TIGA PULUH TUJUH

1.2K 140 57
                                    

Gak tau mau ngetik apa lagi. Intinya baca aja ya.
Maaf kalau sedih, emang gini alur RL nya

Kalau kalian nangis, kalian gak sendiri kok. Aku juga nangis tiap ngetik per chpter.

...........
Happy reading
❤️❤️❤️

..................

Sudah satu Minggu lamanya Saka sama sekali tak melihat wajah Jendra dan istrinya. Gesa, Jendra, dan Zora menginap di rumah Juna karena keadaan Jendra yang belum pulih sepenuhnya.

Saka duduk di sofa dengan tampilan yang bisa dibilang tidak enak dipandang, rambut berantakan, baju lusuh, dan wajah layu seolah tak ada semangat hidup lagi untuk pria ini.

Saka menghela nafas, tangannya bergerak lagi mengambil gelas yang sudah bersisi beer di atas meja kaca itu. Tatapan ia tunjukkan ke arah depan, bahkan pria itu sesekali tertawa keras lalu kembali menangis.

Mungkin jika ada Gesa disini, ia tak akan se menderita ini, padahal semuanya ulah Saka tapi kenapa Saka belum juga sadar atas hal itu.

"Bodoh, gue bodoh."

Prang

Saka melempar gelas itu ke sembarang arah, hingga sisa dari beer berceceran dilantai.

"BODOH LO KA, LO MANUSIA DAN AYAH PALING BODOH DI MUKA BUMI INI!!"

Saka mengacak rambutnya frutasi, sepertinya rasa bersalah memang tengah ia rasakan. Tapi, apa boleh buat, semua sudah terlanjur terjadi.

"Permisi," suara seorang perempuan yang kini masuk kedalam rumah besar itu seketika membangunkan Saka dari duduknya. Saka tahu jika suara ini adalah suara yang sudah membuatnya candu hingga detik ini.

"Nda," Saka berlari sedikit sempoyongan dan langsung mendekati Gesa lalu memeluk tubuh istrinya dengan erat seolah Saka tak mau lagi pisah darinya.

Sedangkan Gesa sama sekali tak membalas juga tak berontak. Wanita itu hanya mendengarkan isakan suaminya yang semakin lama semakin menyesakkan dada. Munafik jika Gesa tak merindukan pria ini, tapi disisi lain ia juga butuh rasa tenang demi anak-anaknya.

"Nda, kenapa kamu gak pulang?"

"Duduk!" Perintah Gesa dengan tegas dan membuat Saka langsung melepas dekapannya.

Saka tak percaya dengan apa yang baru saja istrinya katakan. Demi apapun pria itu berfikir jika Gesa benar-benar berniat berpisah darinya. Dilihat dari amplop yang Gesa bawa saat ini.

Gesa berjalan menjauhi Saka dan duduk di sofa hitam dengan kaki kiri ia tompangkan diatas kaki kanan, terlihat sangat tegas dimata Saka.

Saka mengikuti dan duduk di depan Gesa dengan tatapan mata yang penasaran. Gesa memberikan satu amplop itu kepada Saka. Saka menerima dan membukanya.

Matanya seketika melebar dengan detak jantung tak beraturan. Jadi selama ini ia salah?

Beberapa hari yang lalu, saat Saka merasa kecewa dengan apa yang Jendra lakukan, dia lupa jika ada harapan yang bisa anaknya raih.

JENDRA  (Revisi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang