30. Minuman Tak Tandas

1K 166 159
                                    


'Cause maybe I raised all your red flags
And these green lights are just in my head
I swear that there's something we both can't explain
And I'm terrified to lose it
-Butterflies-

Berita tentang Jehan yang berpacaran dengan Res menyebar dengan cepat. Bukan hanya di sekitar kampus, melainkan di media sosial. Lalu, seluruh perempuan di Indonesia seolah bersorak sorai sebab tahu bahwa Arka— wakil ketua BEM berlesung pipi— berstatus single. Media sosial Arka ramai oleh beragam komentar pujian, seperti: Mas Arka ganteng, jadi pengen shalawatin. Percuma ganteng kalau nggak jadi milikku, lesung pipnya dalam banget Mas, seperti cintaku padamu. Pinter banget sih lo, kalau kita menikah pasti menghasilkan generasi cemerlang. Dan lainnya yang jelas membuat tertawa hingga geleng-geleng kepala.

Jehan menghela nafas lega. Kejadian seminggu lalu di kantin fakultas farmasi memberikan dampak positif setidaknya bagi dirinya, Res, Arka dan tentu saja Shifa. Orang-orang di luar sana boleh tahu jika Arka tak memiliki seorang kekasih. Namun faktanya? Arka dan Shifa dekat, sangat dekat. Bahkan Jehan meyakini hal tersebut setelah melihat Shifa beberapa kali datang menemui Arka, bahkan menelpon seperti di Puncak lalu.

Jehan menelusuri bilik-bilik perpustakaan. Setelah menemukan jurnal penelitian yang ia cari, ia bergegas keluar dari gedung untuk bertemu Res yang juga sedang bergegas menjemputnya. Kata Res dipanggilan suara beberapa menit lalu: Ada yang mau aku omongin ke kamu. Dengan suara serius seperti biasa. Dan Jehan hanya mengiyakan sebab tahu bukan Res namanya kalau tidak ada-ada saja.

Sebelum turun ke lantai dasar gedung, langkah Jehan terhenti ketika melihat sosok tinggi kurus yang berdiri membelakanginya di ujung rak. Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, memastikan tak ada satu pun makhluk yang mendapatinya berdiri di sana. Dan laki-laki tersebut jelas tak tahu bahwa ada satu makhluk bumi yang berhasil menemukannya.

"Ngumpet?"

Arka jelas terkejut sampai-sampai ia menjatuhkan buku catatan dari tangannya. Arka menatap Jehan persekian detik, lalu sisa waktunya ia gunakan untuk mengambil buku catatan warna biru muda dan memasukkannya ke dalam ransel hitam miliknya.

"Susah ya jadi terkenal?" Jehan terkekeh pelan. Berbanding terbalik dengan Arka yang merengut bahkan menghela nafas kelelahan.

"Jangan ketawa, Je. Ini beneran serius. Gua sampai diikutin."

"Sama anak kampus ini?" tanya Jehan, penasaran. Ia kira keramaian tersebut hanya berlaku di media sosial. Nyatanya tak begitu. Arka seolah muncul jadi sosok pahlawan. Trendingnya melebihi artis ibu kota sekalipun.

Arka mengangguk, "Dari fakultas lain."

"Terus?"

"Ya makanya gue di sini, Je. Ngumpet."

"Masalah itu harusnya dihadapi, Ka." ekspresi Jehan terlihat serius, tetapi anehnya Arka bisa mendengar bahwa Jehan sedang menggodanya. Dan dugaan Arka benar kala melihat senyuman tipis muncul dari bibir Jehan. Artinya perempuan itu sedang menahan tawa semampu yang ia bisa.

"Ngeledek nih?"

"Enggak juga. Maksudnya, lo kan bisa dengan tegas bilang ke mereka kalau lo butuh privasi."

"I do, Je."

"Lo pasti bilangnya sambil senyum, kan?" Jehan memicing.

"Ya terus?"

Jehan menjentikkan jarinya, "Nah ini. Lo tuh bukannya bikin mereka takut, tapi bikin mereka nyaman. Yang serem dikit memang nggak bisa?" Jehan nampak geregetan. Dan melihat itu, Arka justru tertawa pelan.

"Gua nggak bisa kaya lo, Je."

"Oh, jadi gue serem?"

Arka menahan tawanya, dan Jehan masih mendongak lurus-lurus memerhatikan Arka yang susah payah menahan tawa. Jehan lantas ikut tersenyum sebab ia pun menyadari bahwa menjadi menyeramkan di situasi dan kondisi tertentu adalah salah satu keahlian yang ia miliki.

Rapsodi || Jisoo feat Mark & JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang