Dua

2.7K 170 14
                                    

Sriing

Door

Suara tembakan, sayatan benda tajam yang dirasa ngeri menguliti tiap inci tubuh manusia. Yang di sayat pun tak luput dari engahan dan berontak pasrah ketidakmampuannya dalam berlari. Kaki terborgol dengan kuat mengakibatkan seorang wanita hendak menghindar tapi sia-sia. Beberapa laki-laki berdiri didepannya, dengan baju semi formal nan elegan dan berwibawa tapi tangan haramnya membawa senjata menyeramkan. Senjata yang bisa menarik nyawa seseorang dalam hitungan detik

"Hahahahah,"

Suara tawa begitu bahagia memenuhi ruangan gelap, lembab dan tak layak ditinggali. Tangisan dendam keluar dari bibir merah wanita itu, yang membuat siapa saja rasanya ikut merasa sesak. Dia teriak, menangis, merintih kesakitan karena lengan mulusnya sudah tanpa kulit akibat samurai panjang nan tajam menyentuhnya. Kaki yang kecil pun penuh darah karena peluru tertancap tajam di sisi paha kiri membuat perempuan itu mengerang hebat.

"Laki-laki sialan!" umpatnya penuh dendam. Tapi yang dimaksud malah terkekeh bahagia diatas penderitaan orang lain.

Dia berjalan mendekati wanita itu, dan..

Braaakkkk ...
Rahang cantiknya seketika tergeser.

"Arghhhhhh," erangnya penuh rasa sakit. Lagi-lagi orang yang menendang hanya tertawa bahagia tanpa rasa sesal dimatanya.

BRAAKKKKK!!

Semua menoleh, mendapati Jio yang sudah berdiri menatapnya dengan tatapan aneh.

"Lagi apa lo pada tegang banget?" ujarnya yang melihat Jendra dan ke tiga temannya tak berkutik dari Ponsel.

"Liat film psikopat seru anjir," jawab Wibi tapi matanya masih fokus menatap layar. Jio penasaran, pada akhirnya dia ikut terjerumus virus jendra dan teman-temannya. Mereka berlima duduk dipojok kelas dengan raut wajah tegang, sesekali menelan salivanya ketika tubuh wanita dari film tersebut disayat habis-habisan. Sampai dering bell sekolah pun tak mereka hiraukan.

"Anjir napa bisa gitu ya kakinya, mana ngakang lagi," ujar Jendra dengan mata tak berkedip.

"Iya, itu yang punya cowok gede banget, gimana mau masuk?" Wibi ambil suara membuat Sena yang sedari tadi membaca buku seketika ambigu.

"WANJIR! KOK BISA BERUBAH JADI PINK?" Jio membelalakan matanya.

"Shit, Men bisa-bisanya dia terlentang pakai merem lagi," Jendra mengangkat bibir sebelah ke atas.

Wara menelan salivanya dengan mata membelalak tak percaya, tangannya sudah meremat tangan Jendra dan bodohnya Jendra tak menyadari hal itu.

"Heh, heh , heh jangan jongkok ya bangsat, bisa dimakan ntar Lo!" Bayu ngomel-ngomel dengan mata melotot.

"WOY, BUDEG YA LO! DIBILANGIN JANGAN KESANA GOBLOG SIA MAH!" Wibi ngomel-ngomel tak karuan.

"Heh, berdosa banget mata gue liat ginian," Jendra menutup sebelah matanya. Sena merasa terganggu pada akhirnya laki-laki itu berdiri dan mendekati ke limanya.

Mata Sena membelalak kala melihat adegan tak senonoh di layar ponsel, dengan lihai, laki-laki itu menampol satu persatu kepala temannya.

Semua menoleh ke arah Sena, menatap Sena dengan tatapan tanya. Tangannya mengelus kepala masing-masing.

"Lo itu masih pada sekolah, jangan nonton film sembarangan!" damprat Sena membuat semua mendengus termasuk Jendra.

"Gue kan simulasi buat nanti nikah Sen, yakali buat gue lakuin sekarang!" jawab Jendra membela diri.

JENDRA  (Revisi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang