Pertolongan Tidak Terduga

36 26 20
                                    


03. Pertolongan Tidak Terduga

***

Tari melambaikan tangannya pada sang bunda. Pagi ini seperti biasa, ayah dan bundanya sudah pergi ke kantor lebih dulu. Tari mengunci pintu rumah karena Shara sudah ke kampus lebih dulu, kemudian duduk di teras menunggu Antara menyusul.

Ponsel Antara tidak aktif sejak semalam. Telpon dari Tari juga tidak di angkat, jadi Tari tidak mau menelpon lagi. Antara juga sudah bilang akan menjemputnya, jadi tunggu saja.

15 menit lagi sudah akan masuk. Antara belum juga sampai. Tari berusaha menelpon dan terus mengirim pesan, tapi ponsel Antara tidak aktif.

"Aku gak bisa bawa motor yang itu lagi. Gimana ya, pasti bakal telat," gadis itu menggigit kukunya sendiri, bingung harus apa.

Antara kebiasaan banget! Tari berucap dalam hati.

Tidak ada jalan lain. Tari tidak mau sampai bolos sekolah karena Antara tidak menjemput. Telat sedikit asal masih bisa ikut pelajaran lebih baik daripada tidak masuk sama sekali.

Tari berlari dari jalan rumahnya, menunggu angkutan umum di tepi jalan raya. Sudah lumayan siang, pasti susah untuk mendapatkan kendaraan. Tari tidak punya aplikasi ojek online atau sejenisnya. Ia jarang menggunakan yang seperti itu, kalau harus download dan mendaftar dulu pasti akan lebih lama.

Dari kejauhan Tari melihat motor yang mendekat, dan Tari mengenalnya!

"Nunggu angkot? Nanti telat Tar, ayo bareng gue," orang itu adalah Saka. Ia berhenti tepat di depan Tari.

"Aduh iya aku udah telat. Bareng ya Sak?"

"Iya ayo naik."

Tari menghela nafas lega seraya mengucapkan banyak syukur di dalam hatinya. Untung ada Saka pagi ini, kalau tidak pasti ia akan telat.

"Lo kenapa bisa telat?" Saka berbicara di balik helm nya, suaranya tidak bisa terdengar jelas.

"Hah?" Tari bertanya balik.

Saka mengulang kalimatnya sedikit lebih keras. "Lo kenapa bisa telat?"

"Itu tadi Antara gak nyusul. Biasanya aku jam segini udah di sekolah," balasnya tak kalah keras.

Saka terkekeh pelan. Gadis di belakangnya itu berteriak bersamaan dengan angin yang berhembus kencang. Saka mengendarai motornya agak kebut untuk mengejar waktu yang tepat sampai di sekolah.

Hampir 1 menit lagi masuk, gerbang sekolah hampir di tutup. Saka membunyikan klakson beberapa kali dari kejauhan, dan berhasil! Satpam gerbang membuka kembali gerbang untuk mereka masuk.

"Makasih ya pak!" Tari berseru senang. Gadis itu memeluk pinggang Saka kemudian tertawa seraya menyender di bahunya.

Tadi itu sangat menyenangkan. Saka melajukan motornya sangat cepat sambil membunyikan klakson. Hal itu membuat Tari sedikit malu. Hingga saat satpam membuka gerbang lagi, Tari tertawa lepas.

"Turun-turun, ngakak aja lo Tar," Saka memarkirkan motornya, kemudian menegur Tari yang masih tertawa.

"Iya maaf-maaf. Bentar," balas Tari masih dengan menahan tawa.

AntariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang