17. Kalah Untuk Yang Kedua Kalinya

317 74 38
                                    

Langit hari ini sedikit lebih mendung dari biasanya. Juga sudah menimbulkan sedikit gemercik air walaupun sama sekali tidak berpotensi membuat pakaian basah. Meskipun demikian, sebagai laki-laki sejati, tentu Seokmin merasa tidak tega jika harus menurunkan Jisoo di pinggir jalan. Membiarkan seorang gadis berjalan sendirian di bawah rintikan hujan. Maka dari itu, dengan sengaja Seokmin melambatkan laju mobilnya. Berharap gerimis yang terjadi dapat lebih berkurang intensitasnya, atau yang jauh lebih baik lagi jika langit berubah menjadi cerah, begitu mereka tiba di lokasi di mana Jisoo harus turun.

Semakin dekat, semakin lamban. Kabar buruknya adalah, Jisoo menyadari tingkah tidak biasa Seokmin kali ini.

"Aku tidak akan basah begitu tiba di kampus. Gerimisnya hanya seperti percikan air," kata Jisoo, tersenyum penuh arti. Disambut oleh dengusan singkat Seokmun, gadis itu pun tertawa. Berusaha menjangkau tas ranselnya di bangku penumpang. "Coba kita lihat apa yang kamu masak hari ini. Aku penasaran. Jihoon bilang bekal kali ini sangat spesial."

"Ya. Pakai 2 butir telur, madu, juga omelan Jihoon karena aku terlalu banyak menambahkan garam. Jadi kuberi lebih banyak tepung agar rasanya menjadi seimbang," kata Seokmin. Bertemu dengan lampu merah di persimpangan.

Jisoo tertawa. Bisa membayangkan bagaimana lucunya Jihoon sangat mengomel. Kelak, jika ia sudah tidak tinggal bersama Keluarga Lee lagi, omelan Jihoon pasti menjadi salah satu poin yang paling Jisoo rindukan. "Ngomong-ngomong, apa ada payung di sini? Sebenarnya aku juga sedikit khawatir kalau tiba-tiba saja turun hujan deras saat aku berjalan sendirian nanti."

"Nanti kuambilkan." Lampu telah berubah warna menjadi hijau. Kini laju mobil Seokmin tidak lagi pelan. Malu sudah tertangkap basah. "Ada di bagasi."

Terlalu berkonsentrasi dengan keadaan jalan, atau yang lebih tepatnya terlalu sibuk memikirkan bagaimana caranya agar Jisoo lupa dengan kejadian sebelumnya, membuat ia tidak tahu persis apa yang gadis di sebelahnya itu lakukan sekarang. Namun yang pasti, aroma lezat dari ayam goreng madu menyeruak menyapa hidung Seokmin. Rupanya Jisoo sudah membuka kotak makan siangnya demi mengecek menu apa yang Seokmin hidangkan di hari terakhir hukumannya ini. Seokmin meringis. Jisoo belum juga memberi respon begitu melihat potongan kecil setiap ayam goreng tersebut.

Tiba di lokasi di mana seharusnya Jisoo turun, Seokmin menghentikan laju mobilnya. Menaruh perhatian penuh kepada si gadis. Semakin merasa khawatir begitu melihat bagaimana responnya. Mata Jisoo merah. Tak bergerak sedikitpun. Seokmin memanggil dengan takut. "Jisoo? Kamu baik-baik saja, kan?"

Jisoo menelan ludah dengan susah payah. Mengambil tisu di dashboard. Hampir saja ia meneteskan air mata dan membasahi ayam goreng madu pemberian Seokmin. "Bagaimana bisa?" tanyanya, menatap Seokmin penuh intimidasi.

Wajah kebingungan Seokmin jelas terekam saat bertanya apa salahnya.

"Bagaimana bisa kamu tahu kalau aku sudah sangat merindukan kedua orangtuaku, Lee Seokmin..." Jisoo meraung keras setelahnya. Menciptakan kepanikan. Tidak hanya Seokmin. Namun juga mobil Seokmin, karena tanpa sengaja Seokmin menekan klakson dengan sikunya. Membuat kepanikan Seokmin menjadi berlipat ganda. Perlu diketahui, restoran sederhana keluarga Jisoo yang telah ditutup dulu adalah restoran ayam madu. Jisoo terus menangis. "Aku tidak tahu harus berterima kasih atau malah menendang bokongmu kencang-kencang karena sudah membuatku menangis, Lee Seokmin..."

Oke. Sudah cukup. Seokmin mengambil alih kotak bekal Jisoo, ditutup rapat. Dimasukkan lagi ke dalam tas. "Kamu tidak perlu melakukan keduanya," katanya. Menepuk pundak Jisoo dengan ragu. Niatnya untuk menenangkan. Entah berhasil atau tidak.

Jisoo tersengut ingus. Mengambil tisu lagi yang lebih banyak. Berhasil mengeringkan mata dan hidungnya, Jisoo memeluk Seokmin. "Terima kasih banyak. Untuk bekalnya, dan untuk hiburannya. Aku tahu kamu mengetahui sedikit kisah patah hatiku. Terima kasih kamu sudah mau mengajakku bermain badminton dan dengan sengaja mengalah. Terima kasih. Aku berjanji akan membalas kebaikanmu."

Fanboy's Playlist (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang