Chapter 39

415 56 20
                                    

Pintu taksi itu terbuka dengan cepat seorang perempuan turun dan masuk ke sebuah rumah yang sangat mewah. Menekan bel beberapa kali akhirnya pintu rumah itu terbuka menampilkan seorang maid paruh baya yang terlihat sangat sedih mata sembab dan hidung yang merah ia tau maid itu pasti habis menangis. Ya.. ia juga merasa kehilangan ia sudah tinggal bersama dengan keluarga ini selama puluhan tahun dan menganggap mereka sebagai keluarga meski ia hanyalah seorang pembantu.

"Bi ada Rassya nggak?" Tanya Aqeela pada Mina, maid yang membukakan pintu untuk Aqeela

"Rassya lagi di rumah sakit" jawabnya

"Ah boleh tau nggak dimana rumah sakitnya bi?"

"Rumah Sakit Harapan Permata"

"Makasih banyak bi" Mina hanya mengangguk kemudian Aqeela berpamitan untuk segera pergi ke rumah sakit yang telah diberitahu oleh maid tadi. Aqeela menghentikan sebuah taksi kemudian ia bergegas untuk masuk ke dalam taksi lalu taksi itu berlaku menuju pada tujuan yang dikatakan oleh Aqeela penumpangnya.

20 menit berlalu akhirnya Aqeela sampai pada rumah sakit Harapan Permata. Aqeela memberikan ongkos pada supir tersebut kemudian membuka pintu taksi dan turun. Hanya sekedar memberi tau bahwa hari ini Aqeela tidak masuk sekolah ia beralasan bahwa perutnya sakit jad ia diijinkan untuk tidak masuk ke sekolah hari ini.

Berjalan dengan cepat menuju resepsionis Aqeela bertanya dimana ruang jenazah ayah Rassya dan juga adiknya. Setelah resepsionis itu memberitahu letak ruangannya perempuan yang menyandang status sebagai kekasih Rassya itu akhirnya pergi menuju ruang jenazah dengan nomor 143 pada lantai dua.

Aqeela berdiri di depan pintu dari kaca jendela ia bisa melihat dengan jelas bagaimana hancurnya Rassya yang kehilangan orang yang ia cintai. Meskipun hubungan antara Marsel dan Rassya tidak begitu baik tetap saja ia akan merasa kehilangan karena Marsel adalah ayahnya. Terlebih Wulan sosok anak kecil yang selalu ada untuk Rassya meski Rassya adalah orang yang dingin dan tidak perduli di sekitarnya Aqeela tau Rassya sangat menyayangi Wulan. Tapi sekarang anak itu sudah tiada.

•••

Rassya masih dalam posisi yang sama bersandar pada tembok putih itu dan tak henti-hentinya menangis histeris. Ia tak bisa mengukur sesak di dadanya rasanya ia ingin mati saja sekarang toh tidak ada gunanya ia hidup jika pada akhirnya ia hanya sendirian.

Sesak dan sakit itu yang dirasakan Rassya sekarang, jika air mata adalah hujan mungkin sekarang telah banjir karenanya. Siapapun akan terluka saat orang yang mereka sayang telah pergi apalagi ini adalah pergi dan tak kembali.

Rassya melihat ke arah Wulan berharap anak itu bangun dan menunjukkan senyum manisnya yang selalu ia lihat tiap waktu. Ia kembali menatap Marsel berharap ia bangun dan menunjukkan wajahnya yang datar tanpa ekspresi, menunjukkan sikap dinginnya lagi pada Rassya. Iya! Rassya rindu itu semua rindu bagaimana tiap harinya ia akan bermusuhan dengan ayahnya sendiri, rindu bagaimana beningnya suasana ketika keluarga kecil itu makan malam bersama. Rindu bagaimana Wulan berusaha mencairkan suasana yang tegang diantara keduanya. Bisakah mereka berdua bangun sekarang? Ini terlalu menyakitkan.

Ia bukan hanya kehilangan satu orang tapi tiga orang sekaligus. Ibunya, ayah, dan adiknya. Bisakah ia melanjutkan hidup sendiri tanpa mereka? Bisakah ia berjuang dan menghadapi kejamnya dunia ini sendirian? Dunia terlalu gelap untuk dia yang membutuhkan cahaya sebagai penerang.

Lelaki itu berjalan mendekat ke brankar Marsel. Air mata terus mengalir di pipinya, bahkan Hoodie di bagian dadanya juga ikut basah karena terkena air mata. Dengan lembut Rassya mengusap pipi yang penuh luka itu, mengusap mata yang tak akan pernah terbuka untuknya lagi.

"Bangunlah pa, jangan kaya gini.. aku nggak kuat.. aku nggak sekuat yang papa bayangin. Aku kuat kalau papa hidup meskipun hubungan kita nggak baik-baik aja. Tapi kalau kaya gini.. aku nggak kuat" lirihnya hampir berbisik berbicara pada Marsel berharap bahwa ia bisa mendengarnya.

NOVEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang