selalu rajin bolak-balik ke rumah sakit untuk menjenguk kekasih hatinya yang masih terbaring koma di atas ranjang rumah sakit. Melihat Aqeela yang terbaring kaku, dan alat-alat medis yang terpasang di tubuh mungilnya. Bisakah Aqeela membuka matanya sekarang, sungguh ia sangat merindukan suara kekasihnya ini ia merindukan senyumannya, tawanya, dan segala hal yang ia lakukan.

Lelaki itu menarik kursi yang sudah di sediakan di pinggir ranjang, ia menaruh buah-buahan yang ia bawa di atas meja lalu duduk di kursi itu.

“Hai sayang” sapa nya meskipun ia tau Aqeela tidak akan membalas sapaannya itu. Ia teringat wajah Aqeela yang tersipu malu jika Rassya memanggilnya dengan sebutan sayang, dan berakhir akan memukul lengan nya.

"Nggak capek tidur terus? Pasti pegel banget kalo tidur kaya gini” kata nya, ia mengusap lembut kepala Aqeela sama seperti yang ia lakukan di hari-hari sebelumnya.

"Nggak kangen sama aku? Pasti nyenyak banget yah tidurnya sampai gak mau bangun buat aku" Ia tersenyum, senyuman kosong yang terlihat sangat menyakitkan.

"Bangun yah, bangun dari tidur kamu yang sangat menyakitkan ini...” lirihnya matanya mulai memanas, pandangan nya mulai kabur karena air mata yang membendung di pelupuk matanya.

"Kamu tau gak? Kamu tidur kaya gini, sama aja kamu membunuh aku pelan-pelan.. jadi bangun yah" ia menempelkan punggung tangan Aqeela pada pipinya membiarkan air matanya jatuh membasahi punggung tangan Aqeela. Memejamkan matanya Rassya pun terisak dalam tangis, tak bisakah perempuan yang sedang terbaring di atas ranjang ini membuka matanya? Ia ingin sekali memeluknya, menenangkan hatinya yang juga lelah dengan keadaan.

Lama ia menangis sampai akhirnya ia berhenti secara tiba-tiba ketika jari tangan nya bergerak kecil. Rassya menatap Aqeela dengan penuh harap bahwa ia akan segera bangun. Dan yah... Matanya perlahan mulai terbuka hal pertama yang ia lihat adalah warna putih dan sebuah lampu yang menyala, bau-bau obatan ia yakin bahwa sekarang ia berada di rumah sakit.

"Aqeela..." Lirih Rassya pelan, Aqeela memandang Rassya dengan mata sayu nya, sepertinya untuk membuka mata sebentar saja membuat dirinya kelelahan ia tersenyum tipis saat melihat Rassya berada di samping nya. Sudah berapa lama ia tidak melihat lelaki tampan ini??

"J-jangan nangis..." Lirihnya pelan. Mendengar hal itu dengan cepat Rassya menghapus sisa-sisa air matanya lalu tersenyum lembut melihat Aqeela.

"Aku panggilin dokter dulu yah" ucapnya dengan lembut dan semangat namun ketika ia hendak pergi tangan nya di pegang oleh Aqeela membuatnya berhenti lalu menoleh pada Aqeela "kenapa hm?" Tanya nya ia mengusap lembut rambutnya.

"Di sini aja.. temenin..." Lirih nya tanpa menunggu lama Rassya langsung saja mengiyakan permintaan Aqeela. Ia kembali duduk di bangku dekat ranjang dengan posisi tangan yang saling bertautan satu sama lain. Lelaki itu tak ada henti-hentinya berterimakasih kepada Tuhan karenanya kini Aqeela sudah sadar dari komanya.

"Maafin aku yah.." lirih Aqeela pelan

"Kenapa minta maaf?" Tanya Rassya. Iya! Dia memang harus bertanya Aqeela tidak melakukan kesalahan apapun namun kenapa ia minta maaf?

"Maaf bikin kamu khawatir.."

"Qeela kamu gak perlu minta maaf di sini yang salah itu aku bukan kamu.. karena aku kamu jadi kaya gini.." ucap Rassya penuh penyesalan.

"Nggak—"

"Sssttt udah diam aja kamu harus istirahat biar cepat sembuh" Rassya langsung saja memotong pembicaraan Aqeela ia tidak akan membiarkannya membicarakan hal-hal yang tidak masuk akal.

"Temenin yah.."

"Tentu sayang.." ucapnya, Aqeela tersenyum senang saat mendengar Rassya yang berucap dengan manis. Ah dia merindukan kekasih tampan nya ini.




∆∆∆∆∆∆∆

Matahari kini terbit dari ufuk timur menghangatkan bumi dari dinginnya angin malam. Burung-burung berkicau seperti biasanya seakan-akan membangunkan mereka yang masih asik tertidur. Pagi ini lelaki yang memiliki nama Rassya itu bangun lebih awal, ia akan ke rumah sakit pagi ini. Ia bangun lebih awal karena berniat membuat bekal untuk Aqeela. Sedaritadi Rassya tak henti-hentinya untuk tersenyum, ia sangat senang mengingat kekasih hatinya sudah sadar.

"Siap!" Ucap nya senang ketika bekal yang ia buat sudah selesai dan sudah diisi rapih dalam sebuah paper bag. Rassya meninggalkan bekal itu di atas meja makan, ia harus segera mandi dan pergi ke rumah sakit.

24 menit ia habiskan untuk membersihkan diri dan bersiap-siap setelah sudah rapi ia keluar dari kamarnya dan mengambil bekal yang ia taruh di atas meja.

"Loh.. Kakak mau kemana?" Tanya Wulan yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Mau ke rumah sakit" jawab nya

"Siapa yang sakit?"

"Pacar kakak dia lagi sakit" ucapnya ia menatap ke sekelilingnya namun yang ia dapatkan hanyalah Wulan dan tidak ada orang lain selain mereka berdua yang berada di dalam dapur.

"Oh... Mama sama papa masih di kamar" mendengar Wulan yang dengan polos nya menyebut Amanda sebagai mama membuat sisi lain dari Rassya mulai timbul. Semenjak ada Amanda di sini, rumah ini tidak pernah tenang pasti ada saja masalah yang timbul.

"Sarapan gih, kakak udah buatin sarapan tinggal kamu makan aja" ujar Rassya

"Kakak, minta tolong bikinin susu boleh?" Cicit  Wulan.

Rassya mengangguk lalu ia membuatkan segelas susu untuk adiknya ini. Setelah membuat susu Rassya mengangkat tubuh Wulan lalu menduduki nya di atas kursi meja makan. Ia memberikan gelas susu itu dan sebuah roti yang sudah di olesi selai strawberry untuknya.

"Makasih kak" ucap Wulan sambil tersenyum lembut pada kakaknya. Lalu ia memakan sarapan paginya. Rassya belum berangkat ke rumah sakit , mungkin sekitar 20 menit lagi ia harus menemani Wulan untuk sarapan, karena seperti yang kalian tau Marsel dan Amanda masih berada di kamar mereka mungkin mereka berdua masih tertidur.

Jujur saja Rassya sangat tidak suka dengan ayahnya yang sekarang ia lebih mementingkan Amanda dari pada anak-anak nya sendiri. Rassya sudah biasa tidak di anggap di rumahnya sendiri tapi Wulan? Ia tidak tega melihat adik kecilnya ini sudah tidak dipedulikan lagi oleh ayahnya. Semua karena perempuan itu!










TBC

Vote please, sorry for typo..






~SYAQEEL💙

NOVEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang