DUA PULUH LIMA

1K 135 35
                                    

Tap tap tap

Suara derap langkah seseorang terdengar nyaring di telinga. Menggema hingga terdengar sampai dilantai bawah.

"Dimana Jendra ?" Tanya Gesa yang langsung memberhentikan langkahnya di depan Saka. Saka yang baru saja menutup pintu ruang kerjanya seketika menoleh dan memutar tubuhnya ke arah Gesa.

Gesa berdiri dengan sorot mata yang tak main-main, tangannya ia lingkarkan didepan dada dengan bibir tertutup tegas. "Aku tanya sama kamu, dimana anak ku?!"

"Nda," lirih Saka mencoba meraih tangan istrinya tapi Gesa seketika mundur satu langkah menghindari.

"Apa yang kamu perbuat sama anak ku?!"

"Nda,"

"AKU TANYA APA YANG KAMU LAKUKAN?!!!"

Saka menarik nafasnya lalu tersenyum manis didepan Gesa tapi Gesa sama sekali tak pernah membalas tatapan itu dengan lembut. "Dengerin aku dulu sayang."

"Buat apa ?"

Deg.

Ada apa dengan Gesa sampai ia bersikap seperti ini kepadanya ?
Saka terdiam, memandang Gesa yang saat ini tengah menyorotnya tajam seolah tak ada kata maaf untuk laki-laki ini.

"Nda, dengerin aku dulu sayang."

"Buat apa aku dengerin kamu yang gak pernah mau tau tentang anak ku?!"

"Nda, aku minta maaf."

Gesa terkekeh begitu keras sampai tawanya menggema di setiap sudut rumahnya. "Maaf ? Sama aku?" Gesa melanjutkan tawanya hingga membuat Saka  sedikit terkejut.

"Buat apa kamu minta maaf sama aku?  Harusnya kamu minta maaf sama anak ku!"

Gesa melangkahkan kakinya kedepan, menepiskan jarak antara dirinya dan Saka, sedangkan Saka tak berkutik jika Gesa sudah menatapnya dengan tatapan seperti ini. Gesa menggerakkan jari telunjuknya dan menyentuh dada Saka. "Suamiku, maafkan aku kalau aku kurang sopan.  Tapi aku sebagai seorang istri wajib memberikan mu peringatan jika itu terlalu melampaui batas mu sebagai seorang ayah."

Gesa menarik nafasnya, matanya menatap ke atas atau lebih tepatnya menatap Saka yang saat ini terdiam memandangnya. "Kamu lupa bagaimana kehidupan aku sebelum ini?"

Bibir Saka seketika Kelu mendengar istrinya berkata seperti itu.

"Kamu lupa bagaimana aku berdiri ditengah-tengah rasa sakit karena ayahku?"

"Dan, apakah kamu lupa bagaimana aku melawan kehidupan yang keras karena ayahku!"

Dada Gesa narik turun meredam rasa sakit itu, dan lihatlah Saka seolah tak mau tahu tentang kehidupan anaknya yang menderita. Sekian juta kali Jendra berkata jika Jendra sudah lelah menghadapi sikap papanya tapi Saka tetap enggan mendengarkan keluh anaknya.

Gesa menggeleng, matanya mulai berkaca-kaca membuat Saka ingin sekali mendekap tubuh istrinya. "Aku gak mau anak aku, kesayangan aku, dan segalanya bagiku menderita seperti ku karena ulah orang tuanya!"

"Kalau sampai terjadi apa-apa sama Jendra dan Zora. Jangan harap kamu bisa lihat aku lagi, bapak Saka!"

"Nda," lirih Saka mencoba menarik tubuh Gesa, tapi Gesa seketika melenggang pergi dari sana.

Saka menarik nafasnya dengan mata yang menyorot punggung istrinya yang sudah menjauh.

"Apa aku salah? Aku gak mau anak ku terlalu menyepelekan kehidupan seperti ku dulu."

JENDRA  (Revisi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang