15. Rainy Day***
Sudah hampir pukul delapan pagi. Tapi cuaca masih mendung, langit juga tidak kunjung terang. Upacara saja tidak di lakukan karena takut hujan. Tapi sejak tadi hanya ada gumpalan awan menghitam. Matahari belum juga keluar, mungkin sebentar lagi akan turun hujan.
Tidak ada guru yang masuk di kelas Tari. Jadi gadis itu hanya mengobrol bersama Abel dan teman-teman lainnya.
"Bel, mau ikut jalan-jalan pas libur nanti gak?" Tari langsung bertanya ketika ia ingat.
"Ayolah harus ikut. Temenin aku. Nanti aku ajak Dimas juga," bujuk Tari. Entah apapun dan bagaimana caranya, Abel harus ikut bersamanya.
"Kalo kamu gak ikut. Emangnya kamu tega kalo Gendis ngusilin aku disana?" ucap Tari lagi.
"Ya lawan lah. Waketos kok sama jablay takut," balas Abel pedas.
Tari menopang dagunya dengan tangan. Kemudian ia terus memandangi Abel sampai cewek itu risih. Setelah Abel balas memandangnya, barulah Tari tersenyum puas. "Tinggal ikut aja bawa badan ih. Nanti uang sokongan bensin kamu aku yang bayarin."
Penawaran yang menggiurkan menurut Abel. Ia hanya perlu bawa badan saja, dan uang makan tentunya. "Oke gue ikut. Nanti gue bujukin si Dimas juga."
"Antara pasti udah kasih tau dia. Nanti kan dua mobil, pasti masih lapang. Tapi gak tau kalo mau nambah orang lagi."
"Antek Gendis siapa aja yang ikut?" tanya Abel lagi.
"Cuma Thea. Udah ah gak boleh gitu sama Gendis. Kamu sensi banget sama dia loh," jawab Tari.
Abel melirik Tari sinis, kemudian menghela nafas berat. Abel saja kesal dengan sikap Gendis yang selalu merusak momen Tari dan Antara. Lalu gadis ini? Mengapa masih bisa membela Gendis. Abel tidak mengerti jalan fikiran Tari.
Sebenarnya belum ada pengumuman pasti jika kelas 12 ujian mereka akan libur. Tapi tahun-tahun sebelumnya selalu seperti ini.
"Karena hujan jadi gak ada guru ya. Pengen keluar kelas deh, cuma kemana? Ke kantin cuma kenyang," gumam Tari, tapi Abel dapat mendengarnya dengan jelas.
"Temenin gue ke kantin aja kalo lo kenyang. Gue laper, ngidam seblak kantin."
Tanpa menunggu jawaban dari Tari, Abel langsung menarik gadis itu keluar kelas. Mereka menghiraukan panggilan dari yang lain juga, Abel keburu lapar. Dua orang itu berjalan santai menyusuri lorong yang tidak terlalu sepi. Beberapa kelas ada yang sudah belajar, tapi ada juga yang masih kosong karena gurunya tidak ada.
Tari melihat ke arah kelas Antara saat ia lewat. Hanya ada suara ricuh dari berbagai sumber di dalam sana. Sepertinya tidak ada guru juga. Tari dapat melihat bangku Antara kosong, pasti cowok itu keluar kelas.
"Ini guru-guru makan gaji buta, gak ada yang masuk kelas. Padahal kantor rame," ucap Abel seperti ingin memulai perghibahan.
"Sibuk kali."
"Sibuk makan-makan mah iya. Itu parkiran guru penuh perasaan. Kebiasaan banget kalo gak upacara, ngegosip pasti di kantor. Capek gue sama sekolah ini," Abel mendramatisir semua ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antari
Teen FictionLebih dari satu tahun berpacaran dengan Antara membuat Gantari terus memfokuskan diri pada lelaki itu. Gantari menjadikan Antara pusat dunianya, terus berusaha menjadi satu-satunya gadis yang mampu membuat Antara tertawa lepas. Hingga titik ini, han...