"Sudah?"
"Sebentar lagi."
"Tapi ini sangat dingin."
"5 menit lagi."
"Apa kamu ingin membunuh kembaranmu sendiri?"
"Mana ada manusia mati gara-gara memegang es batu."
"Ssstt! Jangan dikatakan seperti itu, aku takut terdengar Seokmin Oppa," kata Jihoon. Memanjangkan lehernya. Mengintip tangga. Masih aman. "Sudah saja, ya? Tanganku hampir membeku."
"Payah, ah."
"Sebenarnya kamu ingin mengajakku kerja sama apa berkelahi, hng?"
Chan mengangkat bahunya sekali. Mengambil gelas air yang tadinya panas kini telah berubah menjadi hangat. Sengaja didiamkan sebentar karena mereka berdua tahu suhu tubuh manusia tidak mungkin mencapai 100 derajat. Lihat betapa profesionalnya kedua bocah ini dalam bermain drama. Setelahnya, Chan memasukkan pengukur suhu tubuh yang berhasil dicuri di kotak obat. "40 derajat. Ini sudah pas?"
Terlalu lama memegang es batu di dalam kulkas berhasil membuat Jihoon sungguhan menggigil. Mengangguk. "Sudah. Ayo."
"Kamu langsung pergi ke kamarmu saja. Bawa ini," kata Chan, sekaligus memberikan alat pengukur suhu tubuh tadi kepada Jihoon. "Jangan lupa pakai selimut. Aku juga akan langsung pergi ke kamar hyung."
Rencana mereka berdua langsung dilancarkan begitu Jihoon menganggukkan kepala. Sebuah pertanda bahwa ia mengerti dan setuju dengan ucapan Chan. Terlihat begitu sigap kedua kakak-beradik yang memiliki jarak umur 17 menit itu menjajaki anak tangga. Laju. Namun tentunya sebisa mungkin meminimalisir suara. Mulai melaksanakan tugas masing-masing. Jihoon masuk ke dalam kamarnya sendiri, menutup pintu. Barulah Chan mulai mengetuk pintu kamar kakak kandungnya dengan gaduh.
"Hyung, tolong! Cepat keluar, Hyung! Jihoon sakit!" Tidak juga mendapat sahutan, Chan mengerang. Langsung saja ia membuka pintu kamar Seokmin. Dugaannya tepat. Telinga pemuda itu tengah tersumbat benda besar. Langsung mengomel begitu Seokmin menurunkan headphone-nya hingga pundak. "Harusnya hyung tidak menggunakan benda besar itu selagi tidak ada Ibu dan Ayah di rumah. Bagaimana kalau ada pencuri yang masuk?"
"Paling hanya kalian berdua yang diculik, lalu penculik itu mengembalikan kalian karena terlalu berisik," sahut Seokmin. Tentu ia tahu bahwa Chan dapat mengerti persis bagian kalian berdua yang dimaksud merujuk ke siapa.
Chan mendengus kesal. "Aish! Hyung, aku serius!"
"Katakan apa maumu."
"Jihoon sakit, cepat rawat dia. Suhu badannya tinggi tapi badannya menggigil."
Seokmin menatap Chan dengan penuh selidik. Tentu ia khawatir. Tapi tetap saja ia harus berjaga-jaga. Siapa yang tahu kalau Chan dan Jihoon lagi-lagi menyusun rencana untuk mengerjainya?
Ya, lagi. Chan dan Jihoon memang sangat sering kerjasama untuk mengerjai kakaknya. Tidak peduli meski sudah jutaan kali Seokmin mengamuk begitu sadar rencana licik tersebut.
"Sudah kubilang, aku serius!" Chan mengeraskan suaranya. Ayolah... Percaya padaku, Chan mulai harap-harap cemas. Kakaknya itu sama sekali tidak memberi tanggapan yang berarti. Samar terdengar suara pintu tertutup, Chan berhasil menangkap ide lain. Kamar di sebelah. Dengan cepat Chan menoleh. Melirik pintu. Tugaannya kembali tepat. Jisoo baru saja keluar dari kamar. Target mendadak diubah. Bergegas anak itu berlari menghampiri Jisoo. Ia sangat yakin kali ini akan langsung berhasil. "Noona, tolong! Jihoon sakit!"
Lain halnya dengan Seokmin yang menaruh curiga, Jisoo malah langsung panik mendengarnya. Terlebih lagi begitu ingat dengan fakta bahwa di rumah itu sekarang hanya ada mereka berempat. "Sakit? Sakit apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanboy's Playlist (✔️)
Fiksi Penggemar[SEOKSOO GS Fanfiction] Dunia terlalu luas untuk digambarkan hanya melalui sebuah lagu. Apa pun itu genrenya, satu buah lagu tidak akan sanggup menandingi segala keajaiban yang terjadi di dunia. Maka dari itu, Seokmin memiliki playlist-nya sendiri...