07. mark dolken

1.5K 350 366
                                    

Sorry i'm an anti romantic
Aku tidak percaya lagi romatis
Bahwa hatiku akan terbakar habis
Dan hanya jelaga hitam yang akan ditinggalkan
Aku takut
-anti romantic-

Jehan memang pernah mencurigai bahwa Arka lah sang HA yang menuliskan surat tersebut kepadanya. Alasannya cukup sederhana, di beberapa situasi Arka muncul bertepatan dengan amplop surat itu. Lantas hari itu, tanpa pikir panjang, Jehan menghampiri Arka untuk memastikan segala kecurigaannya, dan hari itu juga Jehan mendapatkan jawaban bahwa Arka bukanlah HA.

Tulisan Arka memang rapih dan bagus, tetapi jelas sangat berbeda dengan milik HA. Tulisan tangan HA terlihat seperti tulisan tangan orang jaman dulu. Tintanya tebal, agak miring dan beberapa huruf dibuat bersambung.

Lantas hari ini saat segala kecurigaannya kepada Arka mulai mengabur, Jehan menemukan Arka sedang duduk di kursi meja ujung yang paling dekat dengan dinding kaca. Laki-laki itu sedang membaca, memegang pensil mekanik lalu sesekali menandai hal-hal penting dari buku yang ia baca. Ia juga membawa ipad, sesekali mengscroll layarnya dan menggambar sesuatu di sana. Laki-laki itu terlalu fokus sampai tidak sadar dengan keberadaan Jehan yang baru saja muncul.

Kebetulan lain yang melibatkan Arka di dalamnya. Jehan tidak masalah jika Arka pergi ke perpustakaan, tapi mengapa harus lantai 3, sih? Mengapa harus di lantai perpustakaan di mana HA menyelipkan suratnya di sana? Dengan isi pikiran yang campur aduk, Jehan melangkah menuju rak buku matematika.

Jehan mulai mencari, mengutak-atik jejeran buku hanya untuk mengintip apakah amplop biru muda terselip di sana. Beberapa kali ia melakukan hal yang sama sampai ia menemukan amplop berwarna biru muda tersebut telah terselip pada salah satu buku yang berjudul: Studi Falak dan Trigonometri.

Jehan,
Kamu tau nggak kalau rumus trigonometri itu bisa mengukur jarak suatu bintang di angkasa tanpa harus pergi ke sana, bisa mengukur sudut ketinggian tebing tanpa perlu memanjatnya, dapat mengukur lebar suatu sungai tanpa harus menyebranginya.
Tapi Je, rumus trigonometri nggak berlaku untuk kita
Karena tanpa di ukur pun kita tau kalau jarak antara aku dan kamu adalah dekat.

Ps: Kalau pada akhirnya kamu baca surat ini, itu tandanya aku benar, kamu mau aku.

-HA-

Jehan seketika mengambil pulpen dan selembar kertas yang ia robek dari buku catatannya. Dengan menggebu-gebu, Jehan mulai menulis balasan surat kepada HA. Tidak ada yang spesial dari tulisannya. Kalimatnya jelas tidak romantis, yang ada hanya ngajak ribut. Tulisannya pun jauh dari kata aesthetic. Lalu saat Jehan sudah selesai dengan tulisannya, ia memasukkan kertasnya pada amplop miliknya. Amplopnya pun tidak spesial. Hanya amplop putih yang ia beli di warung dekat kosan. Amplop yang biasanya dipakai untuk memasukkan uang hajatan.

Sang pujangga dari fakultas sastra akan menangis jika melihat ini.

Lalu, berikut balasan dari Jehan untuk HA:

Mau lo apa, sih?
Lo siapa?
Kalau lo nggak berani buat nemuin gue
Kasih tau lokasi lo dimana
Gue yang bakal nemuin lo

-Je-

Sangat jauh dari kata romantis. Benar-benar Jehan sekali.

Jehan tidak ingin basa-basi. Alasan ia datang dan membaca surat HA bukan untuk membalasnya dengan kata-kata puitis yang sering kali terlihat dangdut, tetapi Jehan ingin HA to the point saja. Maunya apa, maksud dan tujuannya apa. Tiga bulan— sudah cukup membuat landasan teorinya. Jehan ingin menyelesaikannya dengan bab 5 dan 6: pembahasan dan kesimpulan dari surat menyuratnya dengan HA.

Rapsodi || Jisoo feat Mark & JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang