21. Traktir Seumur Hidup

281 73 22
                                    

"Oppa dan Jisoo Eonnie ingin pergi ke mana?" Jihoon menghadang di anak tangga terakhir. Mata kecilnya mendadak besar usai memperhatikan penampilan sang kakak juga perempuan asing yang sudah ia anggap sebagai kakak kandung dan menggepak posisi kakak kandung yang sebenarnya. Bersama sebuah boneka Barbie di tangannya, Jihoon merengut ketika menyadari sesuatu. "Kalian ingin pergi bersenang-senang tanpa aku, ya?"

Seokmin memberi kode pada Jisoo agar mundur selangkah. Biar ia saja yang menghadapi tingkah Jihoon. Berjongkok di depan gadis cilik itu. "Kami harus keluar untuk memberi peralatan kuliah besok. Bukan untuk bersenang-senang."

"Aku juga punya banyak daftar yang ingin dibeli untuk sekolahku. Boleh aku ikut?"

"Ikut ke mana?" Kini giliran Chan yang menampakkan keberadaannya. Berada di anak tangga tertinggi. "Hyung mau pergi dengan Jisoo Noona?"

Malah Jihoon yang menyahut. Menganggukkan kepalanya. "Aku ingin ikut tapi tidak diizinkan."

Kedua kaki Chan berhenti melangkah begitu tinggi badannya sama dengan Seokmin. Mata bertemu mata. Entah kenapa sikap Chan yang seperti ini membuat Seokmin gugup. Padahal ia sama sekali tidak melakukan kesalahan. Saat mata Chan beralih ke Jisoo, ia bertanya dengan nada mencekam. "Noona tidak pernah berbohong, tidak seperti hyung yang hobinya membohongi kami, setelah menonton orang menari di atas panggung. Jadi, kalian berdua ingin pergi ke mana?"

Benar kan firasat Seokmin? Pasti ada sesuatu yang tidak beres, makanya sikap Chan membuat Seokmin merinding.

"Ayah pulang!" teriak seseorang begitu membuka pintu utama rumah. Yang tentu secara otomatis membuat semua personil yang tadi saling beradu pandang satu sama lain di anak tangga mengalihkan perhatian ke sana. "Anak-anak, kenapa kalian semua berkumpul di tangga seperti itu? Bahaya. Cepat semuanya turun."

"Ayah!" Jihoon berlari mengejar ayahnya. Memeluk. Disambut dengan ciuman di pipi kiri dan kanannya. Membuat Seokmin membatin. Seperti yang sudah-sudah, pasti anak itu ingin mengadu. "Seokmin Oppa dan Jisoo Eonnie ingin pergi, tapi tidak mau mengajakku!"

"Ah... Benar, kah?" Tawa sang ayah terdengar mencekam di telinga Seokmin. Menatap anak tertuanya itu dengan penasaran. Namun juga menyematkan senyum jahat bagi Seokmin. Lagi dan lagi. Kini giliran sang ayah yang membuat Seokmin merinding. "Kalian ingin pergi ke mana?"

Jisoo masih tidak berani mengatakan apa-apa. Dan bagi Seokmin, itu jauh lebih baik daripada ucapan mereka berdua tidak sinkron dan membuat semua rencana berantakan. Seokmin melirik jam. Waktu pemesanan restoran itu hanya tinggal 1 jam 15 menit lagi. "Kami hanya keluar sebentar."

"Sudah izin dengan ibu?"

"Belum," jawab Seokmin. Menyengir lebar. Cengiran yang mengisyaratkan kalimat aku mohon lepaskan kami. "Sejak tadi aku tidak melihat ibu. Sepertinya sedang mandi."

"Ya sudah, tidak apa. Yang penting kalian pulang jangan sampai larut malam," ujar beliau, yang membuat Seokmin dan Jisoo merasa lega luar biasa. Dan yang lebih menakjubkan, beliau tidak mempertanyakan alasan mereka lagi meskipun sebelumnya Seokmin hanya menjawab dengan jawaban yang ambigu. Malah Chan dan Jihoon yang mengajukan protes dengan keras. Masih bersikeras ingin ikut. "Ssstt! Anak ayah yang masih kecil tidak boleh keluar malam, oke? Biar mereka pacaran dulu."

"Siapa yang pacaran?" teriak Seokmin.

Ayah Seokmin sempat terkekeh sebelum mengusir 2 remaja di sana dengan mengibaskan tangannya pelan. Lalu menarik tangan Chan dan Jihoon agar ikut dengannya menuju halaman belakang rumah.

Seokmin jengkel bukan main tapi tetap membawa Jisoo sesuai dengan rencananya. Memperlakukan gadis itu seolah-olah memang benar Jisoo-lah yang sejak awal ingin diajaknya ke sana. Dengan harapan agar pelayan restoran tidak merasa curiga atas kegagalan rencana Seokmin. Terlalu menghayati peran hingga tanpa sadar membantu Jisoo membersihkan sisi bibirnya. "Ah... Makanan di restoran ini benar-benar enak. Bagaimana kalau lain kali kita datang ke sini lagi dan mencoba menu lainnya? Sayang sekali sebelum ke sini kita sudah banyak mengemil di kamarku. Kalau tidak, aku pasti sudah memesan menu lain."

Fanboy's Playlist (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang