TIGA PULUH DUA

1.1K 141 69
                                    

KARENA MAMAK LAGI SENENG.
SPESIAL BUAT HARI INI.. TRIPLE UP.

SELAMAT BUAT PEMBACA MAMAK YANG BARU SAJA LAHIRAN.

SEMOGA MENJADI ANAK YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUANYA ❤️❤️❤️❤️

HAPPY READING.

...................

"Sebelum menyesali semuanya. Izinkan aku melukis tawa bersama papa." Rajendra Pangestu

Sayup-sayup suara langkah seorang anak laki-laki yang kini berjalan memasuki area apartemen. Jendra menarik nafasnya berkali-kali. Mungkin ini hari terakhirnya untuk menebar senyum kepada semua orang yang menyayanginya.

"Maafin Je ya Nda. Maaf kalau Je belum bisa jaga bunda se utuhnya. Maaf kalau ke belum bisa wujudin semua impian bunda."

"Je sayang sama Sita, si cantik yang selalu bikin Je candu. Baik-baik ya sayang. Semoga Je bisa bangun lagi."

Langkah Jendra berhenti tepat di depan unit kamarnya. Sebelum masuk kedalam, laki-laki itu lebih dulu menarik nafas lalu ia hembuskan dan menegakkan kepalanya dengan senyum.

Jendra menekan beberapa angka di layar kunci digital unit kamarnya lalu membuka pintu itu dengan santai. Senyum Jendra sama sekali tak luntur. Sudah dapat Jendra pastikan jika Saka sudah menunggu dirinya didalam.

Saka duduk di sofa dengan satu tangan yang ia letakkan diatas sandaran sofa.

Jendra faham, laki-laki itu berjalan mendekati Saka dan meletakkan ransel hitamnya diatas meja.

"Sore pa," sapa Jendra membuat Saka menoleh.

"Anak papa."

Jendra mengangguk dan tersenyum ke arah Saka tapi dengan posisi yang berdiri. "Maaf ya pa, Je gagal."

Saka nengetuk-ketukkan jarinya dengan santai, matanya menyorot ke arah Jendra yang kini tersenyum kepadanya.

Saka berdiri, menghampiri anaknya dengan kedua tangan yang ia masukkan di dalam saku celana hitamnya. "Jendra, kamu tau kenapa papa bersikap seperti ini?"

Jendra mengangguk. "Papa gak mau hidup Jendra gak terarah."

"Pintar. Kamu tau kenapa papa keras sama kamu?"

Lagi dan lagi Jendra mengangguk. "Karena papa ingin anaknya tegas."

"Benar. Dan kamu tau kenapa papa manggil kamu disini, kenapa gak di rumah?"

"Bersembunyi dari bunda."

Saka terkekeh hingga suaranya menggema di setiap sudut ruangan. "Bukan nak. Tapi papa pengen tau seberapa besar usaha kamu selama ini."

Saka berjalan meninggalkan Jendra dan melangkahkan kakinya ke arah satu ruangan dimana biasa Jendra gunakan untuk belajar.

Jendra mengikuti langkah papanya. Dengan dada yang bergemuruh tapi sebisa mungkin laki-laki itu menahannya.

"Jendra." Panggil Saka dan memutar tubuhnya menghadap Jendra .

JENDRA  (Revisi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang