Chapter 38

338 52 12
                                    

Keesokan harinya di sebuah rumah mewah Rassya kini sedang berbaring di atas ranjangnya ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Entah kenapa tapi perasaannya tidak enak ia terus memikirkan tentang berita yang ia lihat tadi. Di salah satu siaran TV menyiarkan berita tentang jatuhnya sebuah pesawat, kemarin salah satu maid yang sudah bekerja sangat lama di rumah Rassya memberitahunya bahwa Marsel, Amanda dan Wulan akan segera pulang tapi ia tidak memberi tau mereka menggunakan pesawat apa.

Lelaki itu ingin sekali menanyakan kabar ayah dan juga adiknya itu, tapi egonya terlalu besar sehingga ia tidak peduli dengan apapun itu. Jujur saja hatinya sekarang semakin resah setelah mendengar berita itu ia sangat takut jika ada yang terjadi kepada keluarga kecilnya. Ia sudah tidak mempunyai siapapun dan jika ia kehilangan Marsel dan Wulan ia adalah manusia yang hidup sebatang kara.

Menghembuskan nafas kasar Rassya bangkit dari tidurnya, terduduk sejenak sebelum pada akhirnya keluar dari kamar untuk makan malam. Semoga saja Marsel dan Wulan tidak apa-apa. Untuk Amanda? Rassya tidak perduli Amanda sama sekali tidak ada hubungan dengannya untuk apa ia memikirkan wanita itu?

Menuruni satu persatu anak tangga Rassya mendengar suara tv yang masih menyala. Ah ia ingat ia tidak sempat mematikan tv tadi, suara tv yang besar tidak Rassya hiraukan sampai pada akhirnya berita yang disiarkan menghentikannya langkahnya.

Rassya berbalik ia berjalan mendekat ke arah tv, semakin dekat ia dengan ruang tv semakin gugup dirinya.

Sesak.. sangat sesak.. seperti ada batu besar yang ditaruh di atas dadanya.. nafasnya mulai tercekat dan tak beraturan, ia mulai kesusahan mengambil nafas. Berharap semua itu adalah salah.. mendengar media mengatakan bahwa mereka telah menemukan dua orang korban kecelakaan pesawat itu.. mereka menyebut nama ayahnya dan juga adik perempuannya.

Marsel Aditya~Wulandari Putri.

"Nggak! Ini cuman mimpi yah.. ini cuman mimpi papa sama Wulan masih hidup ya.. mereka masih hidup pasti dikit lagi mereka sudah sampai" Rassya berkata dengan suara yang sangat bergetar. Tv itu terus menyiarkan tentang kecelakaan pesawat tersebut dengan dua orang penumpang yang sudah ditemukan. Dan dua orang tersebut diduga adalah Ayah dan adiknya.

Mendengar TV yang terus mengeluarkan suara membuat emosi Rassya memuncak dan melepas Tv itu dengan vas bunga hingga kaca tv itu retak akibat ulahnya.

Karena ada suara pecah di ruang Tv, Mina salah satu maid paruh baya yang sudah lama berkerja di rumah Rassya pun datang menghampiri ruangan tersebut. Ia melihat Rassya lelaki itu telah tersungkur di samping sofa dengan pandangan yang kosong dan air mata yang membendung dimatanya. Mina juga melihat layar Tv yang sudah pecah dengan vas bunga yang sudah terlempar.

Mina mendekat kepada Rassya "Tuan kenapa?" Tanyanya sopan dan hati-hati

"Bi.. Papa sama Wulan masih hidupkan?" Tanyanya tiba-tiba membuat Mina mengerutkan keningnya bingung. Apa yang dibicarakan oleh tuannya ini?

"I-iyah" jawabnya ragu, sebenarnya Mina tidak tau tentang kematian Marsel Wulan dan juga Amanda karena kecelakaan pesawat sebab ia tidak pernah menonton tv ataupun melihat berita-berita pada ponsel.

Rassya dengan cepat menghapus air matanya dengan kasar lalu memandang Mina "berarti yang mereka bilang di Tv itu nggak bener kan Bi?" Ia tertawa pahit lalu melihat tv yang sudah pecah itu, sedangkan Mina hanya menatap aneh tuan mudanya ini "tadi di Tv ada berita pesawat jatuh, dan ada dua korban yang udah di temukan tapi.." ia berhenti sejenak lalu memandang Mina dengan lekat air mata kembali muncul dibalik pelupuk matanya "tapi kenapa harus nama Papa dan Wulan yang disebut?" Tanyanya pelan hampir berbisik.

Mina terkejut bukan main ia sampai menutup mulutnya dengan telapak tangan karena kaget. Apa ini benar? "Bi bilang sama Rassya itu berita cuman boongan aja kan? Papa masih hidup kan?" Tanyanya dengan air mata Yang sudah jatuh membasahi pipinya itu melihat Mina yang hanya terdiam Rassya pun memegang kuat bahu Mina "Kenapa diam aja sih bi? Bilang sama Rassya kalau papa dan Wulan—" nafasnya tercekat ia merasa ia tidak akan bisa bernafas lagi sekarang. Ia memegang dadanya memukulnya kuat guna menghilangkan rasa sesak itu dari dadanya.

NOVEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang