30. Berdamai dengan Perasaan

294 67 14
                                    

Hari ini adalah jadwal kencan Mingyu dan Jisoo yang kedua. Namun rasanya tidak se-excited kencan pertama mereka, entah kenapa. Mungkin karena terlalu lelah, atau karena jadwal bulanannya yang sudah sangat dekat. Sehingga untuk melakukan apa pun rasanya tidak bersemangat. Membutuhkan lebih banyak tenaga walaupun itu hanya turun ke lantai pertama untuk mengambil minum.

Dengan susah payah Jisoo berusaha membuka mata. Saking malasnya, bahkan siang ini Jisoo sudah terlalu lama tidur. Sekitar 3 jam, mungkin? Alhasil, kepala Jisoo menjadi sedikit pusing. Mencuri kesempatan karena kedua orangtua Seokmin sedang tidak berada di rumah. Dan kedua adik Seokmin tengah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Kalau Seokmin, jangan ditanya. Jisoo tidak tahu dan tidak mau tahu. Tapi biasanya pemuda itu menghabiskan weekend-nya dengan menonton acara musik.

Walaupun sudah tidur selama 3 jam, rasanya Jisoo masih sangat mengantuk. Padahal satu setengah jam lagi Mingyu akan datang menjemputnya. Dengan lunglai ia merosot jatuh dari tempat tidur. Tengkurap di lantai. Juga sempat terpikir untuk menghubungi Mingyu, lalu membatalkan jadwal kencan mereka hari ini. Menggantinya di lain waktu. Tapi tidak. Jisoo tidak boleh membuat pemuda sebaik dan setulus Mingyu merasa kecewa.

Benar saja. Satu setengah jam kemudian, sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah keluarga Lee. Dengan segera Jisoo menghampiri usai berpamitan dengan orang-orang di rumah, termasuk Seokmin. Meskipun Seokmin tidak menyahut. Bahkan juga tidak memberi respon sedikitpun.

"Ke mana kita?" tanya Jisoo, begitu duduk di samping Mingyu. Memasang sabuk pengaman. Terlihat ceria namun sebenarnya tidak juga. Entahlah... Sejujurnya rasa malas Jisoo tadi belum sepenuhnya sirna. Namun berusaha keras bersikap seperti biasanya.

"Hanya makan di restoran, tidak apa, kan? Apa kamu punya referensi tempat lain untuk dikunjungi?" Mingyu menyalakan mesin mobil. Berjalan pelan menelusuri jalan perumahan yang tidak terlalu luas. Berhasil sampai di jalan raya, barulah ia menambah kecepatan beberapa kali lipat.

Jisoo menggelengkan kepala. Pasrah saja Mingyu membawanya ke mana, asalkan bukan tempat yang aneh-aneh. Duduk tenang seperti anak anjing yang menurut dengan tuannya. Setengah jam berlalu, barulah mereka tiba di lokasi yang Mingyu maksud. Dari luar saja sudah terlihat jelas kalau restoran yang mereka kunjungi kali ini merupakan restoran mewah. Untung saja Jisoo tidak benar-benar menghubungi Mingyu lalu membatalkan janji mereka. Pasti Mingyu merasa sangat kecewa kalau sampai Jisoo batalkan, karena memesan meja di restoran semacam ini tidaklah murah.

Akan tetapi, ada satu hal yang membuat Jisoo semakin berpikir keras. Restoran mewah itu sekilas nampak mirip dengan restoran yang dulu pernah Seokmin pesan untuk mengajak Seungkwan kencan meskipun pada akhirnya gagal dan malah mengajak Jisoo agar tidak malu pada pelayan restoran.

Patut digarisbawahi: Seokmin memesan meja di restoran itu untuk menyatakan cintanya kepada Seungkwan. Sekali lagi, untuk menyatakan cintanya kepada Seungkwan.

Lalu, bagaimana jadinya kalau hari ini Mingyu menyatakan cintanya kepada Jisoo? Apa yang harus Jisoo katakan? Bagaimana Jisoo harus meresponnya? Jisoo sama sekali belum siap membahas hal serius semacam ini dengan Mingyu. Khawatir malah berakhir menyakiti hatinya. Membuat Mingyu kecewa.

Tidak... Jisoo tidak boleh menyakiti Mingyu. Mingyu sudah terlalu baik. Orang baik seperti Mingyu tidak boleh disakiti sedikitpun.

Mingyu mengajak Jisoo duduk di salah satu meja yang sudah tertata rapi. Secara otomatis 3 buah lilin dinyalakan oleh pelayan restoran begitu keduanya duduk di sana. Lilin-lilin tersebut diletakkan tepat di tengah meja. Interiornya sangat cantik. Ke sisi mana pun mata Jisoo memandang, terdapat banyak bunga dipajang. Menambah kesan elegan pada restoran berciri khas warna emas dan putih itu.

Fanboy's Playlist (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang