TIGA PULUH DELAPAN

1.3K 150 25
                                    

Happy reading ❤️

..............

"Aku tahu memang sudah sedikit terlambat, tapi tak salah kan jika aku ingin sedikit memperbaiki?" Pusaka Aji.

Saka bersiap untuk mendatangi rumah Juna dimana disana ada semua keluarganya, seolah Saka menjemput istrinya yang tengah marah dan pulang ke rumah orang tuanya, tapi ini bedanya itu rumah orang tua Saka.

Saka mengendarai mobilnya bersama asisten rumah tangga yang selama ini selalu menemani dirinya seperti ibunya sendiri.

Bibi melihat ke arah Saka yang terlihat khawatir, tangan bibi bergerak dan mengelus lengan Saka. "Den Ka, yakin sama bibi semua pasti pasti berlalu."

Saka menoleh sekilas lalu tersenyum. Hingga mobil yang mereka kendarai masuk kedalam pekarangan rumah besar dimana Saka dan Gesa sempat tinggal disana. Saka memasukkan mobilnya ke dalam garasi.

Sebelum ia keluar, Saka lebih dulu menghela nafas dan meyakinkan dirinya untuk tetap berusaha membujuk Gesa dan kedua anaknya pulang.

"Ayo den," ajak bibi masuk kedalam rumah itu. Saka mengangguk dan ikut masuk kedalam.

"Assalamualaikum," salam Saka mendapat jawaban dari asisten rumah tangga yang ada disana.

"Walaikumsalam."

Gesa berjalan keluar kala mendengar suara yang tak asing baginya.

Gesa melangkahkan kakinya mendekati bibi dan mendekapnya dengan sayang. "Bibi kok disini?" tanya Gesa yang sudah melepas dekapan itu.

"Bibi mau ngomong sama neng Gesa."

Gesa mengangguk dan mempersilahkan bibi masuk kedalam tapi wanita itu sama sekali tak menoleh ke arah Saka. Saka tahu jika istrinya benar-benar kecewa dengannya.

Bibi dan Gesa duduk saling bersebelahan, tangan bibi mendekap jemari Gesa dengan lembut dan menatap mata Gesa dalam.

"Neng Gesa. Bukannya bibi ini mau ikut campur masalah keluarga kalian. Bibir tau neng Gesa kecewa, sakit hati, dan segalanya yang sakit."

Gesa mendengarkan tutur lembut yang keluar dari wanita paruh baya itu.

"Coba neng Gesa pikir dulu, apa gak sebaiknya kalian bicarakan ini baik-baik."

Juna datang bersama dehaman dan duduk di kursi kosong dengan mata yang menatap anaknya.

"Neng Ge apa gak mikirin gimana masa depan Zora sama Jendra. Kalau kalian pisah karena hal ini bagaimana perasaan Jendra ? Dia pasti malah semakin hancur karena tekanan yang semakin membuatnya bersalah."

Gesa terdiam, ada benarnya juga apa yang dikatakan bibi. Jika dia berpisah karena Jendra, maka Jendra pasti akan berfikir jika kedua orang tuanya hancur karena dirinya.

Gesa menunduk, ternyata dia juga tak kalah egois dari Saka. Kenapa bisa Gesa berfikir sejauh ini, bukannya memperbaiki tapi malah semakin merumitkan keadaan.

Saka bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Gesa dan duduk bersimpuh didepan Gesa. "Nda," lirih Saka dengan suara begitu rendah bahkan Gesa dapat merasakan rasa sesal yang pria ini alami.

JENDRA  (Revisi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang