Move On

7 1 0
                                    


27. Move On

***

Kehadiran Tari membuat suasana menjadi canggung. Antara membuat jarak pada Gendis, padahal beberapa menit sebelumnya mereka baru saja berpelukan dan saling mengungkapkan perasaan. Ada perasaan takut saat Antara melihat Tari yang hanya diam seperti orang asing.

Sedangkan Gendis memandangi Antara yang terus fokus pada Tari. Gadis itu duduk dengan tenang tanpa banyak bicara. Tari tidak mengatakan apapun saat pertama kali masuk. Hanya matanya saja yang melirik Antara dan Gendis beberapa kali.

"Kok pada diem? Aku manasin makanan dulu ya," ucap Cindy yang baru saja turun.

"Aku bantu ya," Tari bersiap untuk berdiri, namun perintah Cindy membuatnya tersenyum canggung dan kembali duduk.

"Duduk aja ya, gak usah bantu aku. Ngobrol aja nih sama Antara sama Gendis."

Sepeninggalan Cindy, Antara langsung duduk di sebelah Tari. Hal itu menyebabkan Tari bergeser sedikit, mengindari kontak langsung dengan Antara. Tidak ada lagi yang harus Tari pertahankan, keputusannya sudah tepat. Setelah hubungannya dengan Antara renggang, ia sudah dua kali mendapati Antara yang sedang bersama Gendis.

Antara tidak akan berubah, Tari memastikan hal itu.

"Tadi belum pulang Tar?" Antara membuka obrolan, berusaha menghilangkan hawa canggung di sekitar ruangan.

"Belum. Kebetulan aja tadi ketemu Kak Cindy, gak enak kalau mau nolak," balas Tari seperti biasa.

Tari tau, banyak hal yang akan Antara ungkapkan jika mereka sedang berdua saat ini. Saat Tari dalam perjalanan pulang tadi, Antara masih terus menelpon dan juga mengirimi pesan padanya. Menurut Tari mereka memang sudah usai dan harusnya sudah usai.

Tari tidak mau kepo bertanya banyak. Mengapa Gendis disini? Mengapa Antara masih terus berhubungan dengan Gendis? Mengapa Antara tidak pernah sadar mengenai semua hal yang bisa menyakitinya? Tari menyimpan pertanyaan itu rapat-rapat, tidak ingin mengeluarkannya.

"An nanti anter aku balik ya," Gendis bersuara. Dan kali ini empat pasang mata disana langsung melirik ke arahnya.

Antara mengangguk samar, lalu kembali menatap Tari. "Nanti kamu aku anter sekalian ya Tar."

"Gak usah, nanti di jemput bisa," balas Tari.

Antara menghela nafas perlahan, kemudian ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Ini kali pertama Tari bersikap acuh kepadanya, dan Antara tidak suka itu.

Kini Gendis memilih untuk duduk lumayan jauh dari dua orang itu, Gendis ingin melihat interaksi Antara dan Tari setelah mereka putus. Sejak tadi hanya kecanggungan yang terjadi. Mereka baru saja putus beberapa jam lalu, lalu kembali bertemu di rumah Antara. Suasananya pasti akan begini, siapapun sudah bisa menerka.

"Aku bakal pulang kalau gak ada Kak Cindy disini. Jangan bahas apapun tentang kita, aku udah gak mau bahas lagi," ucap Tari ketika menyadari Antara terus menatapnya.

"Ayo makan sini. Ih aku gak enak loh ajak anak orang ke rumah kalo sampe dia gak makan, jadi Tari makan sampe habis ya. Pulang jangan sampe laper," ucap Cindy seraya terkekeh.

Tari tersenyum tipis. Ia juga senang bisa kenal dengan Cindy yang memiliki sikap dewasa dan ceria. Tari tidak menyesali apapun yang terjadi pada dirinya dan Antara. Jika memang semuanya sudah boleh di anggap masa lalu, Tari siap untuk itu. Move on memang pilihan tepat untuk membuat segalanya menjadi lebih baik.

AntariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang