31. Cheese In The Trap

1K 148 101
                                    

Arka menelusuri kerumunan fakultas teknik bersama Wibby dan Keenan. Jika bukan karena kedua kawannya, Arka mungkin akan memilih untuk pulang atau bersembunyi di perpustakaan, bergumul dengan buku-buku dan menyiapkan skripsinya. Fakultas teknik sudah berubah jadi pasar, pesta untuk manusia bumi yang pusing dengan tugas kuliah. Panggung utama lebih ramai lagi. Semua mahasiswa bersorak sorai menyambut kedatangan bintang tamu. Salah satunya adalah adik Jehan. Dika yang memberitahunya kemarin.

"Ger, cewek lo mana?" tanya Wibby.

"Yang mana nih ceweknya?" Keenan terkekeh, "Shifa atau Jehan?"

"Shifa, lah. Lo nggak tau kalau Jehan ternyata pacarnya Mark anak FT? Gokil juga ya tu bocah, bisa-bisanya maba dapetin primadona." Wibby geleng-geleng kepala. Masih ingat beberapa bulan lalu fakultas mereka ikut heboh karena mengira Jehan sudah memihak kepada fakultas kedokteran.

"Sebenarnya lo pacaran nggak sih Ger sama Shifa?"

Seperti yang lainnya, pertanyaan Keenan hanya dibalas dengan senyuman tipis sambil lalu. Pertanyaan sama yang membuat Arka kembali mengingat masa sekolah dimana ia menerima pernyataan cinta Shifa. Saat itu, rasanya Arka tak punya pilihan lain. Ia tak ingin Shifa malu di depan. orang banyak. Maka, dengan mengangguk dan seulas senyum itulah yang pada akhirnya membuat keduanya bersama menjadi sepasang kekasih. Ia pikir, seiring berjalannya waktu ia bisa menyukai Shifa lebih dari seorang sahabat. Tapi waktu memang tak punya kuasa untuk itu. Maka ketika Arka lebih dewasa untuk tahu bahwa yang ia lakukan selama ini adalah salah, ia pun mengakhirinya.

Arka tahu Shifa tidak mau. Sorot matanya meminta Arka tuk tinggal, tapi kepala Shifa bergerak mengangguk. Pada akhirnya, sekeras apapun ia menginginkan Arka tuk tetap tinggal, lelaki itu memilih untuk pergi. Arka memang masih selalu berada di sisi sebagai seorang sahabat. But from lover to best friend memang tak semudah itu. Ada adaptasi kembali, banyak hal yang harus diikhlaskan kemudian disyukuri.

"Sampai kiamat lo nanya itu ke Geri juga nggak bakal dijawab, Nan."

"Gua mau beli minum dulu, mau nitip nggak?" tanya Arka. Kedua kawannya jelas mengangguk semangat. Detik selanjutnya Arka sudah memisahkan diri menulusuri kerumunan fakultas teknik. Ia memakai topi. Selain karena sinar mentari yang terik, ia tak mau orang-orang menyadari keberadaannya. Ia tak mau bersembunyi seperti hari lalu di perpustakaan kampus.

Arka terlalu banyak melamun sampai ia baru menyadari keberadaan Jehan yang hanya beberapa langkah di depannya. Senyum Arka mengembang, tapi tidak dengan Jehan. Perempuan itu bukan tidak melihatnya. Sebaliknya, Jehan baru saja melihatnya, lalu mengalihkan pandangannya dengan ekspresinya yang datar. Maka ketika Jehan begitu saja melewatkannya, Arka refleks menahan tangan Jehan, sedikit menariknya hingga Jehan kembali menghadap ke arahnya.

"Je?" Arka mendekat, memerhatikan wajah Jehan yang enggan melihat ke arahnya.

Pada saat itu, musik sudah terdengar kencang. Day Dream sedang tampil dengan sorakan yang didominasi oleh suara perempuan. Jehan masih terdiam. Adiknya sudah berada di atas panggung, dan ia justru berada di sini, menahan kesal setengah mati.

"Je, kenapa?"

Jehan melepas pegangan tangannya dari Arka. Lalu sedetik kemudian mendongak, menatap jatuh pada bola mata Arka yang terlihat waspada.

"Tanya aja sama mantan pacar lo."

Tatapan mata Arka sedikit mengeras. Ia menengok ke tempat di mana Shifa masih duduk dengan kepala menunduk, lalu kembali melihat ke arah Jehan yang masih menatapnya datar.

"Je, maaf—"

"Ka, kenapa harus minta maaf sama hal yang nggak lo lakuin sih?" Jehan tersenyum tipis, "Gue paling nggak suka ada orang yang ikut campur urusan gue. Mungkin karena gue selalu berusaha untuk nggak ikut campur urusan orang lain kali ya. Dan sebenarnya gue berharap orang-orang treat me like i treat them."

Rapsodi || Jisoo feat Mark & JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang