Dirimu buatku selalu penasaran
Terkadang menjauh terkadang membuatku tersipu
Malu manisnya ucapanmu, membuatku tak menentu
Ku tak tahu harus bagaimana
-teka - teki-Malam minggu bersama kawan-kawan organisasi jauh lebih menyenangkan dari pada malam minggu dengan kekasih. Kalimat tersebut sering kali dikatakan Jehan kepada kawan-kawan BEM nya demi memotivasi agar mereka tidak malas untuk kumpul. Entah itu santai sekedar mengobrol hal-hal ringan sampai program-program kampus yang mereka tangani.
"Iya lah, pantes si Jehan ngomong gitu, orang cem cemannya wakil ketua BEM Univ." bisik Joy kepada Komala di teras masjid. Mereka semua baru saja selesai shalat isya berjamaah di masjid fakultas hukum.
Riri menggelengkan kepala. Baru shalat udah ghibah aja. Lalu Riri buru-buru pergi menuju lapangan sebelum film segera dimulai.
"Tapi kan selama ini si Jehan sama Yohan? Masa ke Geri juga, ya?" tanya Komala, kebingungan. Joy lalu memukul pelan paha Komala seakan telah mendapatkan pencerahan.
"Makanya, aneh kan? Si Geri putus sama Shifa, terus si Jehan putus sama Yohan? Apa coba namanya selain Geri sama Jehan yang main api? Makanya si Shifa sama Yohan minta putus!" saking terkejutnya, Komala menutup mulutnya rapat-rapat. Tidak ada yang boleh tahu tentang rahasia ini, karena jika ketahuan tidak dibilang berlebihan adanya kemungkinan terjadi tawuran yang tidak diingankan antara mahasiswa fakultas kedokteran dan teknik. Karena anak FT memiliki persentase kemenangan yang tinggi, Komala sebagai tim FK tidak ingin para mahasiswa FK terluka.
"Pantes ya si Jehan manggil Geri, Arka. Kayaknya pengganti kata sayang deh." ujar Komala.
"Nama lengkap Jehan kan Allura Jehan Cantika, berarti bisa jadi nggak sih si Geri diem-diem di belakang kita suka manggil ke Jehan pakai nama Cantika?!" Joy dan Komala berusaha menahan teriak.
"Hai, Cantika. Gitu?" Tomo memberi contoh sambil berbisik di antara telinga Joy dan Komala. Bukannya berdesir, sayangnya kedua perempuan itu malah merinding. Selanjutnya pipi Tomo tergampar oleh Joy dan Komala yang kaget karena wajah Tomo terlalu dekat dengan mereka. Tomo berteriak melengking. Malik yang baru saja akan Allahu Akbar sampai tidak jadi.
"Elu sih ngagetin!" teriak Joy dan Komala bersamaan, lalu meninggalkan Tomo yang masih mengadu sakit kepada anggota lain yang masih duduk di teras masjid.
Sedangkan Jehan baru saja keluar. Sebelum mengenakan sepatunya, Jehan mengambil ponsel di saku celananya yang sejak tadi bergetar pelan.
Yohan
Je, aku kangen
Je, kamu di kampus ya?
Aku ke sana ya, kita ngobrol
Pleaseee Je
Aku kangen banget sama kamuJehan
Ternyata bukan mulut lo doang ya yang bau
Ketikan lo jugaSetelah itu Jehan memblock nomor Yohan dan mematikan ponselnya. Mood Jehan seketika hancur. Ia benci saat Yohan dengan tidak tahu malunya mengirim pesan begitu. Jika Yohan berselingkuh darinya itu terserah dia, tetapi Yohan juga harus tahu kalau sudah menjadi konsekuensinya untuk dibenci dan di jauhi oleh Jehan.
Jehan menghela nafasnya, mendongakkan kepala ke arah langit malam tanpa satu pun bintang yang terlihat di sana.
"Gue lihat langit bukan karena surat lo, ya. Lagi pengen aja, engap di bawah sini." lirih Jehan.
Jehan terkekeh pelan. Jika HA di sini, mungkin ia akan tertawa melihat kelakuan Jehan, lalu berujar menyebalkan: Tapi kamu lihat langit setelah shalat isya, Je. Persis kayak isi suratku.
Dengan segala isi kepala Jehan yang bersautan, Arka duduk berjarak di sisi kanannya. Jehan awalnya tidak menyadari keberadaan Arka, tetapi indra penciumannya dapat mencium aroma parfum laki-laki tersebut. Meski baunya sedikit berbeda seperti sebulan lalu saat Arka menggendongnya kala pingsan, Jehan masih mengingat aroma ini melekat pada Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapsodi || Jisoo feat Mark & Jaehyun
FanfictionJehan, Kamu tau nggak kalau rumus trigonometri itu bisa mengukur jarak suatu bintang di angkasa tanpa harus pergi ke sana, bisa mengukur sudut ketinggian tebing tanpa perlu memanjatnya, dapat mengukur lebar suatu sungai tanpa harus menyebranginya. T...