09. Hari Bersama Antara***
Banyak sekali barang yang tidak Antara mengerti disini. Sejak tadi ia hanya berkeliling menemani Tari yang membeli banyak skincare. Antara hanya ikut saja, lagipula tidak ada salahnya jika cuma menemani. Paling nanti saat pulang, Antara akan mentraktir makan.
"Mending yang ini apa ini?" Tari menjajarkan dua merk sabun cuci wajah dengan varian sama kepada Antara.
"Yang kamu suka aja," jawab Antara karena tidak mengerti.
"Aku suka pake dua-duanya, tapi aku mau kamu yang pilihin," Tari tersenyum sumringah.
Antara terkekeh pelan. Tangannya bergerak mengambil yang sebelah kanan, lalu memasukkannya ke dalam keranjang kecil di tangan Tari.
"Kamu beli banyak gini buat apa Tar? Bakal kepake?"
"Aku pake, ini buat jangka waktu lama. Cuma beberapa aku beli karena bungkusnya lucu."
Keranjang kecil itu mulai penuh dengan barang-barang yang Tari beli. Setelahnya, gadis itu segera membayar dan kembali menghampiri Antara.
"Makan ya? Apa mau kemana lagi?" tanya Antara.
"Gak ada, ayo makan aja."
Keduanya melangkah santai menyusuri mall tersebut. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka. Mungkin karena Antara dan Tari masih memakai seragam sekolah, jadi sedikit menarik perhatian orang yang lewat.
Tari tidak dapat menahan senyumnya saat mengingat perubahan Antara yang mulai mengerti dirinya juga. Padahal Tari tidak menuntut apapun, gadis itu juga tidak memaksa sesuatu yang Antara tidak suka.
"Duduk sini, aku yang pesen," perintah Antara seraya menaruh belanjaan milik Tari.
Mata milik Tari mengikuti pergerakan kemana Antara melangkah. Tari terlalu banyak senyum hari ini, dan itu semua ulah Antara. Cowok itu mengalihkan tatapannya, membuat jantungnya terus berdegup kencang, juga membuat pipinya terus bersemu merah.
Tari percaya ada kalanya Antara akan lebih bisa menghargainya dimanapun. Terutama saat ada Gendis.
"Nih makan, terus aku anter pulang."
Antara meletakkan nampan berisi nasi ayam dan juga teh botol. "Kalo mau es krim nanti beli di tempat lain. Kamu kan gak suka es krim disini."
Tari mengangguk. Kemudian ia segera menyantap makanan yang Antara belikan. Sedangkan Antara hanya meneguk cola tanpa memesan makanan lain.
"Kamu gak marah kan soal tadi di sekolah?"
"Kenapa aku harus marah? Kamu pernah lihat aku marah kalo kamu lagi sama Gendis?" Tari balik bertanya.
"Aku takutnya kamu marah, tapi gak bilang ke aku. Gendis kan emang gitu. Tapi kamu liat tadi aku emang gak mau anter dia pulang kan?"
"Iya An. Tapi kalo kamu emang gak mau dan gak suka jangan di paksa ya An, apalagi cuma karena alasan aku."
Antara tersenyum tipis. Sebenarnya ia masih banyak menyimpan kekhawatiran pada Gendis, takut sahabatnya itu sedih atau kesepian. "Namanya kan di coba Tar. Kalo gak di coba gak ada yang tau gimana rasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antari
Teen FictionLebih dari satu tahun berpacaran dengan Antara membuat Gantari terus memfokuskan diri pada lelaki itu. Gantari menjadikan Antara pusat dunianya, terus berusaha menjadi satu-satunya gadis yang mampu membuat Antara tertawa lepas. Hingga titik ini, han...