Jehan tidak berbohong saat ia mengatakan kepada Res bahwa ia sudah tak membutuhkan waktu lagi. Jawabannya sudah tetap dan tepat. Jehan hanya perlu menunggu waktu dan keadaan yang manakah agar ia bisa mengutarakan segala pikiran dan perasaannya terhadap Res.
Bocah laki-laki itu kini sedang basah kuyup karena baru saja tercemplung ke kolam renang karena ulah Malik dan kawan-kawan. Kaos putih serta celana jeansnya itu jelas tak tertolong. Ia muncul di permukaan kolam sambil mengibaskan rambutnya, memegang hidungnya yang perih serta mata yang kedap kedip karena kemasukan air. Setelah itu— seperti yang Jehan kira— Res tertawa lebar, berjalan keluar dari kolam renang. Matanya membara, penuh gairah ingin membalas Malik atau yang lainnya untuk turut merasakan sensasi tercemplung ke dalam air kolam Puncak sore hari yang dinginnya tentu membuat menggigil.
Res mungkin terlihat bocah, tapi Jehan sudah tahu bagaimana Res. Jadi, setelah ini, Jehan sepenuhnya yakin bahwa Res akan menerima segala konsekuensi dari jawaban Jehan tanpa perlu berkompromi ini itu lagi.
"Je, lo kenapa ngasih stiker merah ke Mark pagi tadi?" tanya Johnny.
"Mark buat kesalahan apa emangnya, Teh?" Riritiba-tiba muncul dan berdiri di samping Johnny. Tidak mendapatkan respon Jehan, Riri pun melanjutkan, "Apa karena Mark udah nyuri, Teh? Mencuri hati Teteh. Ahaaaaay." Riri bersorak gembira sambil memukul Johnny. Johnny mengaduh kesakitan dengan wajah yang cemberut. Laki-laki itu jelas tidak ingin kalah. Serta merta ia memanggil Arka, menyuruh Arka datang dan bergabung dengan mereka. Jehan hanya menghela nafas melihat tingkah Johnny dan Riri yang berhasil membuat Jehan pusing.
"Eh, Ka. Lo tau nggak kenapa si Jehan ngasih stiker merah ke Mark?"
Arka melihat ke arah Jehan sekilas, lalu berujar, "Karena itu?"
Johnny dan Riri secara bersamaan melihat ke arah Jehan, memerhatikan Jehan yang perlahan mengangguk dan tersenyum tipis sebagai jawaban.
"Apaan sih, Teh, Kak?"
"Kasih tau nggak, Je?" tanya Arka. Lalu, lagi-lagi Johnny dan Riri melihat ke arah Jehan menunggu jawaban. Laki-laki bertubuh besar dan mini itu memerhatikan Jehan dengan sangat fokus, menantikan jawaban Jehan dengan harap-harap cemas.
Jehan lalu menggelengkan kepala.
"YAHHHHH. KECEWA." teriak Johnny dan Riri kompak, menarik atensi anggota yang lain hingga semua ingin tahu apa yang sedang terjadi di sana, tepatnya di depan kamar Jehan.
Arka yang tubuhya setengah kering itu sedang mengunci bibirnya rapat-rapat, lalu melemparkan kunci tak kasat mata tersebut kepada Jehan. Jehan menangkapnya dari Arka, memasukkan kuncinya ke dalam kantong celananya. Keduanya saling menukar senyum, sebab meski terlihat konyol, keduanya nampak menikmati adegan di mana Johnny dan Riri cemberut karena penasaran. Setelah itu, Arka berlari sebab Tomo tiba-tiba mengejarnya hendak menjeburkannya kembali ke kolam renang.
"Lo liat kan, Ri? There's something beetween them. Cuma Arka yang tau alasan Jehan ngasih stiker ke Mark. CUMA ARKA." Johnny berujar penuh penekanan kepada Riri. Riri mendongak tidak mau kalah, bahkan berjinjit agar tidak merasa rendah di hadapan Johnny.
"Kak Johnny, dengerin Riri. Cuma Mark yang dikasih stiker merah pagi-pagi dihadapan semua anggota BEM. Cuma Mark yang bikin kak Jehan mau jadi atensi semua orang. CUMA MARK."
Hening sejenak sebelum Jehan akhirnya berujar pelan, datar dan tegas.
"Cuma kalian yang bikin gue pusing. Shut up."
Yang dengan acaknya Johnny terlentang di lantai, sedikit menekukkan kakinya lalu berhitung dari satu dan seterusnya.
"Itu sit up. Ya Gusti nu agung." Riri berujar lirih, lalu meninggalkan Johnny dan segala kekonyolannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapsodi || Jisoo feat Mark & Jaehyun
FanficJehan, Kamu tau nggak kalau rumus trigonometri itu bisa mengukur jarak suatu bintang di angkasa tanpa harus pergi ke sana, bisa mengukur sudut ketinggian tebing tanpa perlu memanjatnya, dapat mengukur lebar suatu sungai tanpa harus menyebranginya. T...