Aku, Kamu, dan Dia

7 6 1
                                    


14. Aku, Kamu, dan Dia

***

Hari sudah mulai petang. Tapi baik Tari maupun Gendis masih ada di rumah Antara. Tari terlalu asik mengobrol dengan Cindy di kamar, sedangkan Gendis menonton tv bersama Antara di bawah. Sebenarnya Tari ingin menghampiri Antara sejak tadi. Tapi tidak enak juga jika harus meninggalkan Cindy.

Mama Antara sejak tadi sudah pulang. Wanita paruh baya itu menyiapkan makan sore untuk Antara dan yang lainnya. Dinda tidak akan mungkin membiarkan Gendis dan Tari pulang tanpa makan dahulu.

"Ayo makan dulu ini baru pulang. Nanti Antara yang anter pulang," ajak Dinda pada Gendis. Maniknya mencari keberadaan Tari di ruang tamu, tapi tidak ada.

"Tari sama Cindy mana?" tanyanya lagi.

"Mereka di atas ma, nanti aku panggil. Makasih ya udah siapin makanan," ucap Antara di akhiri dengan senyuman.

Dinda mengangguk. "Mama ke kamar ya, kalian makan duluan aja."

"Iya tante makasih ya," Gendis menambahkan.

"Sama-sama sayang."

Gendis duduk di meja makan. Gadis itu tidak makan lebih dulu. Ia menunggu Antara yang sedang memanggil Tari dan Cindy. Gendis mengambilkan nasi untuk Antara. Agar saat Antara datang, cowok itu bisa langsung duduk dan makan.

"Ayo makan, udah di siapin sama tante nih," ucap Gendis saat mereka semua turun.

Banyak lauk yang Dinda masak, tapi Gendis mengambil satu potong ayam bagian paha dan meletakkannya pada piring Antara. Gendis tau mana yang Antara suka, jadi ia harus mengambil lebih dulu sebelum ada orang lain yang mengambilnya duluan.

Tari melihatnya, tapi ia berusaha bersikap biasa saja dan setenang mungkin. Lagipula ini memang rumah Antara. Dan Gendis memang sudah sangat sering kesini. Jadi tidak ada alasan untuk Tari bilang jika Gendis hanya cari perhatian. Mungkin saja cewek itu memang terbiasa melakukan ini saat makan di rumah Antara.

Yang membuat Tari dongkol adalah saat Antara tidak menolak atau setidaknya menjaga perasaannya. Ah tapi sudahlah. Ia dan Antara juga baru berbaikan, tidak ada gunanya kalau Tari marah hanya karena masalah seperti ini lagi.

"Enak ya masakan mama kamu, jadi mau belajar masak sama dia," ucap Tari jujur.

Ucapannya mendapat senyuman dari Cindy, kemudian Cindy mengacungkan jempolnya. "Masakan mama emang enak. Emang mama Tari gak bisa masak?"

"Bukan gak bisa masak. Jarang di rumah, soalnya kerja. Iya kan Tar?" Antara mencoba membenarkan.

"Iya bener. Jarang masak, sukanya beli," Tari menyengir kuda.

"Mama banyak waktu luang, nanti kita belajar masak bareng. Aku juga bisa kok masak, tapi aku gak bisa ngajarin kamu. Yang harus ngajarin emang mama," Cindy menambahkan. Gadis itu berusaha mengimbangi obrolannya dengan Tari.

Karena sejak tadi sangat terlihat Gendis sudah menguasai semua waktu bersama Antara. Cindy bukannya tidak suka. Hanya saja, saat ini ada Tari juga. Seharusnya Gendis bisa mengobrol bersama-sama, tidak sepihak saja mengajak Antara mengobrol dengannya.

"Wah beneran bisa? Aku rajin-rajin kesini dong kalo bisa," Tari antusias.

Cindy terkekeh geli. Ia sangat suka saat Tari tertawa, wajah pacar adiknya itu terlihat semakin menggemaskan.

AntariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang