EMPAT PULUH DUA

1.4K 121 34
                                    

"kita di ciptakan hanya untuk saling bertemu, bukan untuk saling memiliki." Singgih Kalasena Rafardhan.

"Dua insan yang saling berharap, tapi sayang dipisahkan karena keyakinan." Senja Pradipta

Setelah drama beberapa saat yang, lalu kini semua sudah beranjak pulang tertinggal Jendra dan keluarganya.

Dan Sena tak bersama kedua orang tuanya karena dia membawa mobilnya sendiri. Jika kalian fikir Sena akan berada di mobil tanpa siapapun, Kalian salah. Sena bersama Senja tapi keduanya sama-sama tak mengeluarkan suara. Mereka hanya menatap jalanan yang terlihat ramai.

Hingga di detik berikutnya Senja mengawali sebuah pembicaraan yang seketika membuat Sena sekilas menatapnya.

"Sena," panggil Senja memulai permbicaraan.

"Iya?" jawab Sena singkat bahkan suaranya tanpa eskspresi sama sekali.

"Kita ini apa sebenarnya?"

Sena terdiam. Apa yang gadis ini tanyakan? Sudah jelas jika keduanya ini sama-sama manusia bukan?

Bukannya menjawab pertanyaan Senja, Sena malah melontarkan pertanyaan yang membuat Senja tak bisa menjawab apapun. "Menurut Lo?"

Senja seketika menoleh menatap Sena yang sedari tadi fokus ke arah kemudi. "Sen, gue tanya sama Lo!"

"Lo sayang sama gue ?!" Lanjut Senja tak mendapat jawaban apapun dari Sena. Sena yang semakin menambah kecepatan mobilnya.

"Sena," lirih Senja merasa sesak. Sudah bertahun lamanya gadis ini menunggu jawaban dari Sena tapi sayangnya hingg sekarang Sena sama sekali tak memberikan gambaran apapun.

"Sena jawab gue! Gue capek Sen. Lo ini sebenarnya anggep gue apa?!"

"Lo boleh pergi kalau Lo capek." Semudah itu Sena menjawab penantian panjang gadis ini. Semua sudah Senja lakukan untuk Sena tapi ini?

Senja tak terima. Dia seketika menatap arah depan dengan nyalang dan tanpa banyak bicara.

"Gue ga bisa," lanjut Sena tiba-tiba.

"Gue tau. Gue juga ga bisa saingan sama Tuhan Lo."

Sena hanya terdiam.

"Gue boleh nyerah, Sen?"

Sena tak menjawab. Sorot matanya memberi arti untuk tetap bersama tapi di posisi lain dia juga tak bisa memaksakan jika Sena dan Senja bertemu di titik sulit.

"Sena jawab gue!"

"Gue gak tau."

Senja menoleh. Gadis itu mencengkram tali tasnya dengan kuat, seolah melampiaskan rasa kesalnya pada laki-laki yang irit bicara ini.

Sekian usaha sudah Senja lakukan, setidaknya Sena berkata jik ia juga mempunyai rasa yang sama. Tapi Sena semakin merumitkan keadaan.

"Jujur sama gue, Sen!"

Sena semakin menambah kecepatan mobilnya. Senja mulai was-was dan langsung memutar badannya kedepan.

JENDRA  (Revisi) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang