4667 karakter. Enggak aku bagi dua karena chapter ini terlalu penting untuk di bagi. Banyak plot, kalimat penting yang bisa dikomentari. Untuk chapter ini, aku butuh lebih dari sekedar voted. Enjoy! xoxo. —cipa
Kau melanjutkan perjalananmu
Ku melanjutkan perjalananku
-hati-hati di jalan-"Je, ada yang nyariin lo tuh."
Jehan yang sebelumnya sedang duduk dan mengobrol dengan Mawar pun mendongak memerhatikan Johnny.
"Siapa?"
"Temuin aja langsung, Je. Orangnya di depan gerbang BEM."
Jehan mengernyitkan kening. Lelaki bertubuh tinggi itu kemudian bergeser hingga Jehan dapat melihat seseorang yang bersembunyi di balik dinding dan mengintip ke arahnya. Jehan tersenyum sumringah.
"Si Jehan sumringah banget. Nemuin pacarnya ya?" tanya Malik yang diam-diam memerhatikan. Jehan beranjak, lalu Johnny duduk di tempat yang sebelumnya Jehan duduki. Karena suara Malik yang kelewat bacot tersebut lah beberapa anggota BEM turut memerhatikan Jehan yang terlihat bersemangat. Ikut percaya bahwa mungkin saja Jehan diam-diam sudah memiliki tambatan hati. Bukan Arka atau Res yang seringkali digosipkan. Dunia adalah ketidakpastian dan juga sarang plot twist, bukan?
Arka, Res dan Dika yang sedang berdiskusi pun turut menengok. Res tentu saja tidak memikirkan ucapan Malik. Sebaliknya, ia sedang mencari lakban untuk ia tempelkan ke mulut katingnya tersebut.
Jinny, kawannya itu akhirnya sudi untuk bertemu dengan Jehan setelah beberapa hari lalu mengabaikan pesannya. Setelah bertatap muka, keduanya pun duduk beratapkan pohon. Tak begitu rindang tapi cukup membuat teduh.
"Maaf ya, Jin."
"Maaf ya, Je." mereka berujar bersamaan. Oleh karenanya keduanya tertawa singkat. Jehan mungkin terbiasa diam. Tapi Jinny? Perempuan itu kini nampak kalem dan kikuk. Sangat jauh dari sifat aslinya yang heboh.
"Kan gue yang salah, kenapa lo yang minta maaf?"
"Karena lo nggak sepenuhnya salah, Je. Johnny juga enggak sengaja tau kan kalau HA itu ternyata Mark Dolken. Artinya memang lo nggak mau cerita ke gue ataupun Johnny. Waktu itu gue terlalu kesel, Je. Gue merasa kalau gue nggak dianggep temen sama lo. Ya walaupun gue tetep berharap lo cerita sih sejak awal. Tapi kan itu hak lo juga. Gue enggak berhak untuk maksa."
Jehan tersenyum tipis. Persoalan seperti ini bukan kali pertama. Sama seperti Jinny, Bella pun pernah marah kepada Jehan karena merasa dirinya tak dianggap teman. Tapi itu cerita lama. Setelah mengetahui sifat dan karakter masing-masing, pertemanan itu lah yang akan mengikat perbedaan tersebut sebagai hal yang lumrah. Hingga jalan satu-satunya untuk dapat mempertahankan sebuah hubungan adalah dengan berusaha saling mengerti.
Sama halnya dengan percintaan, persahabatan adalah hal yang tidak akan bisa ditemui di buku pelajaran manapun. Karena apapun yang berhubungan dengan manusia adalah proses pembelajaran seumur hidup.
"Nyokap gue udah meninggal dari gue SD."
Jinny menengok kilat. Sebuah fakta yang baru Jinny ketahui tentang Jehan.
"Bokap gue sibuk kerja. Dari dulu gue terbiasa mengandalkan diri sendiri termasuk memendam perasaan. Mungkin karena itu juga gue merasa bukan hal yang penting untuk cerita ke orang lain. Gue punya prinsip selama hal itu bisa gue handle sendiri, maka gue enggak akan melibatkan orang lain di sana. Just in case, selalu ada sebab dan akibat, Jin. Gue cerita ini bukan untuk membela diri, tapi gue lagi belajar untuk lebih terbuka ke teman yang benar-benar mau berteman sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapsodi || Jisoo feat Mark & Jaehyun
FanfictionJehan, Kamu tau nggak kalau rumus trigonometri itu bisa mengukur jarak suatu bintang di angkasa tanpa harus pergi ke sana, bisa mengukur sudut ketinggian tebing tanpa perlu memanjatnya, dapat mengukur lebar suatu sungai tanpa harus menyebranginya. T...