"Eh, kok belum pulang juga? Udah malem. Pulang, bocah."
Res berjalan ke motornya yang terparkir di depan warung dekat kosan Jehan. Masih Res lihat dua bocah pengamen itu sedang duduk dan bercanda dengan kawan lainnya. Lantas dua bocah itu menengok ke arah Res dengan mata berbinar-binar. Seolah Res adalah pahlawan baik hati yang mau memberikan uang jajan banyak kepada mereka. Kalau begitu, mereka rela menyewakan gitar mereka setiap hari kepada Res.
"Lah, Abang juga belum pulang. Sesama bocah jangan begitu lah, Bang."
Res membalas dengan mengacak rambut kedua bocah tersebut. Entah sudah berapa hari dua bocah tersebut tidak keramas.
"Mas siapanya Mba Jehan?" tanya Ibu paruh baya yang Res duga sebagai pemilik warung tersebut.
Sekarang Res yang bingung. Mau bilang pacar, jelas dusta. Mau bilang adik, Res jelas tidak mau.
"Bukan pacarnya, kan? Pacarnya Mba Jehan kan yang baru aja dateng tuh naik mobil. Yang tinggi, bening. Sayur bening aja kalah."
Res menggelengkan kepala berulang kali. Di mana-mana gosip. Entah mengapa Jehan selalu menjadi atensi di manapun ia berada. Daya tarik Jehan terlalu kuat, bahkan ke wanita paruh baya sekalipun.
"Soalnya Ibu lihat Mas tinggi bening itu nganterin Mba Jehan terus ke kosan. Kadang naik motor, kadang naik mobil. Malah pernah Ibu lihat Mas-nya pagi-pagi udah di kosan Mba Jehan. Kayaknya sih nginep."
Ibu-Ibu tersebut masih terus berujar panjang lebar meskipun Res terlihat tidak peduli. Lelaki itu sudah duduk di jok motornya bergegas untuk pulang. Dan pertanyaan dari benak Res telah diwakili oleh dua bocah tersebut.
"Yang mana, Bu? Kan tadi laki-lakinya ada dua. Sama-sama bening pula."
"Kayaknya sih yang punya mobil. Soalnya Mas-nya pernah nganterin Mba Jehan pakai mobil itu."
Tahu kan siapa?
Belum cukup sampai situ, Res hanya tinggal bergegas untuk pulang setelah memanaskan mesin motor. Tetapi ucapan kedua bocah tersebut lagi-lagi menghentikan niatnya.
"Bang, tadi ada abang-abang rambut gondrong nanyain siapa yang punya motor Abang. Kita jawab, nggak tau, Bang. Yang jelas bukan motor saya."
Res terkekeh. Tidak sia-sia rupanya memberi uang jajan kepada dua bocah ini. Pengamen cerdas.
"Kayak gimana orangnya?"
"Gondrong, pipinya tirus, agak sangar Bang mukanya." ujar sang bocah yang Res ketahui bernama Anang.
"Harimau kali." jawab Res asal.
"Harimau mah pipinya gemuk, Bang. Nggak tirus."
"Parah, Harimau shamming." ujar Res sambil menggelengkan kepala ke dua bocah tersebut. Sang bocah tertawa lebar dengan candaan Res, begitupun Res yang senang menggoda bocah tersebut. Sebelum Res beranjak pergi, tiba-tiba Anang mendekat dan berbisik ke telinga Res. Sebab ucapan Anang lah Res tertawa dan tersenyum bangga ke arah Anang.
Motor Res melaju dengan sang pemilik, membelah malam yang kian terasa gaduh, bersamaan dengan mobil yang mengikuti Res, melesat tak kalah cepatnya.
-R a p s o d i-
Lagu cinta terdengar pelan pada audio mobil milik Arka. Suara merdu yang nyaris terdengar sayup tersebut tak lantas membuat Jehan tertidur lelap. Ia kini sibuk dengan ponselnya, membuka berbagai platform berita terkini tentang revisi undang-undang KPK yang baru saja diumumkan malam ini. Bertepatan kala Res datang merayu, RUU KPK ini justru datang membuat masyarakat sesaat membisu, lalu pilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapsodi || Jisoo feat Mark & Jaehyun
FanficJehan, Kamu tau nggak kalau rumus trigonometri itu bisa mengukur jarak suatu bintang di angkasa tanpa harus pergi ke sana, bisa mengukur sudut ketinggian tebing tanpa perlu memanjatnya, dapat mengukur lebar suatu sungai tanpa harus menyebranginya. T...