Part 27

3.4K 440 6
                                    

“Ellie…”

Gulf sore ini ijin pulang lebih awal ke hotel karena ia merasa sedikit tidak enak badan. Diperjalanan pulangnya ia bertemu dengan Ellie, seorang gadis kecil lucu yang baru berumur sepuluh tahun. Gulf mengenalnya karena Ellie sering berkunjung ke kemah mereka sekedar untuk menyapa dan berbincang.
 
“Phi Gulf, Apa kau mau kembali ke hotel?”
 
“Iya. Kau mau kemana?” Gulf bisa melihat Ellie menggendong keranjang kecil dipunggungnya.
 
“Aku ingin pergi mengambil beberapa daun obat untuk nenek”
 
“Daun obat? Kenapa kau tidak mengajak nenek ke kemah untuk berobat?”
 
“Nenek tidak mau, Phi. Ia lebih suka meminum rebusan daunnya”

Ini adalah salah satu kendala yang sering Gulf temui saat merawat beberapa pasien disana. Ada beberapa dari mereka yang masih tidak percaya dengan pengobatan dokter dan bahkan menolak untuk diobati. Mereka lebih memilih pengobatan herbal yang selama ini sering mereka lakukan.

“Ini sudah terlalu sore. Sebentar lagi akan gelap” Gulf mengkhawatirkan Ellie.

“Aku sudah terbiasa, Phi. Aku bahkan bisa mencari jalan pulang dengan mata tertutup”

Meskipun Gulf tau jika Ellie tentu paham dengan jalanan didesa itu, tapi tetap saja ia tidak bisa membiarkannya pergi seorang diri. Baginya itu terlalu berbahaya. Akhirnya, Gulf memutuskan untuk menemani Ellie mencari apa yang ia butuhkan.

Dan benar saja, waktu terasa begitu cepat saat mereka menyusuri hutan. Langit tiba-tiba saja menjadi gelap tanpa mereka sadari.

Tapi ada satu hal yang Gulf sadari. Sayup ia mendengar suara gemuruh yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Bukan suara gemuruh pertanda akan hujan tapi lebih ke suara bising yang belum pernah ia dengan sebelumnya.

Terdiam, Gulf berusaha mendengar suara apa itu sebenarnya.

Sialnya, Gulf terlambat menyadari saat tiba-tiba tanah yang mereka pijak mulai bergetar. Gulf bisa melihat ada longsoran tanah yang sedang bergerak kearah mereka.

“Ellie!! Lari..”

Ellie yang masih belum menyadari apa yang sedang terjadi tetap mengikuti apa yang Gulf perintahkan. Ia bisa melihat Gulf yang sangat panik saat berlari sambil memegang tangannya.

“Phii.. Ituuu…” Ellie melihat apa yang Gulf takutkan.

Longsoran tanah itu semakin mendekati mereka. Sepertinya mustahil bagi mereka untuk mencapai kebawah. Gulf berusaha melihat ke sekeliling dan berharap ada tempat yang bisa mereka gunakan untuk bersembunyi.

Dan Gulf menemukan sebuah gua kecil. Lebih baik bersembunyi disana daripada mati terbawa arus tanah. Hanya itu yang ada didalam pikiran Gulf saat ini. Dengan segera ia membawa Ellie kedalam gendongannya dan masuk ke dalam gua.

“Phi, Aku takut” Ellie memeluk Gulf erat.

Gulf sendiri sebenarnya juga ketakutan.

Begitu cepat tanah itu melewati gua dan seketika gua itu sudah tertutup dengan gundukan tanah. Mereka terkunci didalamnya.

“Ku mohon, siapapun tolong kami”

----

“Bagaimana ini? Apakah ada yang terluka?”

Beberapa orang yang sedang berada dikemah saat itu berhasil menyelematkan diri dengan berlari ke dataran yang lebih tinggi. Longsaran tanah itu berhasil meluluh lantahkan kemah yang mereka bangun hanya dalam hitungan detik.

“Apa Gulf sudah tiba di hotel?” Tiba-tiba Oab teringat akan Gulf.

“Seharusnya Gulf baik-baik saja. Ia sudah lebih dulu kembali ke hotel” Oab menyakinkan dirinya dan mulai membantu temannya yang lain untuk membantu beberapa warga yang terjebak di dalam rumah.

Oab berusaha menenangkan hatinya. Entah kenapa ia merasa tidak tenang dan sangat ingin mengecek keberadaan Gulf. Karena itu, ia akhirnya meminta ijin untuk kembali ke hotel.

Namun setelah melewati medan yang sulit, akhirnya Oab tiba dikamar Gulf. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Gulf disana. Ia bahkan bertanya ke beberapa pegawai tetapi mereka tidak melihat Gulf sejak tadi pagi. Itu artinya Gulf belum sempat sampai dihotel sebelum longsoran itu terjadi.

Panik tentunya, Oab segera memberitahukan ke petugas jika Gulf menghilang.

“Tolong.. Cucu ku” Oab dapat melihat nenek yang sedang menangis mendatangi petugas. Ia juga tampaknya kehilangan anggota keluarganya.

“Nenek, biar ku bantu” Oab menangkap tubuh lemah nenek yang lemas tak berdaya.

“Ellie.. belum kembali sejak tadi sore. Ia pergi ke hutan untuk mengambilkan ku obat. Bagaimana ini? Apa longsoran tanah itu mengenainya?”

“Nenek tenang dulu. Aku dan petugas disini akan mencarinya”

Keadaan di desa itu kembali menjadi kacau. Tidak ada yang pernah menyangka jika akan terjadi longsoran tanah susulan hari ini. Petugas pun mulai kewalahan saat menerima banyaknya laporan orang hilang. Mereka sudah menelpon ke kota untuk dikirimkan bantuan dan sementara ini mereka akan mulai mencari dengan dibantu oleh tenaga relawan yang sedang bertugas disana.

Terlalu gelap dan hujan yang mulai turun sedikit mengganggu pencarian mereka malam ini.

“Gulf, ku mohon bertahanlah.. Aku akan segera menemukan mu” Doa Oab dalam hatinya.

------
“Kenapa Gulf belum menelpon ku kembali?” Mew mencoba menghubungi Gulf namun tidak ada jawaban. Biasa Gulf sudah kembali ke hotelnya.

“Mungkin ia ketiduran” Stu sedang membereskan barang-barang dan bersiap kembali.

“Aku merindukannya”

“Aku tau. Kau sudah mengucapkan itu ratusan kali”

Mew menyalakan TV yang ada diruang tamu dan berniat mencari sesuatu yang bisa ia tonton sambil menunggu Gulf menghubunginya.

“Apa ada film yang bisa kau pilihkan untuk ku?” Mew menyerahkan remote kepada Stu dan berlalu untuk mengambil segelas jus dan cemilan.

“Longsoran kembali terjadi dan saat ini petugas sedang berusaha mencari keberadaan warga yang dinyatakan hilang sore ini..”

PRANKK…

Gelas yang dipegang oleh Mew terlepas begitu saja dari tangannya.
Mew tidak percaya dengan apa yang baru saja ditangkap oleh indera pendengarannya.

“Itu.. Bukankah itu desa tempat Gulf berada saat ini?” Mew berusaha menyakinkan dirinya.

“Mew, tenanglah..”

“Bagaimana aku bisa tenang?” Mew mulai panik. Ia berusaha mengambil ponselnya dan kembali menghubungi Gulf. Tetap tidak ada jawaban meski sudah puluhan kali ia mencoba.

“Mungkin Gulf sedang sibuk membantu disana” Stu berusaha menenangkan Mew.

“Pesankan aku penerbangan atau kapal laut atau apa saja. Aku akan menyusulnya kesana”

“Mew, itu berbahaya”

“Aku tidak mungkin berdiam diri disini. Dan aku tidak akan mengulang kata-kata ku untuk ketiga kalinya. Pesankan aku apapun itu agar aku bisa segera menyusul Gulf. SEKARANG!”

Stu tau jika Mew sudah berkehendak maka tidak ada apapun yang dapat membantahnya. Ia berusaha mengecek jalur transportasti apa yang dapat mereka gunakan untuk tiba disana. Stu akan berangkat menemani Mew, ia tidak ingin Mew nekat melakukan hal-hal yang akan merugikan dirinya sendiri.

Akhirnya, mereka berhasil mendapatkan kursi kosong untuk penerbangan besok pagi.

Tidak ada satu menit pun Mew bisa memejamkan matanya. Ia selalu memegang ponselnya sambil tetap berusaha menghubungi Gulf. Dalam setiap panggilan itu, ia berharap Gulf akan mengangkatnya dan berkata jika ia baik-baik saja.

Sayangnya, sampai pagi menjelang panggilan telepon itu tidak pernah terangkat.

To be continue..

MewGulf - You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang