EMPAT PULUH TIGA

1.7K 156 19
                                    

Udah mendekati End kawan.

Mau end yang model bagaimana nih ?

Seiring berjalannya waktu, keadaan fisik Jendra kian membaik, biarpun secara mental belum dinyatakan pulih karena harus menjalani beberapa terapi yang mungkin berangsur dalam jangka panjang.

Hari ini Jendra diperbolehkan untuk pulang ke rumah bersama keluarganya dan Saka memberanikan diri menjemput Jendra dan Gesa.

Dalam satu mobil, ada Sita yang juga menemani calon suaminya ini pulang ke rumah. Sita tak akan pernah melewatkan masa ini dengan wajah yang benar-benar terlihat sedikit lega.

Sedangkan Zora tidak ikut karena tengah menjalani lomba penulisan yang di adakan tiap tahun di setiap sekolah besar ibu kota.

Sita duduk disebelah Jendra dengan Gesa yang berada di kursi depan bersama suaminya.

Jendra yang sedari tadi diam tiba-tiba menyenderkan kepalanya di pundak Sita, Sita tersentak dan sedikit menegang. Bagaimana Jendra bisa melakukan hal ini disaat kedua orang tuanya ada didepan sana. Apakah Jendra tak merasa malu?

Dan sialnya Jendra malah memejamkan matanya seolah ia memang lelah menjalani hari ini.

Gesa tersenyum melihat keduanya dari kaca depan lalu menoleh ke arah suaminya.

Saka yang merasa di perhatikan itu seketika mengerutkan keningnya. "Ada apa nda ?"

Gesa menggeleng lalu melihat arah jalan kembali. "Seneng aja pa. Jadi inget masa muda," ujarnya lalu terkekeh di ikuti oleh Saka.

Demi apapun Sita rasanya ingin menjadi umbi-umbian saja saat ini.

Jendra malah menikmati masa tidurnya dan sekarang bisa kalian lihat, laki-laki ini melingkarkan tangannya di lengan Sita tanpa merasa berdosa. Sita yang sudah  panas dingin karena Jendra tapi Jendra malah sama sekali tak perduli.

"Gak papa, Sita. Kami juga pernah muda kok." Kekeh Gesa di ikuti oleh Saka kemudian.

Sita membalas dengan cengiran, dan menahan sekuat tenaga untuk tetap dalam posisi santai. Padahal jantungnya sudah atraksi didalam sana.

Saka membelokkan mobilnya masuk kedalam rumah dengan desain yang cukup menakjubkan, rumah Pangestu.

Saka memarkiran mobilnya di garasi rumahnya. Dan semuanya turun dari mobil terkecuali Sita yang juga membangunkan Jendra agar segera bangkit. Sita menepuk pipi Jendra pelan agar laki-laki ini cepat sadar dari mimpinya. "Je, bangun."

"Jendra."

"Eughhh.." engah Jendra lalu menoleh ke arah Sita.

Jendra membuka lebar kedua tangannya dan mendekap tubuh Sita dengan sayang, sedangkan Sita memberontak agar laki-laki ini tak mempermalukan dirinya lagi. "Je, udah, diliatin bunda!"

Jendra malah menyenderkan kepalanya diatas kepala Sita. "Gak papa, bunda sama papa udah di luar gak akan--"

Brughh

Brughhh

Brughh.

Gesa memukul body mobil bagian depan untuk memperingati kedua anak muda ini agar segera turun. "Turun kalian! Gak usah macem-macem di dalam mobil ya?!" Omel Gesa membuat Jendra langsung menjauhkan tubuhnya dari Sita.

JENDRA  (Revisi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang