"Kamu tahu kalau pekerjaan, uang, dan seks adalah hal sensitif bagi pria. Jadi harusnya kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa pun saat Seokmin bersikap seperti ini di kondisinya sekarang."
Meskipun kafe sedang ramai, dan suara Wonwoo tidak nyaring, Jisoo masih bisa mendengar dan mencerna setiap katanya. Gadis itu nampak tak ubah sedikitpun meski pertemuan terakhir mereka dilakukan sekitar 2 bulan yang lalu. Terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing, adalah alasan pertama. Dan terlalu lelah hingga rasanya ingin tidur seharian setiap mendapat jatah libur, adalah alasan kedua yang posisinya hanya nol koma sekian inchi di bawah alasan pertama. Ketika Jisoo menghubungi Wonwoo dan meminta waktu untuk bertemu, meskipun tanpa diiringi permohonan yang membuat iba, Wonwoo tahu bahwa sesuatu yang tidak baik telah terjadi. Maka Wonwoo menyetujuinya tanpa banyak bertanya dan mengorbankan jadwal kencannya sendiri.
Mingyu sempat merengek minta izin ikut. Kekasihnya itu bahkan terlihat seperti anak kecil yang minta dibelikan mainan saat tahu Wonwoo hendak bertemu dengan siapa. Selain itu, Mingyu juga butuh waktu libur karena tugas akhir terlalu membuat otaknya terguncang.
"Ya, aku tahu. Tapi aku tidak..." Jisoo membuat ucapannya menggantung. Tidak bermaksud demikian, harusnya dapat diucapkan Jisoo dengan mudah karena memang begitulah keadaannya.
"Seokmin berada di sekitar orang yang bisa dikatakan sudah berhasil. Orangtuanya petinggi perusahaan. Kamu langsung diangkat sebagai karyawan tetap dan menempati posisi staf keuangan begitu selesai diwisuda. Belum lagi selain dia pria, dia juga merupakan anak pertama. Wajar jika dia overthinking dan merasa terpuruk, walaupun kawan-kawannya masih banyak yang terjebak di tugas akhir dengan dosen killer." Wonwoo menarik maju jus mangganya. Menyesap melalui sedotan tanpa harus mengangkat gelas. Senyum. Ujung jari menyentuh permukaan meja yang datar dan lembut, membuat gerakan memutar. "Kalian hanya sama-sama terbawa emosi. Seokmin dengan emosi yang tidak stabil karena merasa terpuruk, dan kamu dengan emosi yang tidak stabil karena terlalu lelah berada di posisi baru. Langkah kalian untuk saling mendiamkan beberapa saat kurasa sudah tepat. Tinggal penyelesaiannya yang harus dipikirkan dengan matang."
"Kamu ada saran?" tanya Jisoo, karena otaknya sudah terlalu buntu untuk berpikir. Saling mendiamkan selama hampir seminggu tidaklah mudah. Apalagi setiap pergerakan mereka pasti terlihat oleh kedua orangtua Seokmin entah itu disengaja atau tidak. Dan Jisoo yakin orangtua Seokmin sudah tahu apa yang terjadi di antara mereka, namun hanya diam dan berharap bisa diselesaikan dengan cara yang dewasa.
"Hal terbaru apa yang kamu ketahui tentang Seokmin?"
"Dia akan mengikuti interview rabu depan. Itu yang kudengar saat Jihoon minta diantar ke mini market depan dan Seokmin menolaknya karena harus mempersiapkan diri."
"Support dia tanpa mengatakan sesuatu tentang pekerjaan," kata Wonwoo. Ia yakin Jisoo dan Seokmin dapat menyelesaikan masalah ini meskipun tanpa melakukan curhat. Dan ia pun tahu bahwa sebenarnya Jisoo sudah tahu persis apa yang harus dilakukannya tanpa meminta saran pada Wonwoo. Hanya saja, Jisoo membutuhkan tempat untuk meluapkan seluruh emosinya. "Mulai malam ini cobalah ajak dia bicara. Support usaha apa pun yang dia lakukan. Dan ingat, jangan pernah bahas pekerjaan, kecuali dia sendiri yang melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanboy's Playlist (✔️)
Fanfic[SEOKSOO GS Fanfiction] Dunia terlalu luas untuk digambarkan hanya melalui sebuah lagu. Apa pun itu genrenya, satu buah lagu tidak akan sanggup menandingi segala keajaiban yang terjadi di dunia. Maka dari itu, Seokmin memiliki playlist-nya sendiri...