16. Kenapa Kisahku Begitu Tragis?

324 72 33
                                    

Dosen mengakhiri kelas hari ini 30 menit lebih cepat dari jadwal yang seharusnya. Kenyataan ini tentu membuat seluruh peserta kelas merasa senang luar biasa, meskipun tidak ditunjukkan secara langsung. Ada yang menyengir, ada pula yang mengucapkan 'yes' sambil berbisik-bisik lalu disambut kekehan pelan dari kawan di sebelahnya.

Tidak terkecuali Jisoo. Gadis itu spontan mengembuskan napas dengan lega lalu menabrakkan bahu ke sandaran kursi. Menoleh ke Wonwoo, gadis berkemeja merah muda itu pun tertawa dengan suara yang pelan. Turut melakukan hal yang sama. Ditambah memiringkan kepala ke kiri dan kanan. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa tegang akibat menghadapi mata kuliah Penganggaran Perusahaan.

"Mau langsung makan?" tawar Wonwoo. Memasukkan pulpen dan bukunya dengan sembarang tanpa minat dirapikan.

Jisoo menganggukkan kepala. Menutup mata. Pelan namun pasti badannya mulai terjatuh dan mendarat di pundak Wonwoo.

Wonwoo menggidikan bahu. "Mau makan di kantin? Apa kita cari makan di luar saja?"

Lagi. Jisoo nampak masih enggan menjawab secara langsung. Kodenya kali ini adalah menepuk tasnya yang ada di atas meja. Tersenyum penuh arti, meskipun ia tahu Wonwoo tidak mungkin dapat melihat senyum tersebut. Akan tetapi, ia 100 persen yakin kalau Gadis Jeon itu pasti bisa langsung mengerti. Wonwoo memang salah satu orang yang sangat mengerti bagaimana kondisi Jisoo meskipun hanya melalui visualisasi.

Wonwoo langsung menjauhkan Jisoo dari pundaknya. Memegang pundak Jisoo pula. Cukup erat, agar ia dapat melihat dengan jeli bagaimana ekspresi wajah Jisoo sekarang. Setelahnya, ia menaruh dagu di atas kepalan tangan atas meja. Menatap Jisoo penasaran. Mulai merasa curiga.

Usai mengeluarkan kalimat tanya berupa "bawa bekal lagi?", Wonwoo kemudian mengeluarkan pernyataan yang dapat memperkuat rasa curiganya jika Jisoo mau berterus terang. "Tumben sekali kamu bawa bekal. Ini sudah hari kedua. Dari seseorang, ya?"

Mengangguk, tentu saja. Jisoo tidak bisa berbohong meskipun juga tidak bisa berterus terang. Lagipula akan sangat percuma jika ia membohongi Wonwoo. Cepat atau lambat pasti akan ketahuan. Yang ada malah akan menciptakan masalah baru. "Kami hanya bermain-main dan hasilnya dia wajib membuatkanku bekal selama 3 hari. Besok hari terakhir."

"Ah... Kalian cute sekali... Siapa dia?" tanya Wonwoo. Melihat Jisoo menutup mulutnya rapat, sudah cukup. Ia tidak mau memaksa. Menambahkan kalimatnya dengan segera. "Aku harap dia bisa membuatmu cepat lupa dengan Seungcheol."

Raut wajah Jisoo berubah seketika. "Sudah kubilang jangan sebut nama itu lagi..."

Wonwoo tertawa. Meminta maaf dengan segera. Sampai memeluk Jisoo pula. "Boleh aku menebak? Bekal itu dari Mingyu?"

"Bukan." Jawaban Jisoo selaras dengan gelangan kepala. Memperkuat jawaban.

"Ah... Aku kira itu Mingyu. Berarti ada pria lain? Bagaimana ini? Mingyu bisa sangat sedih jika tahu kamu malah dekat dengan pria lain begitu menjauhi Si Mr. S."

Alis Jisoo terangkat naik. Melihat sekitar ruang kelas, kosong. Seluruh mahasiswa dan siswi tanpa mereka berdua sadari telah keluar dari ruang kelas. Kini hanya ada Jisoo dan Wonwoo di dalam sana. "Maksudmu?"

Wonwoo sungguh tidak tahu bagaimana caranya memberi respon. Bahkan kode Mingyu selama ini terlalu jelas. Termasuk bagi orang awam yang melihatnya sekilas sekalipun. "Kamu bercanda?" tanya Wonwoo. Dan pada kenyataanya, Jisoo malah terlihat semakin bingung. "Mingyu menyukaimu, Soo. Kamu tidak tahu?"

Pertanyaan Wonwoo sebelumnya telah diulang Jisoo. Sama persis. Sampai ekspresi terkejutnya pun sama. "Kamu bercanda?"

"Oh astaga, Jisoo... Aku kira kamu sudah tahu itu."

Fanboy's Playlist (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang