Part 18

4.1K 520 23
                                    

Selangkah demi selangkah Gulf menapaki tangga yang menuju ke kamar Mew. Setelah pertimbangan yang cukup lama, akhirnya malam ini Gulf memutuskan untuk mendatanginya.

Jika saja Gulf bisa memutar kembali waktu, ia tidak akan menolak ajakan Mew untuk menemaninya ke acara penghargaan malam itu. Ia tidak peduli jika ia akan disorot oleh media massa. Ia juga tidak peduli jika ia akan menjadi perbincangan banyak orang.

Karena setidaknya, ia tidak akan pernah kehilangan Mew seperti sekarang ini. Namun yang dapat Gulf lakukan hanyalah berandai.

Diibaratkan seperti seperti kertas putih yang telah tercoret oleh tinta hitam, maka seperti itulah hati Gulf saat ini. Seberapa keraspun ia mencoba untuk menghapus coretan itu, tetap akan menyisahkan bekas dan kertas itu tidak akan bisa kembali seperti sedia kala.

Sudah beberapa menit Gulf mematung didepan pintu kamar Mew. Ia berusaha mengatur ulang hatinya. Entah kenapa sesampainya ia disana ia kembali ragu untuk membuka pintu kamar itu. Bukan karena ia takut akan marah ataupun benci kepada Mew. Yang ia takutkan justru sebaliknya.

Gulf takut jika ternyata ia masih sangat mencintai Mew dan tidak ingin melepaskannya. Ia ingin mengambil Mew  kembali menjadi miliknya. Tapi pada kenyataannya ia tau ada wanita lain yang sedang menunggu pertanggung jawaban Mew diluar sana.

“Kenapa ruangan ini begitu gelap?”

Gulf akhirnya memasuki kamar Mew namun kondisi kamar itu berbeda dengan terakhir saa Gulf kesana. Dimana seorang Mew yang sangat menyukai kebersihan dan kerapihan? Kamar itu sangat pengap dan sangat berantakan.

Jantungnya berdegup sangat kencang saat mendekati ranjang Mew. Pria tampan itu sekarang terlihat sangat kurus. Kedua pipinya menirus sangat cepat setelah beberapa hari mereka tidak bertemu. Dan Gulf dapat melihat selang infus yang terpasang pada tangan Mew.

Kenapa kau begitu bodoh? Apa yang sudah kau lakukan sampai bisa seperti ini”

Perlahan semua kebencian Gulf menguap dan menghilang saat menatap lekat pada wajah menyedihkan Mew saat ini. Dalam gelap pun, ia dapat melihat jika Mew sudah sangat menderita jauh melebihi dirinya.

Dengan hati-hati Gulf mendudukan dirinya disamping Mew. Ia tidak ingin membangunkan Mew dari tidurnya.

“Aku hanya berpura-pura tegar saat aku berkata ingin mengakhiri hubungan kita”

“Ku kira hanya aku yang akan menderita”

“Tapi lihatlah diri mu. Apa yang sudah kau perbuat kepada diri mu sendiri?”

“Kau seharusnya kuat karena kau lah yang sudah menyakiti ku”

Lagi, Air mata Gulf kembali menetes.

Mew terusik dari tidurnya saat mendengar rintihan tangisan seseorang. Matanya mengerjap perlahan mencoba mempercayai penglihatannya. Kali ini ia yakin jika pria yang sedang menangis disampingnya itu adalah kekasih yang selama ini ditunggunya.

“Gulf.. Itu kau?” Lirih suara Mew saat mencoba berbicara. Ia masih sangat lemah.

“Tetaplah berbaring” Cegah Gulf saat melihat Mew berusaha mengangkat tubuhnya.

“Jangan pergi.. Ku mohon” Mew menarik tangan Gulf yang hendak pergi dari sampingnya. Seketika membuatnya menangis ketakutan.

Bukan bermaksud untuk pergi meninggalkannya. Gulf hanya beranjak untuk mengambilkan Mew minum.

“Ini minumlah”

Mew mengambil minuman dari tangan Gulf dan meminumnya dengan perlahan. Sedikit air mampu menghilangkan kering pada tenggorokannya. Mew  bahkan sudah lupa kapan terakhirnya kalinya ia minum.

MewGulf - You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang