EMPAT PULUH EMPAT (pra end)

2.1K 181 153
                                    

MAAF TAK SESUAI KEINGINAN KALIAN YAAA ♥️♥️♥️

MAKASIH UDAH BACA CERITA AKU. JANGAN DI HUJAT YA.

AKU GAMPANG KEPIKIRAN

LAPYU ALL. BAKALAN KANGEN DAPET NOTIF DARI KALIAN.

Sound: Misellia- Akhir tak bahagia.🎶

"Mungkin sanggup tersenyum, tapi tak sanggup melupakan." Gerisita Prasaka.

Langit kelabu dan tetesan air hujan memberi arti jika hati seorang gadis yang saat ini tengah duduk di kursi depan dengan buku album foto menampakkan beberapa memori usang tentang tawa seseorang membuatnya sesak.

Sita tersenyum dengan tangan yang mengelus foto itu. Tawa itu, harum itu, dan segalanya tentang seseorang yang hingga kini belum bisa Sita sisihkan.

Jemari Sita bergerak membuka halaman berikutnya, terlihat disana jika ia dan satu seorang laki-laki tampak tertawa bahagia bermain berama air Pantai dan juga pasir yang berwarna putih.

Sita membersihkan noda hitam kecil yang mengotori foto itu. Dengan telaten gadis itu membersihkannya hingga terlihat segar kembali. Sita tersenyum. "Gini kan ganteng," katanya lalu terkekeh.

Dia membuka halaman berikutnya, dengan wajah yang cemberut bersama Jendra yang tertawa lebar, Sita mengingat, betapa menggemaskannya laki-laki ini hingga ia tak sadar kedua sudut bibirnya terangkat ke atas.

"Kangen." Sita kembali mengelus foto itu dengan lembut.

"Sayang." Panggil Fenita membuat Sita mendongak menatapnya. Fenita datang membawa minuman hangat untuk anak gadisnya agar Sita menikmati musim hujan ini dengan tenang.

Fenita duduk di kursi sebelah Sita dengan mata yang melirik album hitam bergambar hewan beruang.

"Tumben lihat album?" tanya Fenita lalu meneguk teh hangat itu dengan nikmat.

Sita tersenyum. "Kangen sama Je."

Fenita meletakkan cangkir putih itu diatas meja lalu menutup album yang ada dipangkuan anaknya. "Jangan keseringan lihat album nak."

Sita mengerutkan keningnya bertanya. "emang kenapa mi?"

"Kamu nanti susah lupa."

Sita tersenyum dan membuka album foto itu lagi. "Gak papa, Sita rela gak lupain Je kok." Gadis itu kembali menoleh ke arah maminya. "Mami inget gak pertama kali Sita dijodohin sama Je ?"

Sita terkekeh mengundang tatapan sendu dari Fenita. "Waktu itu Sita gak mau kan ketemu sama Je, bahkan deket aja gak mau. Tapi sekarang," Sita menggantung omongannya dan menoleh menatap foto. "Sita kangen sama Je, pengen ketemu Je."

Fenita menarik nafasnya lalu menarik tubuh Sita dalam dekapannya. "Mami tau nak, kamu pasti kangen sama Je kan? Mami juga kangen sama Je."

"Je bilang sama Sita kalau bakalan nemenin Sita terus mi. Tapi Je bohong ya."

Fenita mengangguk faham dengan perasaan anaknya. Satu tahun yang lalu, sosok yang sangat Sita sayang harus pergi karena sesuatu yang benar-benar membuatnya tak bisa berdiri tegak. Sita yang sudah berusaha memberi kekuatan untuk hatinya, kini mulai merasakan kekosongan itu.

JENDRA  (Revisi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang