Rencana Keberangkatan

6 4 0
                                    


16. Rencana Keberangkatan

***

Satu hari sebelum besok berangkat, Iqbal mengajak semuanya untuk ke rumah. Selain untuk bermain, mereka juga akan membicarakan perihal berangkat esok hari. Mulai dari jam berapa, pembagian mobil, uang bensin, dan yang lainnya.

Sekarang baru ada Dimas, Riki, dan Thea. Yang lain belum datang. Tiga orang itu mengacak-acak rumah Iqbal, berlagak kayaknya tuan rumah. Tidak ada orang di rumah Iqbal, jadi mereka sejak tadi berkeliling sambil menghabiskan isi kulkas Iqbal.

"Gue merasa perjalanan ini gak bakal aman," ucap Dimas, tapi ekspresinya serius.

Iqbal menoleh pada cowok itu. Hanya ada mereka berdua di kolam renang belakang. "Gak aman kenapa?" Iqbal bertanya balik. Rasa penasarannya memuncak.

"Bakal ada perang dunia ketiga. Secara ada Gendis ada Tari, lo yakin bakal aman?"

"Tolol!" maki Iqbal sarkas. Tangannya bergerak menoyor kepala Dimas yang tidak bersalah.

"Kan bener bal. Apalagi ada Abel si cewek bar-bar. Tari mah iya kalem, tapi Abel? Inget gak lo yang di parkiran waktu itu."

"Gak lah. Kan ada Antara juga disana. Ada Saka. Itu Gendis pawangnya kan ikut. Kalo misal dia masih nempel sama Antara, berarti udah bawaan dari sananya. Gatel," balas Iqbal lagi.

Dimas menggelengkan kepalanya. "Jangan ngomong gitu. Temen lo itu si Gendis, akrab sama lo juga."

"Temennya Antara. Sahabat," ucap Iqbal. Ia terkekeh di akhir kalimat. Kadang Iqbal juga heran dengan Antara, cowok itu tidak berubah walau sudah berkali-kali Iqbal beritahu.

Bahwa memang tidak pantas untuk Antara terlalu dekat dengan Gendis. Kecuali jika keduanya memang tidak memiliki pasangan atau bisa dikatakan jomblo.

Terdengar suara rusuh dari luar rumah. Perlahan derap langkah kaki mereka semakin dekat. Benar saja, Antara dan yang lainnya baru datang. Bahkan ada Saka juga disana. Iqbal langsung menyuruh mereka ke belakang, karena ada Dimas juga disana.

"Ayo kesana, bentar gue ambil minuman dulu," ucap Iqbal.

Mereka semua ke belakang kecuali Abel. Gadis itu membantu Iqbal membawa minuman dari kulkas. Abel membiarkan Iqbal berjalan lebih dulu, kemudian ia membuntuti dari belakang. Abel sesekali menatap takjub rumah Iqbal yang sangat besar, cowok ini memang benar-benar orang kaya.

"Gak ada orang di rumah lo Bal?" tanya Abel penasaran.

"Gak ada kalo pagi gini. Kenapa? Sepi ya?"

"Iya sepi amat. Ngapain aja lo di rumah segede gini?" tanya Abel lagi.

Iqbal terkekeh pelan. "Di kamar. Gue jarang turun kalo pagi. Karena ada kalian aja ini. Pembantu rumah juga di paviliun kalo gak ada kerjaan," jelas Iqbal.

Abel mengangguk mengerti. Ia segera menaruh minuman di atas meja saat sudah sampai. Maniknya menyapu bersih area belakang rumah Iqbal. "Keren rumah lo Bal. Gak nyangka gue cowok tengil kayak lo ternyata kaya. Bisa di pacarin dong lo Bal, duit lo banyak," ucap Abel dengan nada bercanda.

Tapi ucapannya malah membuat yang lain ikut menggoda mereka berdua. "Abel kayaknya naksir lo beneran Bal," timpal Dimas.

Antara menyengir mendengarnya. "Anak orang udah ngode Bal, buruan pacarin."

AntariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang