Sejak turun dari bus, semangat Jisoo meluap-luap. Dan saat rambutnya yang sempat tergerai berhasil diikat, semangat itu menjadi berlipat ganda. Jisoo merapatkan kemejanya. Celana tidak masalah. Celana pendek futsal memang sangat pas jika dikenakan pada musim panas seperti sekarang ini. Jisoo bahkan selalu memakainya termasuk saat bersantai di rumah. Tidak perlu menunggu jadwal bermain futsal dengan belasan orang temannya, laki-laki maupun perempuan, berkumpul di tengah lapangan beralas rumput palsu, namun juga tidak jarang menemukan rumput asli.
Jisoo sudah menghubungi kedua orangtuanya sebelum berangkat sore ini. Hanya mendapat balasan berupa peringatan apabila Jisoo melanggar batas jam maksimal. Tidak begitu buruk, jika mengingat hukuman yang pernah ia terima. Mungkin orangtua Jisoo kasihan, karena merupakan anak tunggal dan mengerti bagaimana beban kuliah saja sudah bisa meledakan otak seseorang. Bagi Jisoo, futsal merupakan peralihan terbaik agar otaknya tidak meledak, energi yang akan meledak telah disalurkan melalui tendangan dan mencetak gol, juga pekikan nyaring selebrasi merupakan saluran alternatif lainnya yang tidak kalah efesien.
Meskipun langit oranye sudah terlihat, bukan lagi warna kuning yang panasnya bisa membakar ubun-ubun seseorang lalu meledak dengan tiba-tiba, musim panas tetap saja panas. Tidak peduli pagi, siang, sore, bahkan malam sekalipun. Jisoo tidak peduli akan dilempari ibunya handuk basah yang baru saja dipakai untuk menggulung rambutnya yang basah, yang tentu saja bau apek mengalahkan baju basah yang kering di badan, karena telah menyalakan kipas angin selama 25 jam per hari non-stop.
Hari ini, Jisoo putuskan untuk mendinginkan ubun-ubunnya dengan sekaleng minuman soda kesukaannya. Minuman soda yang posternya telah terpasang di mana-mana, bersama grup idol sebagai brand ambassador-nya yang terbaru, termasuk di depan pintu mini market. Jisoo tidak tahu siapa mereka, dan tidak tertarik juga untuk mencari tahu, yang penting rasa minumannya enak. Mini market itu ramai dikunjungi oleh orang yang juga berusaha mencari pendingin kepala, entah itu berupa minuman maupun makanan dingin seperti es krim. Mata Jisoo tertuju pada satu lemari es. Minuman yang dicarinya hanya tersisa beberapa kaleng di dalam sana. Yang sialnya, Jisoo telah kalah cepat dengan pengunjung lain. Diambilnya satu kaleng, dua kaleng, tiga kaleng. Jisoo panik. Berlari sebelum orang tersebut benar-benar mengambil semua stok yang tersisa.
Jisoo berkata, "tinggalkan satu."
Mata pengunjung itu, pemuda dengan kacamata bulat dan kaus putih tipis khas musim panas, menyipit. Kaus putih tipis yang merknya sudah terlihat jelas bahkan sejak detik pertama pemuda itu menoleh ke arah Jisoo. Merk yang menyebutkan namanya saja Jisoo merasa tidak punya hak. Dan pemuda itu malah ikut mengekori penampilan Jisoo. Kemeja nyaris transparan berwarna abu. Sama sekali tidak serasi dengan celana futsal dan tas ransel kecil di punggungnya.
Seingat pemuda itu, tidak pernah satu kali pun ia lupa mengecek acara, siaran, atau sekadar majalah fashion terbaru. Mencari tahu fashion seperti apa yang sedang menjadi trend. Termasuk untuk musim panas kali ini. Pikirnya, kenapa fashion olahraga tahun ini begitu absurd? Kalimat berbeda telah keluar dari mulutnya. "Tidak bisa. Semua ini punyaku."
"Aku hanya minta ditinggal satu. Memangnya kamu ingin menimbun minuman ini untuk menghabiskan musim panas? Egois sekali."
Ditendangnya pintu lemari es. Bukan ancaman. Memang ingin menutup. "Untuk apa aku menimbun minuman? Aku bisa saja membeli pabriknya sekaligus kalau aku mau."
"Oh... Baiklah, orang kaya. Kalau begitu bukankah tidak akan menjadi masalah kalau aku meminta minuman itu satu? Lagipula aku tidak minta dibayarkan."
Jisoo hampir berhasil merebutnya. Namun pemuda itu cukup gesit. "Sudah kubilang tidak bisa. Ini semua untuk aku dan adik-adikku. Bukan untukku sendiri."
"Aku hanya meminta satu." Jisoo berhasil menggenggam salah satunya. Ditarik dengan sekuat tenaga. Berontakan yang lebih keras telah diterima hingga menjatuhkan semuanya. Pecah. Airnya membanjiri lantai mini market. Hanya satu kaleng yang berhasil diselamatkan.
Jisoo ternganga. Pemuda itu terbelalak.
"Ya!" Pegawai mini market malah sudah berada di sana dengan wajah marah. "Siapa yang bertanggung jawab untuk ini?"
"Dia!"
Kompak. Tapi bukan serasi, katanya. Jangan pernah mengatakan demikian jika tidak mau dilempari sepatu basah. Sebuah pertanda bahwa tidak ada satu pun di antara mereka yang mau mengalah. Tidak ada. Dan tidak akan pernah. Kecuali, ada yang mau menurunkan sedikit ego lalu mengakui. Sayangnya mereka adalah sepasang idiot yang egois.
Fanboy's Playlist
15.08.2021
by; tirameashu
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanboy's Playlist (✔️)
Fiksi Penggemar[SEOKSOO GS Fanfiction] Dunia terlalu luas untuk digambarkan hanya melalui sebuah lagu. Apa pun itu genrenya, satu buah lagu tidak akan sanggup menandingi segala keajaiban yang terjadi di dunia. Maka dari itu, Seokmin memiliki playlist-nya sendiri...