27. Awal Dari Segala Konsekuensi

931 185 78
                                    

Loving you was young, wild, free
Loving you was cool, hot, sweet
Loving you was sunshine, safe and sound
A steady place to let down my defences
But loving you had consequences
-Consequences-

"Kamu mau ngapain?!"

"Sujud syukur."

"Nggak usah berlebihan deh." Jehan menggeleng dengan senyuman tipis nan mengancam.

Res menggeleng, "Je, hati manusia itu Tuhan yang bolak balik. Enggak ada yang lebih aku syukuri ketika akhirnya Tuhan percaya dan membalikkan hati kamu ke aku. Bagi orang lain mungkin sederhana Je. Tapi bagi aku, apapun yang berhubungan dengan Allura Jehan Cantika nggak akan pernah sesederhana itu."

Jehan terdiam melihat bagaimana Res mengucapkan kalimat tersebut dengan amat sangat serius. Sama seriusnya ketika Res menyampaikan aspirasi di depan gedung DPR. Res tidak bohong ketika ia bilang bahwa berurusan dengan Jehan bukan sekedar tentang pemuda yang mendekati perempuannya, melainkan juga perjuangan pemuda dalam membangun sebuah negara yang lebih baik.

"Sekalian aku juga mau berdoa supaya hati kamu enggak usah di balik lagi. Ke aku aja terus." Res tersenyum manis, lalu kemudian berancang-ancang. Res masih ingin sujud syukur di antara lalu lalang mahasiswa yang menghindari gas air mata.

"Jangan di sini, please?"

"Di rumah aja kalau gitu." Dalam cengirannya, Res kembali duduk. Jehan menghela nafas lega.

Lalu, masih sama seperti sebelumnya. Netra Res itu masih jatuh pada titik yang sama— hitam legam nan jernih milik perempuannya. Betapa lucu dan melegakan bagaimana kata perempuannya bukan lagi sebuah kebohongan, melainkan kenyataan bahwa Jehan benar-benar mau Res.

"Kalau gitu, hari ini Selasa tanggal 5 April—"

"Kamu ngikutin Dilan, ya?" Jehan terkekeh.

"Bukan. Justru Dilan Dilan itu yang ngikutin aku. Kamu tau? Tadinya aku mau dilahirin jadi seniornya Dilan. Tapi aku nego sama Tuhan. Ya Tuhan, kalau bisa aku dilahirin ke dunianya kalau udah ada Jehan di dunia ya Tuhan. Coba kamu bayangin Je."

Res diam, menghentikan kalimat panjangnya.

"Apa?" Jehan bingung. Sebab Res— laki-lakinya— menatapnya dalam diamnya.

"Udah siap?" tanya Res, memastikan.

"Siap apa?"

"Bayangin."

Jehan menghela nafas, "Harus banget ya?"

Res tertawa, mengapit ujung hidung Jehan singkat lalu kemudian berujar, "Bayangin, kalau aku dilahirin ke dunia jadi seniornya Dilan. Pasti dari jaman 90-an aku masih jomblo tuh, nungguin kamu soalnya. Tahun 2020-an ketemu sih, tapi cocoknya jadi bapak anak, bukan sepasang kekasih. Sekalipun bersatu pasti digunjing tetangga. Katanya kita enggak couple goals."

Jehan tertawa. Dan untuk hari ini— dan mungkin di hari yang lainnya— Res akan jadi makhluk bumi yang diamatkan oleh Tuhan untuk membuat Jehan tertawa selepas ini.

"Jadi, kamu lebih peduli sama gunjingan tetangga?"

"Emangnya kamu mau nikah sama bapak-bapak tua?"

"Ya enggak sih."

"Maunya sama Mark Dolken Respati, anak FT semester 1?"

Jehan tersenyum, "Iya."

"Alhamdulillah. Nggak sia-sia minta nego ke Tuhan."

Res lagi-lagi tersenyum. Dan Res tak lagi merasakan perih atau apapun yang mengganggu mata ataupun pernapasannya— terkecuali perutnya— Tapi tak mengapa, kehadiran Jehan adalah obat anti nyeri luar biasa, dimana obat psikotropika pun bisa saja kalah.

Rapsodi || Jisoo feat Mark & JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang