25. Dunia dan Ketidakpastiannya

809 184 32
                                    

Akan ku lakukan semua untukmu
Akan ku berikan seluruh cintaku
Janganlah engkau berubah
Dalam menyayangi dan memahamiku
-Kulakukan Semua Untukmu-

Demo ke gedung DPR adalah hal yang jelas tak diharapkan oleh Jehan ataupun mahasiswa lainnya. Sebab, jika mahasiswa sudah turun tangan ke lapangan, artinya negara sedang tidak baik-baik saja. Dan Jehan— ia berdiri mengenakan almamater BEM dan ransel hitamnya— membenci fakta tentang tersebut. Meski tidak mengherankan jika muncul kebijakan kebijakan baru yang disinyalir merugikan masyarakat itu sendiri. Entah apakah slogan dari rakyat untuk rakyat kini telah berubah menjadi rakyat untuk pejabat.

"Lucu ya, Je?"

"Kenapa?" Jehan mendongak ke arah Arka dimana laki-laki tersebut sejak tadi berdiri di sampingnya. Bola mata Jehan hitam cerah, berbinar seperti biasa. Ada alasan mengapa orang-orang betah untuk menetap sementara di sana. Sebab dengan hanya melihat bola mata Jehan, rasa optimis perempuan tersebut bukan lagi hanya miliknya, tapi jadi milik siapapun yang menatapnya. Dan sekarang Arka memilih menetap pada bola mata Jehan. Meski hanya sementara, tetapi rasa optimis dan semangat dari perempuan tersebut jelas membekas lama pada jiwanya. Arka tersenyum tipis, lalu melanjutkan,

"Kita tinggal di dunia yang penuh ketidakpastian. Dua hari yang lalu kita ke Puncak, sekarang kita mau ke DPR."

Jehan terkekeh mendengar ucapan Arka, kemudian mengangguk setuju.

"Makanya manusia hobinya mengira. Kira-kira bakal jadi apa ya nanti? Kira-kira besok ada hal apa ya yang terjadi? Sebuah perkiraan yang dibentuk oleh manusia menjadi ekspektasi yang seringkali terlampau tinggi. Cuaca aja ada prakiraannya, Ka. Segitu nggak pastinya kita di sini."

Sedangkan di kejauhan, Malik menggelengkan kepalanya ketika melihat Jehan dan Arka berdiri dan mengobrol seperti pemandangan-pemandangan sebelumnya. Kemudian lelaki itu berbisik kepada Mawar, "Gua yakin topik mereka enggak jauh-jauh dari pembangunan negara."

Mawar mengangguk setuju. Sedangkan Malik nampaknya masih trauma meski berbulan-bulan telah berlalu.

"Mereka pasti enggak pernah ngomongin lebih suka beng-beng di dinginin atau dimakan langsung." ujar Malik lagi. Pada akhirnya Malik dan Mawar justru membahas tentang Beng-beng dan berdebat sebab mereka berada di tim yang berbeda. Mawar lebih suka Beng-beng dingin sedangkan Malik tidak.

"Tapi kalau semua hal di dunia ini adalah pasti, enggak asik juga nggak sih? Nggak ada kejutan." balas Arka lagi.

Dan Jehan setuju. Sama halnya ketika Res tiba-tiba muncul dengan mengendari motornya, menjadi atensi seluruh anggota BEM di sekelilingnya tak terkecuali Jehan. Dunia adalah ketidakpastian sebab Res yang kemarin menghilang tak datang untuk mengikuti pengarahan ke gedung DPR kini mendadak muncul.

Res membuka helmnya, mengacak rambutnya, menggulung lengan almamaternya sebagian. Kemudian ketika Lucas menghampirinya, Res hanya tertawa seolah menghilangnya ia kemarin adalah suatu hal yang wajar-wajar saja. Res tidak tahu bahwa menghilang dan munculnya Res hari ini adalah salah satu dari banyaknya ketidakpastian. Setidaknya bagi Jehan. Perempuan itu hanya melihat Res pergi, berjalan beriringan dengan Lucas entah kemana. Tidak lama dari itu Dika pun turut menghampiri Res. Mungkin menanyakan alasan Res menghilang kemarin mengingat Dika yang merupakan kawannya saja tidak tahu menahu kabar Res kemarin.

"Je, Ger, nyarap dulu, yuk." ujar Komala sesaat melewati keduanya.

"Yuk." balas Jehan. Perempuan itu sudah bergegas bersama Komala, tetapi melihat Arka menggeleng, Jehan lantas berhenti dan tertinggal oleh Komala yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Gua ke ruangan BEM dulu, Je."

"Nggak sarapan? Harus lho, Ka. Inget dua hari yang lalu ada yang bilang gini: pastikan diri lo sehat tanpa kekurangan apapun."

Rapsodi || Jisoo feat Mark & JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang