Extra part. 1 (Penyesalan seorang ayah)

1.8K 149 30
                                    

Warning!!
Mengandung DARK JOKES TINGGI!
BIJAKLAH DALAM MEMBACA.

Sayup-sayup suara lirih pecahan kaca dan juga hantaman kepala yang membentur dinding terdengar nyaring di telinga seorang perempuan yang tengah terlelap dalam tidurnya. Ia adalah Gesania, ibu dari si bocah tengil Rajendra. Gesa membuka matanya, perlahan ia menurunkan kakinya dan menyentuh lantai yang dingin. Kepalanya menoleh kebelakang, ternyata tak ada sosok suaminya yang selama ini menemani tidurnya.

Gesa bangkit dan berjalan keluar kamar, mencari titik suara yang membuat jantungnya berdebar.

"Pa," lirihnya mulai merasa ragu. Perlahan jemarinya menekan saklar lampu dan membuat ruangan seketika terang.

Alunan isak tangis penyesalan tampak terdengar keras di telinga Gesa. Gesa berjalan menuruni anak tangga yang jumlahnya mungkin puluhan.

"Papa," panggilnya lagi, tapi sama sekali tak ada sahutan suara apapun selain tangis dan benturan antara kepala dan dinding.

Gesa berhenti tepat di depan ruang kerja suaminya. Sebelum masuk, ia lebih dulu mendengarkan lewat celah pintu yang sedikit terbuka. Gesa terkejut, ternyata suara itu berasal dari suaminya yang saat ini tampak kalut dengan dunia gelapnya.

Tanpa banyak kata, ia membuka pintu itu dengan keras hingga menciptakan suara benturan yang mendobrak jantung. "PAPA!" pekiknya dengan kaki melangkah maju.

Gesa langsung berlari menuju suaminya yang tengah membenturkan kepala di dinding putih itu. "BODOH! AKU BODOH!!"

"GARA-GARA AKU ANAK KU SEKARANG GAK ADA. AKU BODOH!!!" Saka tetap saja membenturkan kepalanya tanpa ampun seolah ia melampiaskan rasa sesalnya.

"Papa!" Gesa menangkap kepala suaminya yang tampak membiru oleh benturan itu.

Bau alkohol tampak menyeruak di India penciuman Gesa. Gesa menoleh ke arah meja, ada beberapa botol beer yang sudah tak tersisa. Kemungkinan Saka yang meminum itu semua.

"Nda," lirih Saka terdengar sesak. Deru napas dan isakannya membuat Gesa tak tahu harus bagaimana.

"Aku salah nda. Aku ayah yang bodoh, aku yang buat anak ku meninggal!"

"Aku minta maaf nda." Saka mencengkeram pingang istrinya kuat.

Perempuan itu belum berniat untuk membuka suara, ia memilih diam mendengarkan tutur suaminya yang hancur.

"AKU BODOH! GIMANA CARANYA PAPA MINTA MAAF SAMA JE NDA, GIMANA?!"

Tangan Gesa bergerak keatas, mengelus kepala suaminya dengan lembut, satu tetes air mata yang kini Gesa tahan akhirnya luntur juga dan jatuh di kening Saka. "Suamiku, aku tau ini penyesalan mu dengan semua yang sudah kamu perbuat."

Bibir Saka bergetar menahan diri untuk tidak terus berkata kasar didepan istrinya.

"Tuhan yang punya jalan sendiri untuk kita. Mungkin ini peringatan dan sapaan hidupmu setelah sekian lama kamu menyepelekan Tuhan mu."

Gesa menarik napasnya. Tersumbat oleh rasa sesak yang kian memuncak, paru-parunya juga ikut bermanja dengan rasa penyesalan. "Bukan kamu yang sakit. Aku sebagai ibunya juga merasa kehilangan lebih dari apapun. Seolah memang separuh nyawaku udah gak ada lagi pa."

JENDRA  (Revisi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang